Minyak Sawit Berbalik Menguat, Disokong Optimisme Permintaan India
Wednesday, February 05, 2025       13:53 WIB

Ipotnews - Minyak kelapa sawit (CPO) berjangka Malaysia membalikkan kerugian awal, Rabu, didukung lonjakan harga minyak nabati Dalian yang merupakan pesaingnya, sementara trader optimistis tentang potensi dimulainya kembali permintaan minyak kelapa sawit dari India.
Harga minyak kelapa sawit untuk kontrak pengiriman April di Bursa Malaysia Derivatives Exchange menguat 20 ringgit, atau 0,46%, menjadi 4.328 ringgit (USD977,64) per metrik ton pada jeda tengah hari, setelah anjlok 1,35% pada sesi Selasa, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Rabu (5/2).
"Pelaku pasar optimistis tentang dimulainya kembali pembelian CPO India untuk mengisi kembali stoknya setelah impor minyak kelapa sawit negara itu mencapai titik terendah dalam beberapa tahun pada Januari," kata Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group yang berpusat di Mumbai.
"Perdagangan positif yang lebih luas pada minyak nabati (vegetable oil) China selama jam-jam Asia juga merupakan faktor di balik penguatan yang terlihat pada harga CPO berjangka."
Sementara, kontrak minyak kedelai (soyoil) teraktif Dalian melambung 2,74%, sedangkan kontrak minyak sawitnya melesat 2,27%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,17%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global.
Impor minyak sawit India sepanjang Januari anjlok ke level terendah dalam hampir 14 tahun, ketika penyuling mengganti minyak tropis tersebut dengan minyak kedelai pesaingnya yang lebih murah karena margin penyulingan CPO yang negatif, ungkap sejumlah dealer.
Impor kedelai Uni Eropa sejauh musim 2024-25 yang dimulai Juli 2024 mencapai 8,27 juta metrik ton hingga 2 Februari, dibandingkan 7,32 juta ton setahun sebelumnya.
Impor minyak sawit UE merosot menjadi 1,69 juta ton dari 2,14 juta ton tahun lalu, berdasarkan data yang diterbitkan Komisi Eropa.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, menguat 0,29% terhadap dolar AS, membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Minyak kelapa sawit mungkin kembali mencapai titik tertingginya pada 3 Februari di 4.415 ringgit per metrik ton karena berhasil stabil di sekitar level support 4.265 ringgit," kata analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)

Sumber : Admin