Terseret Kejatuhan Minyak Nabati Pesaing, CPO Melorot Dua Sesi Beruntun
Wednesday, June 11, 2025       13:13 WIB

Ipotnews - Minyak kelapa sawit (CPO) berjangka Malaysia turun untuk sesi kedua berturut-turut, Rabu, ke level terendah dalam lebih dari dua pekan, terseret kejatuhan harga minyak nabati pesaing, pelemahan minyak mentah, dan meningkatnya stok Mei.
Harga minyak kelapa sawit untuk kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melorot 28 ringgit, atau 0,72%, menjadi 3.836 ringgit (USD905,36) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Jakarta, Rabu (11/6).
"Pertumbuhan permintaan ekspor yang lambat di tengah tingginya level stok tetap bertahan, menekan harga dan meredam sentimen pasar," kata seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur.
Stok minyak kelapa sawit Malaysia melesat ke level tertinggi dalam delapan bulan pada Mei karena lonjakan produksi dan impor mengimbangi ekspor, yang menyentuh posisi dalam enam bulan, menurut data dari Malaysia Palm Oil Board ( MPOB ).
Survei kargo memperkirakan ekspor produk CPO Malaysia selama periode 1-10 Juni melambung antara 8,1% dan 26,4% (month-on-month).
Impor minyak sawit Uni Eropa untuk musim 2024-25 yang dimulai Juli merosot 19% menjadi 2,69 juta ton hingga 8 Juni, menurut data Komisi Eropa.
Permintaan minyak sawit dari India dan China diperkirakan meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena koreksi harga baru-baru ini memberikan entry point yang menarik bagi buyer kakap, kata pakar industri.
Kontrak minyak kedelai (soyoil) yang paling aktif di Dalian turun 0,82%, sementara kontrak minyak sawitnya anjlok 2,13%. Minyak kedelai di Chicago Board of Trade ( CBOT ) berkurang 0,21%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Harga minyak melemah, Rabu, karena pasar menelaah hasil pembicaraan perdagangan Amerika Serikat-China, yang belum ditinjau oleh presiden masing-masing, dengan permintaan minyak yang lemah dari China dan peningkatan produksi OPEC + membebani pasar.
Harga minyak mentah berjangka yang lebih rendah membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, melemah 0,09% terhadap dolar, membuat komoditas tersebut sedikit lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Minyak kelapa sawit dapat menguji level resistance 3.889 ringgit per metrik ton, penembusan di atasnya dapat mendorong penguatan hingga 3.925 ringgit," ujar analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)

Sumber : Admin