Perang Tarif Hambat Permintaan China, Kedelai Chicago Lanjutkan Pelemahan
Wednesday, April 16, 2025       13:18 WIB

Ipotnews - Harga kedelai berjangka Chicago melorot untuk sesi ketiga, Rabu, tersungkur lebih jauh dari level tertinggi tujuh pekan pada sesi Senin di tengah pasokan yang kuat dari Amerika Selatan dan tarif membatasi permintaan China untuk kacang-kacangan AS.
Harga jagung dan gandum berjangka juga menyusut meski dolar AS kembali melemah sehingga membuat ekspor Amerika Serikat lebih kompetitif.
Kontrak kedelai yang paling aktif di Chicago Board of Trade ( CBOT ) turun 0,5% atau USD5,25 menjadi USD1.041,25 per bushel pada pukul 12.48 WIB, setelah mencapai level tertinggi USD1.049,50 pada sesi Senin, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Canberra, Rabu (16/4).
Jagung CBOT untuk kontrak pengiriman Juli melemah 0,31% atau USD1,50 menjadi USD488,00 per bushel dan gandum berkurang 0,81% atau USD4,50 menjadi USD551,50 per bushel.
Indeks Dolar (Indeks DXY) melemah 0,5%, membalikkan sebagian kenaikan Selasa dan bergerak kembali ke level terendah tiga tahun yang dicapai setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan kebijakan tarifnya.
China, sejauh ini merupakan pembeli kedelai AS terbesar dan pembeli jagung dan gandum AS yang lebih kecil, mengenakan tarif balasan pada Amerika Serikat yang secara efektif melarang impor tanaman pangan.
"Amerika harus membuat kesepakatan dengan China atau mereka akan berakhir dengan menyimpan banyak kedelai yang tidak terjual," kata Ole Houe, Direktur IKON Commodities di Sydney.
Surplus besar kedelai akan memenuhi fasilitas penyimpanan AS dan menyisakan sedikit ruang selama panen akhir tahun ini untuk tanaman pangan lain seperti jagung, yang harus dijual lebih cepat, kemungkinan dengan harga yang lebih rendah, ungkap Houe.
Sementara itu, produksi kedelai nasional Amerika sepanjang Maret turun di bawah sebagian besar estimasi perdagangan, laju pemrosesan harian rata-rata menyusut selama tiga bulan berturut-turut, menurut data industri.
Di sisi lain, Brasil menyelesaikan panen kedelai besar-besaran, dan trader berpikir upaya Argentina untuk merangsang ekspor dapat menghasilkan pengiriman kedelai yang lebih besar dari negara tersebut.
Tanaman lain, gandum mengalami tekanan akibat prakiraan cuaca yang memprediksi hujan yang sangat dibutuhkan dalam beberapa hari mendatang di kawasan Plains AS.
Panen gandum Argentina 2025/26 diperkirakan tumbuh 10,2% menjadi 20,5 juta metrik ton tahun ini, ungkap kepala studi ekonomi di bursa biji-bijian Buenos Aires.
India kemungkinan akan mengalami hujan monsun di atas rata-rata untuk tahun kedua berturut-turut pada 2025, kata pemerintah, yang meningkatkan ekspektasi akan hasil pertanian lebih tinggi. (ef)

Sumber : Admin