- Rupiah melemah 3,7% YtD dari Rp16.132 menjadi Rp16.725 per dolar AS, tertekan oleh penurunan suku bunga BI yang lebih dalam dari The Fed dan aksi jual asing di obligasi serta saham.
- IHSG justru menguat 14,4% YtD dari 7.079 menjadi 8.099, ditopang kenaikan saham grup Barito, komoditas emas (), dan otomotif ().
- Emiten berbasis domestic demand seperti dan tetap tangguh di tengah pelemahan rupiah.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah melorot tajam terhadap dolar Amerika Serikat, pada saat Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) sedang berkibar.
Mengutip data aplikasi IPOT sejak akhir tahun lalu, Senin (30/12/2024) hingga Jumat (26/9/2025), IHSG sedang bergerak menguat dari 7.079 menjadi 8.099, naik 1.020 poin atau 14,4% secara year to date (YtD).
Sebaliknya kurs rupiah sejak akhir tahun lalu Selasa (31/12/2024) hingga Jumat (26/9/2025), bergerak melemah dari Rp16.132 per dolar AS menjadi Rp16.725 per dolar AS, turun 593 poin atau 3,7% secara YtD.
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus mengatakan kurs rupiah tertekan karena kebijakan moneter dan fiskal saat ini yang lebih pro pertumbuhan domestik.
"Suku bunga acuan Bank Indonesia turun melebihi suku bunga the Fed sehingga spread antara the Fed dan BI menipis sehingga relative return di Indonesia menjadi kurang menarik dibandingkan di AS," kata Angga saat dihubungi Ipotnews kemarin.
Selain itu aksi jual asing di pasar obligasi dan saham juga menjadi penekan kurs rupiah.
Di sisi lain, IHSG sedang menguat karena ditopang pergerakan saham - saham grup Barito. "Ditambah kenaikan saham-saham komoditas emas seperti , serta juga emiten otomotif ," ujar Angga.
Beberapa emiten juga masih resilient terhadap pelemahan nilai tukar dan fokus ke domestic demand. "Antara lain dan ," ungkap Angga.
(Adhitya/AI)
Sumber : admin