Rupiah Mampu Menguat Meski Tipis di Tengah Penguatan Indeks Dolar AS
Wednesday, May 22, 2024       16:11 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup menguat tipis di tengah penguatan indeks dolar AS (DXY) menjelang libur panjang, berkat sentimen positif setelah Bank Indonesia menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur bulan Mei 2024.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (22/5) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup di level Rp15.995 per dolar AS, menguat 3 poin atau 0,02% apabila dibandingkan akhir perdagangan Selasa sore (21/5) di level Rp15.998 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS sedang menguat hari ini. "Greenback berhasil memulihkan diri pada minggu ini karena para pejabat Fed terus memperingatkan mereka bahwa diperlukan kepercayaan yang lebih besar untuk mulai memangkas suku bunga," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan April, yang akan dirilis pada hari Rabu nanti malam, akan menjadi fokus untuk mendapatkan lebih banyak isyarat dari bank sentral. The Fed telah mempertahankan suku bunga tetap stabil selama pertemuan tersebut. Sementara Ketua The Fed Jerome Powell masih mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga pada tahun 2024.
"Para pedagang akan menunggu untuk melihat apakah hal ini akan terjadi di antara semua pejabat The Fed, terutama karena inflasi yang masih stabil," ujar Ibrahim.
Di dalam negeri, Bank Indonesia tadi siang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 21-22 Mei 2024. Alasan mempertahankan suku bunga acuan pada RDG bulan ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,51% pada 2024 dan 2025.
Ini menjadi sentimen positif yang membuat kurs rupiah bisa ditutup menguat sangat tipis di tengah penguatan indeks dolar AS hari ini. Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk tetap memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.
Sebelumnya dalam RDG bulan April 2024, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan dari level 6% ke 6,25% guna menahan pelemahan rupiah. Kenaikan ini merupakan yang pertama kali sejak Oktober 2023.
"Hasil ini sesuai konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg secara kompak meyakini BI akan menahan suku bunga acuan pada bulan ini. Dari 38 ekonom, seluruh memprediksi bank sentral akan menahan suku bunga acuan di level 6,25%," pungkas Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin