Pengelola Dana Global Bersiap Hadapi Gejolak Menjelang Tenggat Tarif AS
Friday, July 04, 2025       16:12 WIB

Ipotnews - Investor Asia bersiap menghadapi gejolak menjelang tenggat tarif yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump. Selain Vietnam dan China, sebagian besar negara-negara Asia, seperti Jepang, Korea Selatan, dan India belum mencapai kesepakatan dengan Washington.
Laman Bloomberg, Jumat (4/7), mengabarkan, investor besar seperti Fidelity International dan Blue Edge Advisors sudah mengurangi eksposur saham atau melakukan lindung nilai. Sementara itu, sebagian lainnya bersiap memanfaatkan penurunan pasar karena menganggap kabar buruk yang akan terjadi akan bersifat sementara.
Indeks MSCI Asia Pacific diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak September 2021, didukung ekspektasi bahwa Trump cenderung mundur dari ancaman awal. Namun, sejauh ini hanya Vietnam yang telah menyepakati kesepakatan, sementara Trump mengancam akan mulai mengirim surat pemberitahuan tarif baru pada Jumat.
Hebe Chen dari Vantage Markets mengatakan, "Otak saya sudah siap siaga menghadapi akhir pekan yang bisa memunculkan skenario apa pun," ujarnya seperti dikutip Bloomber.
Ketegangan terasa di Jepang dan India, sedangkan investor Korea waspada meskipun pasar menguat. Jung In Yun dari Fibonacci Asset Management menyatakan kekhawatirannya tetp tinggi karena Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung belum berinteraksi aktif.
Emily Dong dari Conning Asia Pacific menyebut perusahaannya mengurangi eksposur saham sebesar 10% karena valuasi dan kekhawatiran dampak tarif, serta mengalihkan sebagian dana kelolaannya ke obligasi.
Calvin Yeoh dari Blue Edge Advisors menggambarkan kondisi pasar seperti, "...pesta makan taco yang meragukan setelah malam yang liar - malam ini terasa memuaskan, tapi besok bisa dipenuhi penyesalan."
Setelah rilis data payroll AS periode Juni yang kuat, Yeoh memilih membeli obligasi dan emas sebagai lindung nilai.
Trump sebelumnya menangguhkan tarif selama 90 hari untuk memberi waktu negosiasi dan baru menyepakati kesepakatan dengan Inggris dan Vietnam. Kesepakatan Vietnam memicu reli saham perusahaan seperti Apple dan Nike, meskipun tarif AS atas ekspor Vietnam ditetapkan sebesar 20%, dan 40% untuk barang  transshipment  - yang dipandang sebagai indikasi potensi tarif terhadap China.
Daniel Hurley dari T. Rowe Price menyambut baik kesepakatan Vietnam, tetapi mengingatkan bahwa kesepakatan dengan negara besar akan lebih kompleks. "Menyenangkan melihat kesepakatan Vietnam datang begitu cepat... namun kemungkinan besar akan menjadi lebih kompleks untuk negara-negara besar."
Ketegangan ini ikut menekan indeks saham China di Hong Kong, yang turun sekitar 2% minggu ini.
Trump mengindikasikan kabar tentang tarif yang akan dikirim ke negera-negara mintra dagangnya bisa berisi tarif antara 10% hingga 70%.
"Jika Trump mengirim surat dagang yang sangat  hawkish , itu bisa menimbulkan kegaduhan pasar... koreksi pasar sementara justru bisa menjadi peluang beli," Joseph Zhang dari Fidelity International.
Meskipun detail negosiasi dagang dan tarif final masih ditunggu-tunggu, beberapa investor menyatakan bahwa 9 Juli mungkin akan berlalu tanpa kepastian bagi banyak negara.
"Tidak realistis jika berpikir bahwa kesepakatan yang bermakna dengan setiap negara di dunia bisa dinegosiasikan dalam waktu sesingkat ini," imbuh Steve Sosnick dari Interactive Brokers. (Bloomberg/AI)


Sumber : admin