Minyak Melonjak Lebih dari 4% di Tengah Eskalasi Perang Iran-Israel
Wednesday, June 18, 2025       03:52 WIB

Ipotnews - Harga minyak melonjak lebih dari 4%, Selasa, karena konflik Iran-Israel berkecamuk tanpa tanda-tanda berakhir, meski infrastruktur dan aliran migas sejauh ini terhindar dari dampak substansial.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat USD3,22 atau 4,4% menjadi USD76,45 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Houston, Selasa (17/6) atau Rabu (18/6) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melambung USD3,07 atau 4,28% menjadi USD74,84 per barel.
Meski tidak ada gangguan yang nyata pada aliran minyak, Iran menghentikan sebagian produksi gas di ladang South Pars yang dimilikinya bersama Qatar setelah serangan Israel memicu kebakaran, Sabtu. Israel juga menyerang depot minyak Shahran di Iran.
Serangan udara yang terus berlanjut antara Israel dan Iran mengembalikan risiko geopolitik ke pasar minyak yang sudah menyadari keseimbangan pasokan dan permintaan yang ketat, ungkap Phil Flynn, analis Price Futures Group.
"Ini bukan sesuatu yang hanya terjadi sekali saja; mungkin lebih mirip dengan Rusia dan Ukraina," kata Flynn.
Tabrakan dua kapal tanker minyak di dekat Selat Hormuz, tempat gangguan elektronik meningkat selama konflik tersebut, menyoroti kemungkinan bahwa jalur air vital untuk pengiriman minyak itu dapat terputus.
"Pasar sebagian besar khawatir tentang gangguan melalui (Selat) Hormuz, tetapi risikonya sangat rendah," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Tidak ada keinginan untuk menutup jalur air tersebut, mengingat Iran akan kehilangan pendapatan dan Amerika menginginkan harga minyak dan inflasi yang lebih rendah, Hansen menambahkan.
Ketidakpastian membuat pelaku pasar Selasa bertanya-tanya bagaimana para pemimpin Iran akan bereaksi jika mereka mengira kehilangan cengkeraman kekuasaan, tutur John Kilduff, mitra di Again Capital.
Meski ada potensi gangguan, terdapat tanda-tanda pasokan minyak tetap melimpah di tengah ekspektasi permintaan yang lebih rendah.
Dalam laporan minyak bulanannya, Selasa, Badan Energi Internasional merevisi estimasi permintaan minyak dunia turun 20.000 barel per hari dari perkiraan bulan lalu dan meningkatkan proyeksi pasokan sebesar 200.000 barel per hari menjadi 1,8 juta barel per hari.
Investor juga fokus pada keputusan suku bunga bank sentral, analis PVM Associates, Tamas Varga, mengatakan dalam sebuah catatan, dengan Komite Pasar Terbuka Federal AS akan membahas suku bunga mulai Selasa. (ef)

Sumber : Admin