Produksi Amerika Terkendala Badai, Pemulihan Minyak Berlanjut
Friday, September 13, 2024       14:49 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Jumat, memperpanjang reli yang dipicu gangguan produksi di Teluk Meksiko Amerika, di mana Badai Francine memaksa produsen mengevakuasi anjungan sebelum menghantam pantai Louisiana.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 36 sen, atau 0,50%, menjadi USD72,33 per barel pada pukul 14.31 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Jumat (13/9).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambah 36 sen, atau 0,52%, menjadi USD69,33 per barel.
Jika kenaikan bertahan, kedua patokan tersebut akan menghentikan serangkaian penurunan mingguan, meski awal yang sulit menyebabkan Brent jatuh ke bawah USD70 per barel, Selasa, untuk pertama kalinya sejak akhir 2021. Pada level saat ini, Brent di jalur untuk mencatat kenaikan mingguan sekitar 1,7%, dan WTI melonjak lebih dari 2%.
"Penurunan sebelumnya ke level terendah hampir tiga tahun membutuhkan jeda jangka pendek untuk menutup pekan ini, karena pelaku pasar memperkirakan gangguan pasokan minyak jangka pendek yang disebabkan oleh Badai Francine," kata analis IG, Yeap Jun Rong.
Produsen minyak menilai kerusakan dan melakukan pemeriksaan keamanan, Kamis, bersiap untuk melanjutkan operasi di Teluk Meksiko AS.
Analis UBS memperkirakan produksi di wilayah tersebut pada September akan turun 50.000 barel per hari (month-over-month), sementara analis FGE memprediksi penyusutan 60.000 bph menjadi 1,69 juta bph.
Data resmi menunjukkan hampir 42% produksi minyak di wilayah tersebut dihentikan, Kamis.
"Namun jika penundaan produksi terbukti berlangsung singkat dan kerusakan pada anjungan minyak relatif minimal, keuntungan mungkin tidak akan terwujud, karena prospek permintaan yang lebih luas terus menjadi hambatan utama untuk membatasi pemulihan yang berkelanjutan," kata Yeap.
Ekspektasi permintaan tetap suram karena Organisasi Negara Eksportir Minyak dan Badan Energi Internasional minggu ini menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan mereka, dengan alasan gejolak ekonomi di China, importir minyak terbesar di dunia.
"Rangkaian data ekonomi China yang melemah baru-baru ini menunjukkan permintaan minyak di ekonomi terbesar kedua di dunia itu mungkin tetap lesu untuk waktu yang lebih lama, sementara permintaan juga melambat di negara-negara lain di luar China," kata Yeap.
Data bea cukai memperlihatkan impor minyak mentah China rata-rata 3,1% lebih rendah tahun ini dari Januari-Agustus dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Permintaan minyak domestik yang menurun di China menjadi topik hangat dan semakin dipertegas oleh data perdagangan Agustus yang mengecewakan," kata analis FGE.
Kekhawatiran permintaan juga meningkat di Amerika Serikat. Harga bensin dan sulingan AS diperdagangkan pada level terendah dalam beberapa tahun, minggu ini, ketika analis menyoroti permintaan yang lebih lemah dari perkiraan di negara konsumen minyak terbesar itu.
Stok minyak dan bahan bakar AS melesat, pekan lalu, karena permintaan menurun tajam, menurut data dari Badan Informasi Energi, Rabu. (ef)

Sumber : Admin