Bursa Wall Street Tersungkur, Terbebani Lonjakan Yield Surat Utang Amerika
Wednesday, May 21, 2025       05:00 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street tersungkur, Selasa, dengan indeks acuan S&P 500 mengakhiri penguatan enam sesi berturut-turut, di bawah tekanan dari lonjakan imbal hasil US Treasury, dengan profil utang Amerika Serikat menjadi fokus.
Presiden Donald Trump menyambangi Capitol Hill, berusaha membujuk anggota parlemen dari Partai Republik untuk meloloskan RUU pemotongan pajak, yang diperkirakan analis kemungkinan akan menambah USD3 triliun hingga USD5 triliun ke utang pemerintah federal sebesar USD36,2 triliun.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 114,83 poin, atau 0,27%, menjadi 42.677,24, S&P 500 menyusut 23,14 poin, atau 0,39%, menjadi 5.940,46 dan Nasdaq Composite Index melemah 72,75 poin, atau 0,38%, menjadi 19.142,71, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Selasa (20/5) atau Rabu (21/5) pagi WIB.
Dow menghentikan tiga sesi kenaikan berturut-turut dan Nasdaq melorot setelah dua sesi penguatan beruntun.
Delapan dari 11 sektor S&P 500 turun, dipimpin kerugian di sektor energi, jasa komunikasi, dan saham consumer discretionary. Saham utilitas, kesehatan, dan consumer staples menguat.
"Ini sedikit alasan setelah kenaikan yang membuat kita harus menekan tombol jeda dan melihat pasar sedikit berkonsolidasi dan sedikit pergolakan di bawah permukaan...itulah yang kita lihat sekarang," kata Garrett Melson, analis Natixis Investment Managers di Boston.
"Namun, jelas ketika kita melihat ke dunia fixed-income, kita melihat tawaran besar yang kembali masuk ke pasar kemarin...sekarang kita kembali ke persaingan dengan imbal hasil yang semakin tinggi."
Investor juga mencermati komentar tentang prospek kebijakan moneter dari sejumlah pejabat Federal Reserve, termasuk Presiden Fed St Louis, Alberto Musalem.
Moody's dan lembaga pemeringkat besar lainnya, Fitch dan S&P Global Ratings, menurunkan rating kredit Amerika, dengan alasan profil utang pemerintah.
Saat ini, trader memperkirakan setidaknya dua kali penurunan suku bunga the Fed sebesar 25 basis poin pada akhir 2025, dengan yang pertama diperkirakan pada pertemuan September, menurut data yang dikumpulkan LSEG .
Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun naik 0,4 basis poin menjadi 4,481%.
Saham Home Depot turun 0,6%, membalikkan kenaikan awal, setelah pengecer perbaikan rumah itu melaporkan penjualan kuartal pertama di atas estimasi Wall Street.
Tesla menguat 0,5% setelah Elon Musk mengatakan di sebuah forum ekonomi di Qatar bahwa dia masih berkomitmen untuk menjadi CEO pabrikan mobil listrik itu dalam lima tahun.
Saham teknologi kelas berat lainnya berguguran, termasuk Nvidia. Pembuat chip tersebut dijadwalkan melaporkan laporan keuangan kuartalan pada 28 Mei.
Jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 1,37 banding 1 di NYSE . Ada 219 titik tertinggi baru dan 33 titik terendah baru di NYSE .
S&P 500 membukukan 19 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan tidak ada titik terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencetak 59 titik tertinggi baru dan 46 titik terendah baru.
Volume di bursa Wall Street tercatat 16,14 miliar saham, dibandingkan rata-rata 17,38 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (ef)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-UnitedHealth (1,80%)
-Boeing (1,18%)
-Merck & Co (0,96%)
Saham berkinerja terburuk
-American Express (-1,07%)
-Amazon.com (-1,01%)
-Goldman Sachs (-0,94%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Moderna (6,10%)
-Dollar Tree (4,63%)
-Dollar General (4,09%)
Saham berkinerja terburuk
-Fair Isaac (-8,11%)
-Super Micro Computer (-4,51%)
-The AES (-4,01%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Siyata Mobile (101,11%)
-Edible Garden (80,90%)
-Medirom Healthcare (64,56%)
Saham berkinerja terburuk
-Zapp Electric Vehicles (-67,70%)
-Apptech (-63,05%)
-Affimed NV (-47,66%)

Sumber : Admin