BI Diprediksi Baru Punya Ruang Turunkan BI Rate Paling Cepat 1Q 2025
Wednesday, May 22, 2024       16:05 WIB

Ipotnews - Bank Indonesia diprediksi baru memiliki ruang untuk memulai pemangkasan suku bunga acuan paling cepat pada Kuartal I 2025.
Proyeksi ini berdasarkan perkiraan bahwa bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve baru akan memulai penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rates (FFR) sebesar 25 basis poin pada Desember 2024.
"Kami memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya sepanjang tahun ini sebesar 6,25%, untuk menjaga stabilitas rupiah dan mempertahankan momentum pertumbuhan di tengah gejolak eksternal," kata Macroeconomic Analys, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (), Irman Faiz dalam keterangan tertulis, Rabu (22/5).
Berdasarkan perkembangan terakhir, BI diperkirakan tetap berhati-hati mengenai risiko global terhadap stabilitas kurs rupaih. Dengan melebarnya defisit transaksi berjalan menjadi 0,6% PDB pada 1Q2024 dari sebelumnya sebesar 0,3% PDB pada 4Q2023, perbedaan nilai tukar antara rupiah dan dolar AS perlu dinormalisasi.
"Perhitungan kami menunjukkan bahwa spread sebesar 100 bps akan cukup untuk menjaga stabilitas rupiah, dengan asumsi defisit transaksi berjalan tahun ini melebar hingga 0,8% PDB," ujar Irman.
Per 21 Mei, BI melaporkan posisi SRBI sebesar Rp508 triliun, naik dari Rp394 triliun pada 24 April. Kepemilikan asing di SRBI juga meningkat menjadi Rp143 triliun (28%) dari Rp72 triliun (18%) di bulan April. Saat ini, posisi SVBI mencapai USD2,1 miliar, sementara USD257 juta dilaporkan untuk SUVBI.
Sejauh ini, momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga, dengan PDB tumbuh sebesar 5,11% yoy pada 1Q2024. Capaian ini terutama didorong oleh konsumsi swasta selama bulan Ramadhan dan pemilu, serta belanja pemerintah.
Indikator-indikator sektor perbankan juga terus menunjukkan perbaikan. Pinjaman tumbuh sebesar 13,1% yoy pada tanggal 24 April, disertai dengan likuiditas yang memadai dengan pertumbuhan simpanan sebesar 8,2% yoy. "Ke depan, para pengambil kebijakan moneter memperkirakan momentum pertumbuhan Indonesis ke depan akan terus berlanjut, dengan pertumbuhan full year 2024 diproyeksikan berkisar antara 4,7% - 5,5% yoy," ucap Irman.
Inflasi AS yang lebih rendah pada bulan April, ditambah dengan meredanya ketegangan di Timur Tengah, telah menahan tren penguatan dolar AS. Dinamika global tersebut telah meningkatkan kemungkinan penurunan FFR pada akhir tahun ini, yang diperkirakan akan menopang aliran modal ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
"Namun, ketidakpastian global, khususnya mengenai arah kebijakan The Fed, masih tinggi, terutama seiring dengan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan," pungkas Irman.(Adhitya)

Sumber : admin
An error occurred.