Potensi Resesi Rendah, Prospek Pasar Modal Indonesia 2023 Masih Sangat Menjanjikan
Monday, December 05, 2022       10:12 WIB

Ipotnews - Potensi resesi Indonesia yang rendah serta ekonomi yang masih akan tumbuh pada tahun 2023, membuat prospek pasar modal Indonesia masih sangat menjanjikan.
Direktur Equator Swarna Investama, Hans Kwee mengatakan dana asing masih berpotensi  inflow  karenasempat keluar besar-besaran dari negara berkembang selama periode pandemi Covid-19 dan belum kembali pasca pandemi. "Valuasi  emerging market  juga lebih rendah bila melihat sebelum dan sesudah pandemi, di mana negara maju sudah diperdagangkan sebanding, sedangkan negara berkembang masih terdiskon 20 %," kata Hans dalam keterangan tertulis, Senin (5/12).
Di sektor keuangan kebijakan yang diambil OJK terbukti mempu menenangkan pasar keuangan. Kebijakan sektor keuangan terbukti mampu menopang sektor rill dan perekonomian nasional sehingga terhindar dari krisis.
Kondisi ini membuat alasan prospek pasar modal Indonesia tahun 2023 masih sangat menjanjikan. JP Morgan menulis memilih saham-saham Indonesia untuk tahun 2023 yang mengkonfirmasi prospek Ekonomi Indonesia tetap cerah di tahun 2023.
"Jangan terlalu khawatir, ekonomi  emerging marke t (EM) khususnya Indonesia terbukti tangguh beberapa tahun terakhir dalam menghadapi badai krisis. Pada 2020 dunia menunggu potensi "chaos" sistem perawatan kesehatan di EM yang terbatas dan kebijakan yang tidak efektif dalam menghadapi Covid-19. Namun keduanya hal ini tidak terbukti dan EM termasuk Indonesia mampu melewati pandemi Covid 19 dan perekonomian pulih dengan cepat," jelas Hans.
Terbukti mayoritas EM khususnya Indonesia tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan perekonomian yang signifikan di tahun 2022. IHSG sebagai  leading indicator  perekonomi Indonesia masih bertumbuh positif menandakan mayoritas pelaku pasar percaya ekonomi Indonesia tahun 2022 dan 2023 masih akan tumbuh dan jauh dari resesi. Diperkirakan risiko atau potensi resesi Indonesia hanya 3 % untuk tahun depan.
Perang Rusia dan Ukraina yang dimulai Februari 2022 menunjukkan kecenderungan peningkatan multi-polaritas dan potensi risiko geopolitik. Investor global akan mendiversifikasi portofolio dan pindah ke negara-negara 'netral' yang mendapatkan keuntungan.
Indonesia salah satu negara netral yang diuntungkan dari dampak geopolitik karena harga komoditas yang naik. Terlihat dari aliran dana asing tetap masuk ke pasar saham Indonesia dan diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2023 selama konflik belum berakhir.
Tahun 2023 diperkirakan harga komoditas masih tinggi. Selain karena dampak perang dan gangguan pasokan juga karena persediaan komoditas global saat ini hanya 64 hari, lebih pendek dibandingkan dengan 70 hari pada setahun yang lalu, dan 76 hari pada lima tahun lalu. Ini akan berdampak positif pada perekonomian Indonesia tahun depan. (Adhitya)

Sumber : admin