Para Peminjam Dana Pecahkan Rekor Global, Terbitkan Surat Utang Senilai USD600 Miliar
Tuesday, October 01, 2024       15:04 WIB

Ipotnews - Perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia membanjiri pasar utang dengan menerbitkan obligasi dan mengajukan pinjaman, seiring dengan turunnya imbal hasil dan semakin dekatnya pemilihan presiden AS.
Menurut data yang dikumpulkan Bloomberg, lebih dari 1.226 penerbit surat utang menjual lebih dari USD600 miliar di bulan September. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak untuk bulan itu dalam catatan selama lebih dari dua dekade.
Penerbitan di pasar obligasi  high-grade  AS adalah yang paling sibuk di bulan September. Pemberi pinjaman Eropa menjual obligasi Tier 1 Tambahan dalam jumlah yang mencapai rekor. Pasar luar negeri China untuk surat utang berdenominasi yuan memecahkan rekor dalam satu bulan. Pemilik TikTok, ByteDance Ltd. mengincar pinjaman sebesar USD10,8 miliar yang akan menjadi fasilitas korporasi berdenominasi dolar terbesar di Asia, tidak termasuk Jepang.
Perusahaan-perusahaan ingin meminjam dana sebelum pemilihan presiden AS yang berpotensi mengguncang pasar utang dan meningkatkan kekhawatiran inflasi, dan sebelum memasuki masa-masa pemadaman laba. Pada saat yang sama, mereka mengambil manfaat dari permintaan yang kuat karena investor membeli obligasi sebelum bank sentral memangkas suku bunga lebih lanjut. Premi risiko yang lebih rendah juga mendorong para emiten untuk bertindak cepat.
"Pasar telah terbuka lebar dan  spread  sangat ketat. Dari sudut pandang emiten, di dunia korporat, itu adalah kondisi yang cukup bagus," kata Kathy Jones, kepala strategi pendapatan tetap di Schwab Center for Financial Research. "Jika saya seorang emiten dan saya benar-benar harus menyelesaikan sesuatu, saya ingin melakukannya sebelum pemilu karena bisa jadi sangat gaduhk dan tidak stabil serta tidak pasti," imbuhnya seperti dikutip Bloomberg, Selasa (1/10).
Perusahaan-perusahaan  blue-chip  telah meminjam USD170 miliar sepanjang September, yang merupakan rekor tersibuk. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg sejak tahun 2013, di pasar pinjaman dengan  leverage , bulan ini meluncurkan transaksi senilai USD128 miliar, mencapai USD100 miliar untuk pertama kalinya. Di pasar obligasi dengan imbal hasil tinggi, lebih dari 50 perusahaan menjual hampir USD37 miliar obligasi.
Fenomena pinjaman ini telah mendunia. Di Eropa, penjualan obligasi Tier 1 Tambahan mencapai sekitar 13 miliar euro (USD14,5 miliar). Perusahaan-perusahaan Asia Pasifik telah menerbitkan lebih dari USD42 miliar obligasi dalam mata uang dolar dan euro pada September, jumlah terbesar dalam satu bulan sejak Januari tahun lalu.
Angka ini juga merupakan angka terbesar untuk bulan September dalam tiga tahun terakhir, dengan sekuritas dolar mencapai sekitar USD33 miliar. Perusahaan-perusahaan di China menjual USD7,6 miliar surat utang dolar, dipimpin oleh raksasa pengiriman makanan Meituan yang meminjam USD2,5 miliar.
"Para peminjam melihat  spread  yang mendekati level terendah sepanjang masa, sehingga hal ini menarik dari sudut pandang pinjaman," ujar Meghan Robson, kepala strategi kredit AS di BNP Paribas.
Penerbitan surat utang di pasar keuangan terstruktur juga berjalan kuat. Data yang dikumpulkan Bloomberg News memperlihatkan, penjualan obligasi pinjaman yang dijamin dengan agunan naik hampir 70% menjadi USD142 miliar, sementara penjualan sekuritas beragun aset di AS telah mencapai USD277 miliar sepanjang tahun ini, hampir 25% lebih tinggi daripada tahun lalu.
Di sektor real estat komersial, penerbitan sekuritas beragun hipotek komersial label pribadi naik 146% sepanjang tahun ini menjadi USD80 miliar, menurut data tersebut. Hal ini terjadi karena penjualan  rebound  dari level rendah di tengah kekhawatiran tentang kelas aset tahun lalu.
Neha Khoda, kepala strategi pinjaman di Bank of America Corp, bertaruh bahwa laju penerbitan akan melambat menjelang musim pemilu. Robson dari BNP sependapat.
"Kami memperkirakan laju penerbitan akan melambat di bulan Oktober," kata Robson. Jika membandingkan tahun-tahun pemilu dan non-pemilu, suplai bulan Oktober biasanya lebih rendah pada tahun-tahun pemilu, imbuhnya. Menurutnya, faktor yang lebih penting ke depannya adalah data pertumbuhan,.
"Jika data terus positif, sentimen akan kuat," kata Robson. "Sedangkan jika kita mendapatkan data yang lebih lemah, akan ada lebih banyak kekhawatiran seputar pertumbuhan dan volatilitas yang lebih tinggi, dan itu akan menjadi penghalang potensial untuk pasokan." (Bloomberg)


Sumber : admin