Pasar Cermati Dampak Sanksi untuk Rusia dan Iran, Minyak Terangkat
Friday, December 13, 2024       15:01 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Jumat, menuju kenaikan mingguan pertama sejak akhir November, karena sanksi tambahan terhadap Iran dan Rusia meningkatkan kekhawatiran pasokan, sementara prospek surplus membebani pasar.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, bertambah 23 sen atau 0,31% menjadi USD73,64 per barel pada pukul 14.42 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Jumat (13/12).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, naik 28 sen atau 0,40% menjadi USD70,30 per barel.
Kedua kontrak tersebut berada di jalur kenaikan mingguan lebih dari 3%, karena kekhawatiran tentang gangguan pasokan dari sanksi yang lebih ketat terhadap Rusia dan Iran, serta harapan langkah-langkah stimulus China dapat mendongkrak permintaan di negara konsumen minyak terbesar kedua dunia itu mendukung harga.
"Stabilisasi baru-baru ini terjadi setelah minyak mempertahankan level teknikal utama USD71," kata Yeap Jun Rong, analis IG.
"Tetapi belum ada banyak keyakinan untuk mendorong pemulihan harga yang lebih kuat saat ini."
Data China minggu ini menunjukkan impor minyak mentah tumbuh secara tahunan untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada November, didorong harga yang lebih rendah dan penimbunan stok.
"Kita melihat sedikit pemulihan dalam margin pengilangan sejak titik terendah September, tetapi tidak berpikir itu sesuatu yang membenarkan volume impor minyak mentah November," kata Warren Patterson, Kepala Riset Komoditas ING.
Impor minyak mentah oleh importir terbesar di dunia itu akan tetap tinggi hingga awal 2025 karena penyuling memilih untuk meningkatkan lebih banyak pasokan dari eksportir utama Arab Saudi, yang tertarik pada harga yang lebih rendah, sementara penyuling independen bergegas menggunakan kuota mereka.
Badan Energi Internasional (IEA) meningkatkan perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak global 2025 menjadi 1,1 juta barel per hari (bph) dari 990.000 bph, bulan lalu, berkat langkah-langkah stimulus China baru-baru ini, menurut laporan pasar minyak bulanannya.
Namun, lembaga itu memperkirakan surplus untuk tahun depan, ketika negara-negara non- OPEC + bersiap meningkatkan pasokan sekitar 1,5 juta barel per hari, didorong oleh Argentina, Brasil, Kanada, Guyana, dan Amerika Serikat.
Tiga produsen minyak terbesar Kanada memperkirakan produksi yang lebih tinggi pada 2025. Berdasarkan rekor produksi AS, Goldman Sachs memperkirakan produksi shale oil Lower 48 akan meningkat 600.000 bph pada 2025, meski pertumbuhan dapat melambat jika Brent turun di bawah USD70 per barel.
Investor juga berspekulasi the Fed akan memangkas biaya pinjaman minggu depan dan menindaklanjutinya tahun depan dengan pengurangan lebih lanjut, setelah data ekonomi memperlihatkan klaim mingguan untuk tunjangan pengangguran meningkat secara tak terduga. (ef)

Sumber : Admin