Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Jumat 26 September 2025: Terpangkas Lagi
Friday, September 26, 2025       09:45 WIB

JAKARTA, investor.id -Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpaangkas lagi pada Jumat (26/9/2025), jelang rilis data inflasi AS. Ditambah lagi,keputusan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk tidak mendukungrencana penerapan kembali program pengampunan pajak atau tax amnesty.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.07 WIB di pasar spot exchange, Rupiah hari ini terpangkas lagi sebesar 43 poin (0,26%) ke level Rp 16.792 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terlihat turun 0,1% ke level 98,45.
Sedangkan pada perdagangan Kamis (25/9/2025), mata uang rupiah sempat ditutup terpangkas sebesar 64 poin (0,38%) ke level Rp 16.749.
Dikutip dari Trading View, nilai tukar mata uang Asia bergerak konsolidasi terhadap dolar AS pada awal perdagangan Jumat (26/9/2025), menjelang rilis laporan inflasi indeks harga pengeluaran konsumsi personal (PCE) AS bulan Agustus yang akan diumumkan hari ini.
Ekonom sekaligus analis strategi valas Commonwealth Bank of Australia (CBA), Carol Kong, dalam risetnya menyebutkan bahwa risiko terbesar adalah jika inflasi PCE melampaui perkiraan.
"Hal itu dapat membuat pasar mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan mendorong penguatan dolar AS, terutama dengan latar belakang pertumbuhan ekonomi AS yang tetap tangguh," ujar Kong.
Berdasarkan data FactSet, pergerakan kurs menunjukkan USD/KRW naik tipis 0,1% ke 1.410,75, USD/CNH relatif stagnan di 7,1439, sementara USD/JPY stabil di level 149,85.
Sentimen Internal
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, bahwa rupiah tertekan sentimen internal yaitu Purbaya menolak tax amnesty karena kekhawatiran adanya risiko penyalahgunaan oleh oknum pengusaha. Namun di sisi lain, pasar merespon negatif keputusan tersebut yang pada akhirnya menekan kurs rupiah.
"Menkeu saat ini menegaskan tidak akan mendukung rencana penerapan kembali program pengampunan pajak atau tax amnesty. Ia khawatir jika tax amnesty kembali dijalankan, wajib pajak justru akan memanfaatkan celah tersebut," tulis Ibrahim.
Rupiah juga terdampak beberapa sentimen eksternal, yaitu memanasnya ketegangan di Eropa, menyusul pernyataanPresiden AS Donald Trump yang menunjukkannada agresif terhadap Rusia.
Pernyataan tersebut terkait dorongan pada negara-negara Eropa agar tidak terus membeli minyak Rusia. Trump juga mempertimbangkan sanksi baru yang dapat menargetkan aliran energi negara itu.
Retorika tersebut meningkatkan risiko geopolitik di pasar yang pada akhirnya berdampak ke rupiah, di mana muncul kekhawatiran bahwa sanksi yang lebih keras dapat mengganggu ekspor Rusia atau memicu tindakan balasan pasokan.

Sumber : investor.id