Rupiah Masih Menguat 0,73% (Ytd) Terhadap Dolar AS
Tuesday, October 03, 2023       10:14 WIB

Ipotnews - Sepanjang akhir tahun lalu hingga akhir September kemarin, kurs rupiah masih bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat. Rupiah menguat sebesar 0,73%, di tengah tekanan eksternal terhadap rupiah akibat arah suku bunga acuan yang tinggi dari Federal Reserve.
Mengutip data Ipotnews, kurs rupiah ditutup pada level Rp15.460 per dolar AS pada Jumat (29/9). Posisi tersebut menunjukkan penguatan 0,73% dibandingkan penutupan akhir tahun lalu Jumat (30/12/2022) yang berhenti di level Rp15.573 per dolar AS.
Analisis Pasar Uang, Lukman Leong mengatakan bahwa suku bunga the Fed sudah banyak menberikan tekanan agresif sepanjang tahun 2022. Itu sebabnya sepanjang tahun lalu kurs rupiah terdepresiasi cukup dalam terhadap dolar.
"Pelaku pasar sebetulnya berharap kenaikan suku bunga the Fed sudah berhenti pada pertengahan tahun ini," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews, Selasa (3/10).
Sayangnya, kenyataan berkata lain. Inflasi AS masih juga belum turun mencapai target yang diharapkan the Fed. Sementara pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja AS masih cukup kuat mendukung arah kebijakan suku bunga tinggi dari the Fed ke depan.
"Sehingga peluang kenaikan suku bunga acuan the Fed masih tetap ada sampai akhir tahun ini. Ini yang membuat persentase penguatan kurs rupiah semakin turun dibanding paruh pertama tahun ini," ujar Lukman.
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,50% dalam rapat kebijakan FOMC Meeting yang berakhir pada Rabu (20/9) waktu AS atau Kamis (21/9) dini hari WIB.
The Fed mempertahankan suku bunganya setelah pada Juli lalu menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin. Adapun dalam 13 kali pertemuan, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 11 kali. Level FFR di 5,25% -5,50% juga merupakan yang tertinggi dalam 22 tahun.
Adapun kenaikan suku bunga acuan tersebut merupakan yang ke-11 dalam 12 kali pertemuan terakhir The Fed. Pada bulan lalu, The Fed tercatat mempertahankan suku bunga acuannya. Keputusan tersebut pun telah sejalan dengan perkiraan pelaku pasar.
Mengutip Reuters, meskipun bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuannya, Ketua The Fed Jerome Powell mengingatkan bahwa perjuangan melawan inflasi masih jauh dari selesai. Adapun pengumuman The Fed tersebut juga disertai dengan Ringkasan Proyeksi Ekonomi dan dot plot, yang memperkirakan adanya kenaikan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin tahun ini, dan mencapai puncaknya pada kisaran 5,50%-5,75%
Kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia masih bagus. Inflasi Indonesia juga sudah kembali ke jalur yang benar. Namun ini juga membuat Bank Indonesia menjadi sulit untuk menaikkan suku bunga acuan demi menjaga memontum pertumbuhan ekonomi nasional.
"Akibatnya selisih imbal hasil investasi portofolio di Indonesia dengan AS semakin menyempit. Ini membuat tekanan terhadap rupiah semakin besar," tutup Lukman.
(Adhitya)

Sumber : admin