Greenback Perkasa Versus Euro dan Yen Ditopang Risalah Federal Reserve
Thursday, May 23, 2024       05:59 WIB

Ipotnews - Dolar menguat terhadap euro, Rabu, setelah risalah pertemuan terakhir the Fed menunjukkan para pejabat mengakui kekecewaan atas pembacaan inflasi baru-baru ini, sementara poundsterling mempertahankan kenaikannya setelah Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyerukan pemilihan umum pada 4 Juli.
Pejabat Federal Reserve pada pertemuan kebijakan terakhirnya mengindikasikan mereka masih yakin tekanan harga akan mereda, meski hanya secara perlahan, menurut risalah bank sentral Amerika Serikat pada sesi 30 April-1 Mei, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (22/5) atau Kamis (23/5) pagi WIB.
"Peserta...mencatat bahwa mereka terus memperkirakan inflasi akan kembali ke target 2% dalam jangka menengah," kata risalah tersebut, namun "disinflasi kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya."
Meski respons kebijakan sekarang akan "melibatkan mempertahankan" suku bunga bank sentral pada tingkat saat ini, risalah rapat yang dirilis Rabu juga mencerminkan diskusi mengenai kemungkinan kenaikan lebih lanjut.
Investor meningkatkan spekulasi penurunan suku bunga AS setelah pembacaan inflasi yang lebih lemah, pekan lalu, bahkan ketika pejabat the Fed terus menyuarakan peringatan yang hati-hati.
Gubernur Fed Christopher Waller, Selasa, mengatakan dia perlu melihat data inflasi yang bagus selama beberapa bulan lagi sebelum merasa nyaman mendukung penurunan suku bunga.
Garis waktu tersebut juga diamini oleh Presiden Fed Cleveland Loretta Mester.
"Risalah tersebut mengkonfirmasi apa yang sudah dipikirkan sebagian besar trader sebelum laporan CPI Amerika seminggu yang lalu," kata Amarjit Sahota, Direktur Klarity FX di San Francisco.
"Artinya, anggota FOMC menjadi semakin frustrasi dengan angka inflasi yang mengecewakan pada kuartal pertama, namun merasa kebijakan tersebut cukup membatasi," kata Sahota.
"Dimasukkannya beberapa pejabat bersedia untuk memperketat kebijakan lebih lanjut memberikan kenaikan lebih lanjut pada USD sejak risalah tersebut dirilis."
Meski pasar tetap berharap inflasi AS akan terus menurun, data pengeluaran konsumsi pribadi yang dirilis pada 31 Mei akan menjadi ujian penting, kata para analis.
Euro turun 0,3% menjadi USD1,08205.
Sementara itu, pound menguat 0,1% menjadi USD1,2717 setelah Perdana Menteri Sunak mengumumkan pemilu nasional, Rabu, dan menetapkan 4 Juli sebagai tanggal pemungutan suara. Partai Konservatif yang berkuasa diperkirakan kalah dari oposisi Partai Buruh setelah 14 tahun berkuasa.
Sterling naik di awal sesi setelah data menunjukkan inflasi Inggris tidak melambat seperti yang diprediksi, namun mendekati target Bank of England pada April, mendorong investor untuk menarik spekulasi pada penurunan suku bunga bulan depan.
Harga konsumen Inggris naik 2,3% secara tahunan sepanjang April, melambat dari ekspansi 3,2% di Maret. BoE dan ekonom yang disurvei  Reuters  memperkirakan tingkat tahunan 2,1%.
Di tempat lain, Reserve Bank of New Zealand mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,5% sesuai ekspektasi, namun menaikkan perkiraan puncak suku bunga pada pertemuan kebijakan moneter terbarunya karena inflasi tetap tinggi.
Saat ini tingkat suku bunga mencapai puncaknya di 5,7% pada akhir 2024, dibandingkan 5,6% pada tiga bulan lalu.
Dolar Selandia Baru melonjak setingginya USD0,6152, level terkuat sejak 14 Maret, sebelum melepaskan kenaikannya dan diperdagangkan sedikit berubah di USD0,6086.
Terhadap yen, dolar naik 0,3% menjadi 156,62 setelah data menunjukkan ekspor Jepang meningkat 8,3% pada April dari tahun sebelumnya.
Kekhawatiran akan intervensi mata uang oleh Tokyo masih membuat trader waspada setelah munculnya dugaan intervensi awal bulan ini. (ef)

Sumber : Admin