Minimnya insentif positif di pasar dan rendahnya minat melakukan transaksi beli membuat IHSG akhir pekan kemarin ditutup turun 29,296 poin (0,66%) di 4389,347. Selama sepekan IHSG terkoreksi 0,78% dengan transaksi rata-rata harian yang minim hanya mencapai Rp.2,63 triliun di Pasar Reguler dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai Rp.4,22 triliun. Rendahnya minat bertransaksi sepekan terakhir lebih dipicu faktor eksternal terkait dengan penghentian sementara pemerintahan Obama menyusul belum adanya kesepakatan antara Kongres dengan Gedung Putih terkait dengan anggaran dan batas utang di AS.
Sedangkan faktor positif sepekan kemarin lebih digerakkan dengan sentimen domestik, dimana inflasi Indonesia September minus 0,35%. Namun redahnya tekanan inflasi September dibayangi dengan berita yang kurang menggembirakan akhir pekan kemarin dimana Bank Dunia merevisi turun prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari 5,9% jadi 5,6% dan tahun depan jadi 5,3% dari proyeksi sebelumnya 6,2%.
Sementara Wall Street akhir pekan kemarin berhasil rebound, dimana indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,51% dan 0,71%. Penguatan di Wall Street tersebut lebih dipicu respon positif pelaku pasar atas pernyataan elite partai republik yang menguasai DPR AS yang tidak akan membiarkan AS default. Pernyataan ini meredahkan kekhawatiran sepekan terakhir atas penyelesaian isu pagu utang AS menjelang tenggat waktu 17 Oktober mendatang.
Perkembangan positif tersebut akan memberikan ruang bagi aksi beli selektif hari ini. IHSG diperkirakan berpeluang menguat terbatas dengan resisten di 4430. Sedangkan support di 4370.