Wall Street Pekan Depan Fokus pada Tenggat Tarif saat Pasar Saham AS Terus Menguat
Saturday, July 05, 2025       08:02 WIB

Ipotnews - Para investor akan mencermati perkembangan terkait tarif impor dari Washington pekan depan, seiring berakhirnya masa penangguhan sementara tarif impor yang bersifat menghukum. Jika batas waktu pada Rabu mendatang berlalu tanpa meningkatnya ketegangan dagang, hal itu bisa menjadi sentimen positif bagi pasar.
Negosiator dari lebih selusin mitra dagang utama Amerika Serikat sedang berpacu mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelum 9 Juli guna menghindari kenaikan tarif lebih lanjut. Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah AS terus menekan negara-negara tersebut untuk segera mencapai kesepakatan.
Trump baru-baru ini mengumumkan perjanjian dengan Vietnam yang akan menetapkan tarif sebesar 20% untuk banyak produk ekspor Vietnam--angka yang lebih rendah dari tarif yang sebelumnya direncanakan. Pemerintah AS juga menyebut adanya kemajuan dalam pembicaraan dengan India, namun perundingan dengan Jepang--mitra dagang terbesar keenam AS dan sekutu utama di Asia--dilaporkan mengalami hambatan.
Sikap investor terhadap isu tarif telah berubah, dari kepanikan menjadi aksi beli yang mengangkat pasar saham AS ke rekor tertinggi. Kinerja perusahaan dan ekonomi AS yang tetap solid di tengah perubahan kebijakan yang drastis turut menopang optimisme pasar.
Sejak menyentuh titik terendah pada 8 April, setelah pengumuman tarif pada 2 April, indeks S&P 500 telah menguat sekitar 26%. Namun, kenaikan ini sebagian besar didorong oleh investor ritel dan aksi pembelian kembali saham oleh perusahaan, sementara investor institusional masih cenderung berhati-hati.
Menurut estimasi Deutsche Bank, meski indeks S&P 500 mencetak rekor baru, porsi investasi institusional di saham masih berada di bawah level Februari.
"Ini jelas merupakan reli yang lebih spekulatif," kata Lisa Shalett, Chief Investment Officer Morgan Stanley Wealth Management. "Dalam seminggu terakhir, reli ini lebih banyak didorong oleh investor ritel dibanding institusi."
Meski kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi AS dan valuasi pasar yang tinggi tetap membayangi, tercapainya tenggat tarif tanpa eskalasi ketegangan akan menjadi salah satu kekhawatiran yang bisa dikesampingkan dalam waktu dekat, kata sejumlah analis.
"Saya pikir ancaman dan gertakan politik masih mungkin terjadi, tapi hal itu saat ini belum menjadi ancaman besar bagi pasar," ujar Irene Tunkel, Kepala Strategi Ekuitas AS di BCA Research.
Namun, para investor tidak menganggap tenggat tarif pekan depan sebagai akhir dari ketegangan dagang secara keseluruhan.
"Saya tidak melihat ini sebagai batas akhir yang absolut," kata Julian McManus, Manajer Portofolio di Janus Henderson Investors. "Penangguhan 90 hari diberlakukan karena pasar sempat jatuh, dan pembuat kebijakan membutuhkan waktu untuk bernegosiasi atau mencari jalan keluar."
Pendekatan hati-hati investor dalam meningkatkan eksposur saham saat ini mirip dengan pola setelah anjloknya pasar akibat pandemi pada Maret 2020, ketika pemulihan investasi saham tertinggal dibanding kenaikan indeks pasar, menurut Parag Thatte, analis Deutsche Bank.
"Ini berarti masih ada ruang bagi eksposur saham untuk meningkat, yang secara umum positif bagi pasar ekuitas," ujarnya.
Setelah paruh pertama tahun yang penuh gejolak, S&P 500 kini memasuki periode yang secara historis kuat. Dalam 20 tahun terakhir, bulan Juli mencatat rata-rata penguatan 2,5%--menjadikannya bulan terbaik untuk indeks tersebut menurut analisis Reuters terhadap data LSEG .
Investor juga akan mencermati data ekonomi--terutama inflasi--dan laporan keuangan kuartal kedua dalam beberapa minggu ke depan untuk menilai kondisi ekonomi AS dan prospek kebijakan suku bunga Federal Reserve.
"Kita berada di titik di mana institusi harus memutuskan: apakah mereka percaya dengan reli ini atau tidak," ujar Shalett dari Morgan Stanley.
(reuters)

Sumber : admin