Rupiah Berbalik Menguat, Terimbas Sentimen Positif Inggris Batal Pangkas Tarif Pajak
Tuesday, October 04, 2022       15:45 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah berbalik menguat terhadap dolar AS, dampak lanjutan dari langkah pemerintah Inggris yang membatalkan rencana pemotongan tarif pajak penghasilan pajak tertinggi yang melegakan pelaku pasar.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (4/10) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.247 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan penguatan 56 poin atau 0,36% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Senin sore kemarin (3/10) di level Rp15.303 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakakan bahwa fakfor utama penguatan rupiah hari ini adalah karena Pemerintah Inggris membatalkan rencana pemotongan tarif pajak penghasilan pajak tertinggi. "Ini melegakan pelaku pasar sehingga menjadi sentimen eksternal yang positif bagi penguatan kurs rupiah," kata Ibrahim dalam keterangan resmi, Selasa (4/10).
Pada 23 September 2022, Perdana Menteri Inggris Liz Truss dan Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng mengumumkan strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan selama beberapa tahun terakhir.nStrategi itu mencakup pemangkasan tarif pajak hingga 45% dan meningkatkan pinjaman pemerintah.
Namun, rencana itu memicu krisis kepercayaan investor terhadap pemerintah, memukul nilai tukar poundsterling, dan mengguncang pasar global. Sebab penghapusan pajak tertinggi itu hanya menghasilkan sekitar 2 miliar poundsterling dari target pemotongan pajak hingga 45 miliar poundsterling.
Akibatnya bank sentral Inggris (Bank of England) harus campur tangan lewat program senilai 65 miliar poundsterling.
Faktor kedua, inflasi di negara-negara Eropa yang menggunakan mata uang euro telah menembus dua digit.nSeperti laporan Associated Press, Jumat (30/9), harga konsumen di 19 negara zona euro naik sebesar 10% pada bulan September dari tahun sebelumnya, naik dari 9,1% secara tahunan pada bulan Agustus, kata badan statistik Uni Eropa Eurostat hari Jumat. Hanya setahun yang lalu, inflasi serendah 3,4%.
Kenaikan inflasi Eropa telah melampaui apa yang diperkirakan analis pasar dan berada pada level tertinggi sejak pencatatan euro dimulai pada 1997. Harga energi adalah penyebab utama, disusul harga makanan, alkohol, dan tembakau.
"Ini membuat bank sentral Eropa diyakini akan terus menaikkan suku bunga acuan sehingga membuat indeks dolar AS melemah dan rupiah menguat," ujar Ibrahim.
Faktor ketiga, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, IHK pada bulan laporan sebesar 112,87, atau mengalami inflasi sebesar 1,17% secara bulanan alias month on month (MoM). Sedangkan secara tahunan, inflasi tercatat 5,95% secara tahunan alias year on year (YoY) dan bila dihitung sejak awal tahun berada di level 4,84%.
Kepala BPS Margo Yuwono pada Senin (3/10) mengungkapkan, peningkatan inflasi pada bulan September 2022 ini didorong oleh peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) dan transportasi. "Capaian ini sebetulnya masih lebih rendah dari ekspektasi para analis. Ini juga membantu penguatan kurs rupiah hari ini," tutup Ibrahim. (Adhitya)

Sumber : admin