Wall Street Terpukul Perang Tarif Global, S&P 500 Konfirmasi Terkoreksi
Friday, March 14, 2025       04:55 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street turun tajam, Kamis, dan S&P 500 mengonfirmasi mengalami koreksi setelah data inflasi yang dingin dibayangi oleh kekhawatiran bahwa eskalasi perang tarif yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap beberapa mitra dagang terbesarnya dapat memicu kembali inflasi dan mendorong ekonomi ke dalam resesi.
Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 537,36 poin, atau 1,30%, menjadi 40.813,57, S&P 500 menyusut 77,78 poin, atau 1,39%, menjadi 5.521,52 dan Nasdaq Composite Index anjlok 345,44 poin, atau 1,96%, menjadi 17.303,01, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Kamis (13/3) atau Jumat (14/3) pagi WIB.
Dalam episode terakhir perang dagang Donald Trump yang melibatkan banyak pihak, Uni Eropa menanggapi tarif menyeluruh AS terhadap baja dan aluminium dengan mengenakan pajak 50% terhadap ekspor wiski Amerika, yang mendorong presiden untuk mengancam di Truth Social akan mengenakan tarif 200% terhadap impor anggur dan minuman beralkohol Eropa.
Aksi jual besar-besaran menyebabkan ketiga indeks utama Wall Street tumbang, dengan kerugian pada saham teknologi dan megacap terkait teknologi menyeret Nasdaq.
"Sentimennya buruk," ujar Mike Dickson, Kepala Riset Horizon Investments di Charlotte, North Carolina. "Ada berita tarif baru setiap hari, dan itu membebani banyak hal."
"Dan kita melihatnya paling jelas di beberapa area pasar yang lebih sensitif seperti Magnificent 7 yang cukup meningkat," tambah Dickson. "Saat ini tidak terasa menyenangkan di luar sana."
S&P 500 ditutup 10,1% di bawah rekor penutupan tertingginya pada 19 Februari, yang mengonfirmasi bahwa indeks berbasis luas tersebut mengalami koreksi sejak saat itu.
Pada 6 Maret, Nasdaq mengonfirmasi indeks tersebut mengalami koreksi dengan penutupan 10,4% lebih rendah dari penutupan tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada 16 Desember.
Indeks Transportasi Dow Jones, yang secara luas dipandang sebagai barometer kesehatan ekonomi Amerika, berakhir 18,9% di bawah rekor penutupan tertingginya pada 25 November; penurunan 20% atau lebih di bawah level tersebut akan mengonfirmasi bahwa indeks tersebut berada dalam bear market.
"Masih banyak ketidakpastian mengenai ekonomi," kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.
"Sebagian dari ketidakpastian itu tentu saja didorong oleh tarif, tetapi ada ketidakpastian lain di luar sana, dan itu membuat investor berpikir mungkin hard landing memang terjadi."
Jajak pendapat  Reuters/Ipsos  terhadap warga Amerika yang dilakukan pada 11-12 Maret menunjukkan 57% peserta polling percaya bahwa langkah Trump untuk mengguncang ekonomi sangat tidak konsisten, dan 53% berpikir perang tarif akan lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.
Indeks Harga Produsen (PPI) Departemen Tenaga Kerja tampaknya menggemakan data CPI, Rabu, dengan pembacaan yang lebih dingin dari perkiraan yang tampaknya mengonfirmasi bahwa inflasi tetap berada di jalur menurun yang berliku-liku saat mendekati target tahunan Federal Reserve sebesar 2%.
Hal ini, bersama dengan laporan klaim pengangguran yang jinak, memberikan sedikit jaminan bahwa, untuk saat ini, inflasi menuju ke arah yang benar dan pasar tenaga kerja berada pada pijakan yang kokoh.
Pasar juga mengamati pertarungan yang sedang berlangsung di Capitol Hill saat anggota parlemen berebut untuk meloloskan RUU pengeluaran sementara menjelang tenggat waktu yang semakin dekat untuk mencegah government shutdown parsial.
Di antara 11 sektor utama S&P 500, semua kecuali utilitas berakhir di wilayah negatif, dengan jasa komunikasi dan consumer discretionary jatuh paling dalam.
Intel melompat 14,6% setelah produsen chip itu menunjuk veteran industri, Lip-Bu Tan, sebagai kepala eksekutifnya.
Adobe ambles 13,9% setelah perusahaan perangkat lunak itu memperkirakan pendapatan kuartalan sesuai dengan estimasi.
Pengecer diskon Dollar General melaporkan estimasi penjualan same store yang mengecewakan tetapi memberikan hasil kuartalan yang optimistis, membuat sahamnya melesat 6,8%.
Jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 2,54 banding 1 di NYSE . Ada 53 tertinggi baru dan 315 terendah baru di NYSE .
Di Nasdaq, 1.159 saham menguat dan 3.189 saham melorot di mana jumlah saham yang melemah melebihi saham yang naik dengan rasio 2,75 banding 1.
S&P 500 tidak mencatatkan titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 35 titik terendah baru sementara Nasdaq Composite membukukan 21 titik tertinggi baru dan 309 titik terendah baru.
Volume di bursa Wall Street tercatat 15,11 miliar saham, dibandingkan rata-rata 16,60 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (ef)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Verizon (2,63%)
-Travelers (1,57%)
-Merck & Co (1,46%)
Saham berkinerja terburuk
-Home Depot (-4,79%)
-Salesforce Inc (-4,51%)
-Apple (-3,36%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Intel (14,60%)
-Dollar General (6,81%)
-Dollar Tree (6,59%)
Saham berkinerja terburuk
-Adobe (-13,85%)
-Super Micro Computer (-3,39 -7,98%)
-Live Nation Entertainment (-5,80%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Professional Diversity (1.022,21%)
-Regencell Bioscience Holdings (206,30%)
-LZ Tech Holdings (59,05%)
Saham berkinerja terburuk
-Creative Media Community Trust (-46,15%)
-Springview Holdings (-43,55%)
-Aditx (-41,20%)

Sumber : Admin