Imbal Hasil Obligasi Amerika Menurun, Bursa Wall Street Mendatar
Friday, May 23, 2025       05:00 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street relatif flat, Kamis, menghapus kejatuhan di awal sesi karena imbal hasil US Treasury turun dari level tertinggi baru-baru ini setelah DPR meloloskan RUU pajak dan belanja Presiden AS Donald Trump.
Indeks berbasis luas S&P 500 dan Dow berakhir mendatar, sementara Nasdaq naik tipis. Ketiga indeks utama Wall Street itu membukukan penurunan persentase harian terbesar dalam sebulan pada sesi Rabu karena imbal hasil US Treasury melonjak dipicu kekhawatiran utang Amerika Serikat.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun hanya 1,35 poin menjadi 41.859,09, S&P 500 berkurang 2,60 poin atau 0,04% jadi 5.842,01, sedangkan Nasdaq Composite Index menguat 53,09 poin, atau 0,28%, menjadi 18.925,74, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Kamis (22/5) atau Jumat (23/5) pagi WIB.
Kekhawatiran baru-baru ini tentang defisit Amerika mendorong lonjakan imbal hasil US Treasury dan menekan saham, tetapi imbal hasil jangka panjang menyusut, Kamis, yang memungkinkan saham untuk beristirahat sejenak. Imbal hasil US Treasury 10 tahun turun 5,4 basis poin menjadi 4,543% setelah mencapai level tertinggi sejak Februari.
DPR yang dikuasai Partai Republik memberikan suara dengan margin tipis untuk meloloskan RUU tersebut, yang akan memenuhi banyak janji kampanye Trump kepada basis politiknya, tetapi akan meningkatkan tumpukan utang Amerika USD36,2 triliun sebesar USD3,8 triliun selama dekade berikutnya, menurut Congressional Budget Office yang nonpartisan.
Investor juga mempertimbangkan dampak tarif Trump terhadap impor Amerika, termasuk pada harga konsumen.
"Masalah hari ini adalah RUU pajak, yang tampaknya telah disahkan," kata George Young, Manajer Portofolio Villere & Co di New Orleans. "Tetapi kami memikirkan masalah potensial yang lebih besar dan dua hal utama yang dibahas adalah tarif dan suku bunga."
"Pasar membenci ketidakpastian dan kita masih memiliki beban tarif dan pasar obligasi, yang sama sekali apolitis dan sepenuhnya internasional," tambah Young.
Delapan dari 11 subsektor S&P 500 ditutup lebih rendah, dipimpin saham utilitas, perawatan kesehatan, energi, dan consumer staples. Sementara, saham consumer discretionary, jasa komunikasi, dan teknologi menguat.
Saham pertumbuhan megacap, termasuk Nvidia, Amazon, dan Tesla, menghijau. Alphabet melonjak 1,3% setelah menyentuh level tertinggi hampir tiga bulan. Apple ditutup turun 0,36%.
Snowflake melambung lebih dari 13% setelah perusahaan cloud computing itu menaikkan perkiraan pendapatan produk tahun fiskal 2026.
Analog Devices anjlok 4,6% meski kinerja kuartalan produsen semikonduktor itu mengalahkan estimasi Wall Street.
Saham perusahaan energi surya, termasuk First Solar, tersungkur karena RUU pajak Trump diprediksi mengakhiri subsidi energi hijau. First Solar ditutup merosot 4,3%.
Jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 1,17 banding 1 di NYSE . Ada 68 titik tertinggi baru dan 99 titik terendah baru di NYSE .
S&P 500 membukukan empat titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan sembilan titik terendah baru sementara Nasdaq Composite mencetak 49 titik tertinggi baru dan 109 titik terendah baru.
Volume di bursa Wall Street tercatat 16,09 miliar saham, dibandingkan rata-rata 17,56 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (ef)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Nike (2,18%)
-Merck & Co (1,12%)
-Amazon.com (0,99%)
Saham berkinerja terburuk
-UnitedHealth (-2,08%)
-Verizon (-1,42%)
-Home Depot (-1,27%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Seagate (4,24%)
-United Airlines Holdings (3,64%)
-Moderna (3,57%)
Saham berkinerja terburuk
-Enphase (-19,63%)
-Humana (-7,58%)
-NextEra Energy (-6,43%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Vigil Neuroscience (241,13%)
-Navitas Semiconductor (163,61%)
-Asset Entities (61,19%)
Saham berkinerja terburuk
-UniFuels Holdings (-47,18%)
-NetClass Tech (-41,13%)
-Sunrun Inc (-37,10%)

Sumber : Admin