Tensi Timur Tengah Meningkat, Minyak Melompat Lebih dari Satu Dolar
Wednesday, October 02, 2024       14:16 WIB

Ipotnews - Harga minyak melonjak lebih dari satu dolar, Rabu, karena meningkatnya kekhawatiran bahwa ketegangan di Timur Tengah dapat memanas, yang berpotensi mengganggu output dari kawasan tersebut, menyusul gempuran militer terbesar Iran terhadap Israel.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melesat USD1,12 atau 1,52%, menjadi USD74,68 per barel, pada pukul 13.56 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Rabu (2/10).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melambung USD1,18 atau 1,69%, menjadi USD71,01 per barel.
Selama perdagangan Selasa, kedua patokan minyak mentah itu melejit lebih dari 5%.
"Pasar minyak sebagian besar berfokus pada narasi prospek ekonomi global yang melemah, yang mengurangi permintaan bahan bakar," kata Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova.
"Namun, skalanya dengan cepat berubah menjadi kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak di Timur Tengah setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel."
Rabu pagi, Iran mengatakan serangan rudalnya terhadap Israel telah berakhir kecuali ada provokasi lebih lanjut, sementara Israel dan Amerika berjanji untuk membalas Teheran, ketika kekhawatiran akan perang yang lebih luas meningkat.
Teheran mengatakan setiap tanggapan Israel terhadap serangan itu, yang menurut Israel melibatkan lebih dari 180 rudal balistik, akan disambut dengan "kehancuran besar".
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadwalkan pertemuan tentang Timur Tengah, Rabu, dan Uni Eropa menyerukan gencatan senjata segera.
Keterlibatan langsung Iran, anggota OPEC , meningkatkan prospek gangguan pada pasokan minyak, kata analis ANZ, menambahkan bahwa produksi minyak negara itu merangkak ke level tertinggi enam tahun sebesar 3,7 juta barel per hari sepanjang Agustus.
"Eskalasi besar-besaran oleh Iran berisiko membawa Amerika ke dalam perang," tutur Capital Economics. "Iran menyumbang sekitar 4% output minyak global, tetapi pertimbangan pentingnya adalah apakah Arab Saudi meningkatkan produksi jika pasokan Iran terganggu."
Sekelompok menteri dari Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang disebut OPEC +, akan bertemu pada Rabu untuk meninjau pasar, tanpa ada perubahan kebijakan yang diharapkan. Mulai Desember, OPEC +, yang mencakup Rusia, akan menaikkan output sebesar 180.000 barel per hari per bulan.
"Setiap pernyataan bahwa kenaikan produksi akan dilanjutkan dapat mengimbangi kekhawatiran gangguan pasokan di Timur Tengah," kata ANZ.
Data persediaan Amerika variatif: persediaan minyak mentah dan sulingan turun minggu lalu, sementara persediaan bensin naik, kata sumber pasar, mengutip American Petroleum Institute, Selasa.
Investor minyak juga akan mencermati data klaim pengangguran Amerika, Jumat, karena diprediksi memengaruhi proyeksi pelonggaran moneter Federal Reserve, yang dapat membantu permintaan minyak jangka panjang dengan merangsang aktivitas ekonomi secara keseluruhan, ungkap Sachdeva. (ef)

Sumber : Admin