Sepuluh Syarat Untuk Hidup Bahagia Pada Masa Pensiun
Tuesday, September 17, 2024       19:12 WIB

Pada artikel-artikel sebelumnya kita telah membahas tentang ' Bagaimana Caranya Untuk Menambah Simpanan Dana Pensiunmu (Tanpa Menurunkan Gaya Hidupmu Secara Drastis) ' dan ' Lima Strategi Untuk Membuat Tabungan Dana Pensiunmu Bertahan Lebih Lama '. Menambah simpanan Dana Pensiun merupakan cara untuk lebih cepat mencapai target masa pensiun yang bahagia dan sukses. Kemudian, harus diusahakan supaya tabungan Dana Pensiun yang telah kita kumpulkan bisa bertahan lebih lama.
Hal ini penting untuk diperhatikan, karena kita bisa saja hidup jauh lebih lama dari taksiran kita berdasarkan statistik usia harapan hidup penduduk Indonesia. Biar bagaimana pun juga, kita tidak bisa menolak jika kita diberi karunia umur lebih panjang oleh Tuhan YME, dan kita tidak boleh kehabisan uang pada usia tua kita (dan menjadi beban bagi keluarga yang ada).
Mencapai masa pensiun yang bahagia dan sukses bukanlah semata-mata urusan finansial, tetapi masalah finansial ini merupakan fondasi yang harus dibangun sebelum masalah-masalah lain pada waktu pensiun dapat diatasi. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang sepuluh syarat untuk hidup bahagia pada masa pensiun, yaitu:
1. Masa Pensiun Telah Direncanakan Dengan Baik
Masa pensiun adalah masa kehidupan yang sangat berbeda dengan masa aktif bekerja. Pada waktu kita masih aktif bekerja, kita mungkin tidak perlu membuat rencana tentang apa yang akan kita lakukan besok, karena jadual kita sudah sangat padat dengan berbagai tugas-tugas atau rencana-rencana yang harus kita lakukan. Bahkan kadang-kadang kita merasa sangat tertekan ( stressed ) dengan banyaknya tugas yang menanti kita besok.
Pada waktu pensiun, kondisi sering berubah 180 derajat. Kita tidak memiliki janji ketemu dengan siapa pun, atau tugas apa pun yang harus kita lakukan besok. Karena itu, masa pensiun harus direncanakan dengan baik. Di masa kita masih aktif bekerja, kita mungkin sering terbangun di tengah malam karena memikirkan bahan presentasi penting di depan klien besok pagi, maka sebaliknya jangan sampai di masa pensiun kita terbangun di pagi hari dan tidak tahu apa yang harus dilakukan pada hari itu.
2. Sasaran yang Ingin Dicapai Pada Masa Pensiun Sudah Ditentukan
Dengan memiliki rencana atas masa pensiun kita, kita menjadi tahu untuk apa kita pensiun. Kita tidak sekadar pensiun dari pekerjaan yang membosankan, tetapi kita pensiun untuk dapat mengerjakan hal-hal yang kita suka ( retiring to do something rather than just retiring from doing something you don't like ).
Jika kita memiliki keinginan yang belum terlaksana pada waktu kita masih aktif bekerja, maka di masa pensiun, kita memiliki banyak waktu untuk mewujudkan keinginan itu ( If you really want something, then take concrete steps to achieve it ).
3. Di Mana Akan Tinggal Setelah Pensiun Sudah Diputuskan Dengan Cermat
Pada waktu pensiun, orang tentunya menginginkan hidup yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kehidupan di kota besar. Berbeda dengan situasi di mana kita masih aktif bekerja, kita justru memilih tinggal di kota besar yang padat karena pertimbangan bahwa tempat tinggal kita harus dekat dengan tempat kerja.
Ini artinya, sebelum pensiun kita sudah harus merencanakan dengan cermat di mana kita akan tinggal dan menghabiskan sisa usia kita. Tidak selamanya biaya relokasi di masa pensiun murah karena kita pindah dari kota besar ke pinggiran kota (pedesaan). Biaya-biaya relokasi dapat menghabiskan banyak dari tabungan uang pensiun kita. Terutama jika kita ingin pensiun di daerah wisata seperti Bali.
4. Tahu Batas Kemampuan Untuk Membiayai Gaya Hidup Pada Masa Pensiun
Ketika orang memasuki masa pensiun, semua biaya-biaya harus ditanggung sendiri. Biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh pensiunan adalah hidup sehari-hari, biaya pemeliharaan kesehatan, dan biaya hiburan dan perjalanan ( entertainment  dan  travelling ). Jangan terpengaruh dengan pernyataan dari perencana keuangan yang sering kita baca di media sosial, bahwa pada masa pensiun biaya yang kita keluarkan adalah 80% dari biaya kita sewaktu masih aktif bekerja.
Pada dasarnya, kita harus tahu berapa besar pengeluaran kita yang sebenarnya setiap bulan setelah kita pensiun. Pada waktu pensiun, semua cicilan-cicilan utang jangka panjang (misalnya KPR) dan utang jangka menengah (misalnya KKB) seharusnya sudah dilunasi. Mengingat besarnya cicilan untuk membayar KPR dan KKB tersebut, tentu saja menghitung total pengeluaran pada masa pensiun pada angka 80% dari pengeluaran pada masa aktif bekerja akan menghasilkan kesalahan ( overestimate ) yang besar.
Sebaliknya, kita juga tidak boleh berbelanja sesukanya pada masa pensiun. Kita harus bisa berbelanja sesuai dengan kemampuan kita untuk menghindari uang pensiun kita habis sebelum kita tutup usia. Taksiran yang terlalu rendah ( underestimate ) atas biaya-biaya yang dikeluarkan pada masa pensiun dapat terjadi pada waktu kita menghitung biaya pemeliharaan kesehatan.
Pada waktu kita masih aktif bekerja, semua biaya pemeliharaan kesehatan baik berupa biaya rawat jalan ( out-patient ) maupun biaya rawat inap ( in-patient ) akan ditanggung oleh kantor. Tetapi, pada waktu kita memasuki masa pensiun, semua biaya pemeliharaan kesehatan harus ditanggung sendiri. Biaya rawat inap ( in-patient ) yang besar dapat dialihkan ke perusahaan asuransi kesehatan, tetapi biaya rawat jalan ( out-patient ) tetap harus ditanggung sendiri. Terkadang, pensiunan tidak siap dengan biaya rawat jalan yang cukup besar setiap bulan dan merupakan sumber underestimasi pada biaya-biaya masa pensiun.
5. Memiliki Pasangan atau Teman Dekat Untuk Berbagi
Jika Anda cukup beruntung, Anda akan memasuki masa pensiun bersama dengan pasangan hidup Anda. Pada waktu pensiun, tidak banyak orang yang dapat menjadi teman dekat untuk berbagi berita. Pasangan hidup Anda merupakan orang yang paling tepat untuk itu, terutama karena pasangan hidupmu sudah menjalani susah senangnya hidup ini bersama-sama untuk puluhan tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pensiunan yang memiliki pasangan atau teman dekat untuk berbagi cerita, jarang yang mengalami depresi atau merasa kesepian.
6. Tetap Terlibat Dalam Permainanan Yang Menstimulasi Otak
Permainan yang menstimulasi otak penting buat pensiunan karena permainan itu akan selalu mengingatkan kita bahwa kita belum kehilangan kemampuan otak kita. Pada waktu masih aktif bekerja, mungkin Anda adalah karyawan berprestasi yang sering dijadikan rujukan oleh rekan-rekan di kantor untuk menyelesaikan masalah-masalah yang rumit dalam pekerjaan.
Tetapi, ketika Anda mulai memasuki masa pensiun, tidak ada lagi rekan kerja atau bahkan atasan yang datang untuk meminta saran atau solusi atas suatu persoalan yang rumit. Kadang-kadang hal sepele seperti ini bisa membuat kita kehilangan arti dalam hidup ini. Kita merasa tidak berguna lagi karena tidk ada yang datang untuk meminta saran atau solusi atas persoalan yang dihadapi.
Tentu saja, saya tidak menyarankan Anda untuk menjadi orang yang  kepo , dan ingin tahu dan ikut campur dalam semua urusan orang lain. Dulu, pada waktu Anda masih aktif bekerja, rekan-rekan kerja atau atasan Anda itulah yang datang kepada Anda karena mereka tahu bahwa Anda memiliki otak yang cerdas dengan banyak usulan-usulan solusi yang belum terpikirkan oleh mereka. Sekarang, Anda harus menemukan permainan yang dapat menstimulasi otak Anda, sehingga Anda selalu akan diingatkan bahwa Anda tetap ada dan tidak kehilangan kemampuan berpikir.
7. Tetap Terkoneksi Secara Sosial Meski Telah Pensiun
Pada jaman serba digital seperti saat ini, seseorang seharusnya tetap terkoneksi maskipun ia telah pensiun. Sekarang ini, terkoneksi dengan orang lain tidak selalu berarti bertemu  face to face  tetapi dapat juga terkoneksi secara digital melalui berbagai sarana komunikasi yang ada. Bahkan orang yang sifatnya introvert, yang dahulu tanpa adanya sarana komunikasi secara digital, akan sulit untuk berkomunikasi dengan cara tatap muka, sekarang dapat setiap saat terkoneksi dengan komunitasnya.
Saat ini, hal yang diperlukan dari seorang pensiunan adalah kemauannya untuk selalu terkoneksi atau tidak menutup diri dari kegiatan-kegiatan dalam komunitas dia berada. Sebagai pensiunan, Anda dapat tetap terkoneksi dengan lingkungan komunitas Anda misalnya dengan terlibat membagikan ilmu atau keahlian lain yang Anda miliki.
Kalau Anda seorang ahli hukum, misalnya, Anda dapat memberi saran atas hal-hal sehubungan dengan Tindakan hukum tertentu. Saya sendiri, yang baru belajar tentang perencanaan keuangan, suka memberikan nasihat keuangan kepada teman-teman dekat saya yang ingin tahu lebih banyak tentang perencanaan keuangan. Dengan cara itu, saya tetap terkoneksi dengan komunitas saya, bahkan jika saya nanti telah pensiun.
8. Selalu Menjaga Diri Untuk Tetap Sehat
Tentu tidak ada gunanya untuk berumur panjang jika tubuh kita tidak sehat. Demikian pula, kita bisa memiliki banyak harta, tetapi semua itu tidak akan berguna kalau kita sakit-sakitan dan tidak dapat menikmatinya. Karena itu, untuk bisa hidup Bahagia pada masa pensiun, kita harus selalu berada dalam keadaan sehat.
Menjaga diri untuk selalu sehat bisa dimulai dengan menghindari tindakan atau perilaku yang dapat merusak kesehatan tubuh kita. Misalnya, tindakan yang paling kentara adalah mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba), kemudian turun ke tindakan merokok yang sepintas terlihat tidak berbahaya tapi ternyata sangat merusak kesehatan.
Tindakan menjaga diri untuk tetap sehat berikutnya adalah berolah-raga secara teratur, hanya makan makanan dan minuman yang sehat, dan istirahat yang cukup. Pada waktu kita masih aktif bekerja, kadang-kadang jadual kerja yang pada membuat kita mengorbankan istirahat yang cukup, melupakan kegiatan olah raga, dan tidak makan menu yang sehat. Setelah memasuki masa pensiun, kita memiliki banyak waktu untuk memelihara kesehatan tubuh kita.
9. Tetap Menjaga Hubungan Sosial Dengan Komunitas
Supaya hidup bahagia pada masa pensiun, syarat berikutnya adalah tetap menjaga hubungan sosial yang baik dengan komunitas kita. Tentu tidak bisa dikatakan kita pensiun dengan bahagia ketika setiap kali kita keluar rumah tidak menemui satu pun tetangga yang menyapa kita.
Pada waktu kita masih aktif bekerja, mungkin hubungan sosial dengan komunitas agak terabaikan karena kita mungkin harus berangkat kerja pagi sekali, dan pulang kerja sudah malam. Ini kenyataan kehidupan di kota besar seperti di Jakarta. Jarak antara rumah tinggal dan kantor seringkali sangat jauh sehingga orang harus berangkat kerja subuh dan pulang kerja sudah sangat larut karena menunggu berkurangnya kemacetan di jalan.
Setelah memasuki masa pensiun, Anda sekarang memiliki banyak waktu untuk memberbaiki hubungan sosial dengan komunitas Anda, atau bahkan hubungan dengan teman lama atau saudara sendiri yang memburuk karena sesuatu hal. Dengan menempatkan nilai yang tinggi atas hubungan personal, suasana hati Anda pun akan membaik.
10. Tetap Aktif Bekerja
Syarat terakhir yang dapat kami sarankan untuk tetap bahagia pada masa pensiun adalah tetap aktif bekerja (dan menemukan kepuasan atas pekerjaan itu) setelah masa berkarir yang melelahkan di perusahaan. Dibandingkan dengan pekerjaan semasa masih aktif bekerja, pekerjaan pada masa pensiun haruslah tidak menyebabkan kita merasa tertekan (stress), tetapi kita tidak harus menghindari semua jenis pekerjaan yang ada.
Pada masa pensiun, kita bekerja bukan lagi untuk mendapatkan uang atau gaji yang besar, tetapi kita bekerja untuk kebahagiaan. Carilah pekerjaan yang membuatmu merasa berarti dan bangga dengan apa yang kamu kerjakan.
Pensiunan dapat mengerjakan hal-hal yang disukainya, misalnya hobi atau apa pun yang menggerakkan minatnya. Pekerjaan seperti itu akan memberikan pensiunan suatu perasaan bahwa pensiunan pun bisa mencapai cita-citanya dan berguna bagi komunitasnya. Jika pada waktu aktif bekerja, ia hanya mengerjakan apa yang disuruh oleh atasannya, saat pensiun ia dapat mengerjakan semua hal-hal yang benar-benar disukainya.
Dengan cara itu, pensiunan akan merasa memiliki energi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan. Terlebih lagi, pensiunan akan memiliki pandangan yang positif atas hidup yang akan dijalaninya.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS