Pemerintah Berharap Penerimaan Pajak Tahun Ini Naik 3% Atau Capai Rp2.218,4 Triliun
Wednesday, July 10, 2024       15:55 WIB

Ipotnews - Outlook Penerimaan Perpajakan sampai dengan akhir tahun 2024 diperkirakan mampu tumbuh positif dibandingkan tahun sebelumnya, sebesar Rp2.218,4 triliun, atau tumbuh sekitar 3 persen.
"Prognosis Penerimaan Pajak semester II tahun 2024 terutama akan ditopang oleh PPh Nonmigas dan PPN," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan tertulis, Rabu (10/7).
Dengan demikian, penerimaan perpajakan diprediksi tumbuh 3% sepanjang tahun 2024. Faktor yang akan mendorong adalah keberlanjutan reformasi perpajakan dengan tetap memberikan insentif perpajakan secara selektif dan terukur demi mendukung perekonomian dan dunia usaha.
"Sementara itu, prognosis penerimaan kepabeanan dan cukai akan dipengaruhi terutama oleh upaya pengawasan pengendalian peredaran rokok ilegal dan harga komoditas utama," ujar Sri Mulyani.
Outlook Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam APBN 2024 sebesar Rp549,1 triliun. Sementara Outlook Penerimaan mencapai Rp34,9 triliun. Dengan demikian, outlook Pendapatan Negara dalam APBN tahun ini adalah sebesar Rp2.802,5 triliun.
Kinerja PNBP pada semester II tahun 2024 diperkirakan akan didorong oleh pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND) dari setoran dividen BUMN serta pendapatan layanan dari beberapa K/L. Sementara itu, pendapatan SDA masih akan mengalami tantangan terutama pada PNBP SDA Migas yang disebabkan oleh penurunan lifting migas walaupun ICP cenderung mengalami tren kenaikan.
" PNBP SDA Nonmigas juga masih mengalami tekanan terutama pada sektor pertambangan mineral dan batubara yang dipengaruhi tren moderasi harga batubara. Namun demikian, secara keseluruhan sampai dengan akhir tahun 2024, PNBP diperkirakan masih mampu melebihi target APBN 2024," jelas Sri Mulyani.
Pada prognosis Belanja Negara semester II tahun 2024 diperkirakan akan mencapai Rp3.412,2 triliun atau 102,6 persen dari alokasinya di dalam APBN 2024. Hal ini dipengaruhi terutama dengan adanya perkiraan percepatan belanja yang bersumber dari Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Pinjaman Dalam Negeri (PDN); pelaksanaan Pilkada; dampak depresiasi rupiah terhadap subsidi energi dan kompensasi; serta burden sharing TKD.
Selanjutnya, Belanja Negara akan digunakan untuk menjaga daya beli dan membantu kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program seperti pemberian bantuan sosial, subsidi, dan kompensasi energi, serta penyaluran transfer ke daerah untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah. "Belanja negara akan terus dioptimalkan guna mencapai prioritas pembangunan nasional, terutama penyelesaian program strategis nasional dengan tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas belanja negara dalam pelaksanaan APBN ," tambah Sri Mulyani.
Dengan memperhatikan strategi fiskal serta outlook Pendapatan Negara dan Belanja Negara, maka defisit anggaran sampai akhir tahun 2024 diperkirakan akan berada pada level 2,70 persen terhadap PDB atau lebih tinggi dari target APBN . Kebijakan defisit tersebut diikuti kebijakan Pembiayaan Anggaran dengan komitmen menjaga kewaspadaan atas dinamika global terutama di pasar keuangan yang sangat tidak stabil (volatile).(Adhitya)

Sumber : admin