- Brent turun 0,46% ke USD64,59 per barel dan WTI turun 0,46% ke USD60,77 setelah OPEC + menunda rencana kenaikan produksi pada kuartal I-2026 karena kekhawatiran kelebihan pasokan.
- Keputusan tersebut dipicu permintaan Rusia untuk jeda akibat sanksi Barat, sementara pasar menafsirkan langkah OPEC + sebagai pengakuan atas potensi oversupply.
- Meski harga melemah, sanksi terhadap produsen Rusia dinilai masih bisa menopang harga jangka pendek; pasar menunggu data stok minyak AS yang diperkirakan meningkat.
Ipotnews - Harga minyak melemah, Selasa, setelah investor menelaah keputusan OPEC + untuk menunda rencana kenaikan output pada kuartal I-2026 sebagai indikasi potensi kelebihan pasokan (oversupply) di pasar global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Januari, patokan internasional, turun 30 sen atau 0,46% menjadi USD64,59 per barel pada pukul 14.17 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Selasa (4/11).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berkurang 28 sen atau 0,46% menjadi USD60,77 per barel.
Minggu, Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya ( OPEC +) sepakat untuk menaikkan sedikit produksi pada Desember, namun menunda peningkatan output sepanjang kuartal pertama tahun depan.
Sejak April, OPEC + menaikkan target produksi sekitar 2,9 juta barel per hari, setara 2,7% dari pasokan global, tetapi memperlambat laju peningkatan sejak Oktober karena kekhawatiran akan potensi kelebihan suplai.
"Pasar mungkin melihat keputusan ini sebagai tanda awal pengakuan atas potensi kelebihan pasokan dari pihak OPEC +, yang sebelumnya sangat optimistis terhadap permintaan dan kemampuan pasar menyerap tambahan pasokan," ujar Suvro Sarkar, Kepala Tim Sektor Energi DBS Bank.
Meski demikian, pimpinan perusahaan energi besar Eropa pada Senin menolak prediksi akan terjadinya surplus pasokan minyak tahun depan. Mereka menilai permintaan justru meningkat sementara produksi mulai melandai.
Sementara itu, Wakil Menteri Energi AS, James Danly, menyatakan tidak melihat potensi kelebihan pasokan minyak pada 2026.
Keputusan OPEC + untuk menahan target produksi dikabarkan muncul setelah Rusia mengajukan permintaan jeda karena kesulitan meningkatkan ekspor akibat sanksi Barat, menurut empat sumber di dalam kelompok tersebut.
Pada Oktober, Amerika dan Inggris menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa energi Rusia, Rosneft dan Lukoil.
Dalam catatannya, JP Morgan menilai meski risiko gangguan pasokan meningkat, langkah sanksi yang diambil Amerika, Inggris, dan Uni Eropa tidak akan sepenuhnya menghambat operasi produsen minyak Rusia.
"Meski harga minyak sedang melemah, sanksi tersebut masih dapat memberikan dukungan terhadap harga dalam jangka pendek," kata analis independen Tina Teng.
Pelaku pasar kini menanti rilis data persediaan minyak mentah AS dari American Petroleum Institute (API) yang dijadwalkan Selasa malam waktu setempat. Survei awal Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS meningkat pada pekan lalu. (Reuters/AI)
Sumber : Admin