Pasar Nantikan Berita dari Nego AS-China, Minyak Dekati Level Tertinggi 7 Pekan
Wednesday, June 11, 2025       03:50 WIB

Ipotnews - Harga minyak bertahan mendekati level tertinggi dalam tujuh minggu, Selasa, ketika pasar menunggu arahan dari pembicaraan perdagangan antara Amerika dan China.
Analis mengatakan kesepakatan perdagangan antara negara dengan dua ekonomi terbesar dunia itu dapat meningkatkan harga dengan mendukung pertumbuhan ekonomi global dan mendorong permintaan minyak.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 17 sen, atau 0,3%, menjadi USD66,87 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (10/6) atau Rabu (11/6) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melemah 31 sen, atau 0,5%, menjadi USD64,98 per barel.
Senin, Brent menetap di level tertinggi sejak 22 April dan WTI di posisi puncak sejak 3 April.
Pembicaraan perdagangan antara Amerika dan China berlangsung selama dua hari penuh dan hingga malam di London, ketika kedua negara mendorong terobosan pada kontrol ekspor yang saling bertentangan, yang mengancam akan menggagalkan gencatan tarif yang rumit.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan pembicaraan dagang dengan pejabat China berjalan dengan baik dan dia berharap perundingan itu akan berakhir Selasa malam, tetapi menyebutkan pertemuan tersebut bisa berlanjut hingga Rabu.
Sementara itu, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2025 sebesar empat persepuluh poin persentase menjadi 2,3%, dengan mengatakan tarif yang lebih tinggi dan meningkatnya ketidakpastian menimbulkan "hambatan signifikan" bagi hampir semua ekonomi.
Di sisi pasokan, alokasi untuk penyuling China menunjukkan perusahaan minyak "pelat merah" Arab Saudi, Saudi Aramco, akan mengirim sekitar 47 juta barel minyak ke China pada Juli, 1 juta barel lebih sedikit dari volume yang dialokasikan untuk Juni,  Reuters  melaporkan.
Alokasi Saudi bisa menjadi tanda awal bahwa pencabutan pemotongan produksi OPEC + mungkin tidak menghasilkan banyak pasokan tambahan, kata Harry Tchilinguirian, Kepala Riset Onyx Capital.
"Prospek kenaikan lebih lanjut dalam pasokan OPEC terus menghantui pasar," kata analis ANZ, Daniel Hynes.
OPEC +, yang memproduksi sekitar setengah dari minyak dunia dan mencakup Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutu seperti Rusia, mengajukan rencana untuk peningkatan output 411.000 barel per hari untuk Juli karena ingin mengakhiri pemotongan produksi untuk bulan keempat berturut-turut.
Survei  Reuters  menemukan peningkatan output minyak OPEC pada Mei relatif terbatas, dengan Irak-- produsen OPEC terbesar kedua setelah Arab Saudi--memproduksi di bawah target untuk mengimbangi kelebihan output sebelumnya, dan Saudi serta Uni Emirat Arab melakukan penambahan lebih kecil dari yang disepakati.
Di tempat lain, Iran mengatakan akan segera mengajukan usulan balasan untuk kesepakatan nuklir sebagai respons atas tawaran Amerika yang dianggap "tidak dapat diterima" oleh Teheran. Sementara Presiden AS Donald Trump menegaskan kedua belah pihak masih berselisih pendapat mengenai apakah Teheran akan diizinkan untuk terus memperkaya uranium di tanah Iran.
Iran adalah produsen OPEC terbesar ketiga dan pelonggaran sanksi AS terhadap Teheran akan memungkinkan negara tersebut mengekspor lebih banyak minyak, yang akan menurunkan harga.
Sementara itu, Komisi Eropa mengusulkan paket sanksi ke-18 terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, yang ditujukan pada pendapatan energi, perbankan, dan industri militer Moskow.
Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada 2024 setelah Amerika, dan peningkatan sanksi kemungkinan akan membuat lebih banyak minyak tersebut raib dari pasar global, yang dapat mendukung harga minyak.
Stok Amerika
Kelompok perdagangan American Petroleum Institute dan Badan Informasi Energi Amerika akan merilis data persediaan minyak AS masing-masing pada Selasa dan Rabu.
Analis memperkirakan perusahaan energi menarik sekitar 2 juta barel minyak dari persediaan AS selama minggu yang berakhir pada 6 Juni, menandai pertama kalinya mereka menarik minyak dari penyimpanan selama tiga pekan berturut-turut sejak Januari.
Angka tersebut dibandingkan peningkatan 3,7 juta barel selama pekan yang sama tahun lalu dan peningkatan rata-rata 2,8 juta barel selama lima tahun terakhir (2020-2024). (ef)

Sumber : Admin