Minyak Sawit Berjangka Melesat, Ikuti Lonjakan Harga Soyoil Chicago
Friday, January 10, 2025       14:01 WIB

Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia melesat, Jumat, mengikuti kenaikan harga minyak kedelai (soyoil) Chicago, tetapi bersiap untuk mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut.
Harga minyak sawit acuan untuk kontrak pengiriman Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melonjak 45 ringgit, atau 1,05%, menjadi 4.341 ringgit (USD966,17) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Jumat (10/1).
Harga kontrak tersebut melorot sekitar 0,89% sejauh pekan ini.
"Harga minyak sawit berjangka terlihat diperdagangkan lebih tinggi karena pemulihan yang kuat pada minyak kedelai Chicago tadi malam dan selama jam-jam Asia hari ini," kata Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group, yang berbasis di Mumbai.
Namun, Bagani menambahkan bahwa ekspektasi penurunan harga acuan minyak sawit Indonesia untuk periode Februari, ketidakpastian atas keberhasilan mandat biodiesel B40 Indonesia, dan harga minyak sawit berjangka Dalian yang lesu membatasi kenaikan tersebut.
Kontrak minyak kedelai yang paling aktif di bursa Dalian naik 0,19%, sementara kontrak minyak sawitnya turun 0,33%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade melambung 2,64%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya, karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Stok minyak sawit Malaysia menyusut untuk bulan ketiga berturut-turut, merosot 6,91% menjadi 1,71 juta metrik ton pada akhir Desember, sementara produksi minyak sawit mentah turun 8,3% dan ekspor anjlok 9,97%, menurut data dari Malaysian Palm Oil Board, Jumat.
Surveyor kargo dijadwalkan untuk merilis data ekspor 1-10 Januari hari ini.
Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Asia, dan berada di jalur untuk mencetak kenaikan pekan ketiga berturut-turut, dengan kondisi dingin di beberapa bagian Amerika Serikat dan Eropa mendorong permintaan bahan bakar untuk pemanas.
Harga minyak mentah berjangka yang lebih kuat membuat CPO menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Ringgit Malaysia, mata uang perdagangan kelapa sawit, menguat 0,16% terhadap dolar, membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Minyak kelapa sawit diperkirakan stabil di sekitar support 4.263 ringgit per metrik ton dan bangkit menuju kisaran 4.362 ringgit hingga 4.423 ringgit," kata analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)

Sumber : Admin