Menyusun Rencana Keuangan Secara Mandiri (Do-It-Yourself)
Thursday, June 19, 2025       16:34 WIB

Rencana Keuangan ( Financial Plan ) adalah sesuatu yang mutlak Anda butuhkan untuk menapaki masa depan keuangan yang serba tidak pasti. Rencana Keuangan itu ibarat peta jalan yang akan menuntun kita sehingga tidak tersesat. Tetapi, banyak orang yang hidup tanpa memiliki peta jalan yang jelas.
Mereka tidak memiliki rencana yang jelas akan apa yang ingin dicapainya dalam jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Untuk orang-orang yang belum memiliki rencana jangka pendek dan jangka menengah, dapat dipastikan bahwa mereka tidak atau belum memiliki rencana jangka panjang, seperti mencapai kebebasan finansial atau rencana untuk dapat pensiun dengan nyaman ( comfortable ).
Untuk menyusun rencana keuangan, Anda tidak harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ilmu keuangan ( finance ), tetapi Anda harus benar-benar mengerti tentang orang yang menjadi subjek dari rencana keuangan itu.
Menurut kami, orang yang paling mengerti tentang subjek rencana keuangan itu adalah diri kita sendiri. Jadi, rencana keuangan tidak selalu harus disusun oleh para Perencana Keuangan ( Financial Planner ).
Apalagi jika kondisi keuangan kita termasuk yang sederhana saja. Misalnya, Anda hanya memiliki satu atau beberapa sumber pendapatan ( income ), yang semuanya ada di dalam negeri (sehingga tidak ada masalah perbedaan dalam aspek hukum dan pajak).
Di bawah ini, kami membahas 9 (sembilan) hal yang  perlu diketahui  jika Anda ingin menyusun rencana keuangan secara mandiri ( do-it-yourself ). Kami tidak membuat ke-sembilan hal ini menjadi  sembilan langkah  untuk menyusun rencana keuangan secara mandiri, karena ada langkah-langkah tertentu yang mungkin telah Anda lakukan dan tidak Anda perlukan lagi untuk dibahas. Ke-tujuh hal yang perlu Anda ketahui itu adalah:
1. Tuliskan semua sasaran keuangan yang ingin dicapai
Sasaran-sasaran keuangan ( financial goals ) terdiri atas sasaran jangka pendek (dapat dicapai dalam waktu 1 tahun atau kurang), sasaran jangka mengengah (dapat dicapai dalam waktu di atas 1 tahun tapi di bawah 10 tahun), dan sasaran jangka panjang (hanya dapat dicapai dalam jangka waktu di atas 10 tahun).
Anda harus mengetahui semua sasaran-sasaran yang ingin dicapai di kemudian hari, tidak hanya sasaran jangka pendek saja. Setelah mengetahui sasaran yang ingin dicapai, Anda dapat menyusun langkah-langkah untuk mencapai sasaran tersebut. Berbicara tentang sasaran keuangan yang ingin dicapai terdengar mudah, karena kita belum menuliskannya.
Untuk mencapai sasaran keuangan itu, kita harus menuliskan apa yang ingin kita capai, target waktu untuk mencapainya, dan berapa banyak uang yang harus kita simpan per bulan untuk mencapai sasaran keuangan itu. Jika Anda telah mampu menuliskan sasaran keuangan yang ingin Anda capai, maka semakin banyak detail yang Anda mampu tuliskan, akan semakin mudah bagi Anda untuk mengukur kemajuan Anda dalam usaha mencapai sasaran keuangan itu.
Detail yang perlu Anda tuliskan adalah: (1) sasaran yang ingin dicapai, (2) jumlah Rupiah dari setiap sasaran (goals) yang ingin dicapai, (3) jangka waktu atau batas waktu untuk mencapai setiap sasaran keuangan, dan (4) besarnya rupiah yang harus ditabung (diinvestasikan) untuk mencapai setiap sasaran keuangan ( financial goals ).
2. Hitung kekayaan bersih yang dimiliki saat ini
Menghitung kekayaan bersih tujuannya adalah untuk mengetahui letak atau posisi Anda saat ini secara keuangan. Pertama-tama, hitung semua harta yang Anda miliki. Tanah dan bangunan, kendaraan, dan semua investasi yang ada (harta bergerak maupun harta tidak bergerak). Setelah itu, hitung semua kewajiban yang belum lunas. Mungkin Anda masih memiliki utang KPR (Kredit Pemilikan Rumah), utang KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), dan utang KK (Kartu Kredit) atau KTA (Kredit Tanpa Agunan).
Kurangkan nilai semua kewajiban Anda dari harta yang Anda miliki, itulah kekayaan bersih Anda. Kami tidak menganjurkan Anda untuk memasukkan nilai dari pendidikan yang telah Anda tempuh sebagai harta tak berwujud ( intangible assets ) karena pendidikan yang tinggi tidak selalu berarti akan memperoleh gaji yang tinggi.
Jika Anda seperti saya dulu, saya mulai dari nol (secara literal nol, karena saya ke Jakarta hanya membawa satu lembar kertas ijazah Sarjana Teknik ITB). Jangan berkecil hati, karena segala hal dapat terjadi di kemudian hari. Dengan mengetahui kekayaan bersih yang Anda miliki saat ini, Anda tahu dari mana Anda bergerak.
3. Ketahui berapa arus kas ( cash flow ) Anda setiap bulan
Setelah mengetaui sasaran-sasaran yang akan Anda capai dan posisi keuangan Anda saat ini, selanjutnya Anda perlu mengetahui besarnya arus kas yang Anda miliki setiap bulan. Arus kas terdiri dari arus kas masuk ( cash inflow ) dan arus kas keluar ( cash outflow ).
Untuk Anda yang berstatus karyawan, arus kas masuk ( cash inflow ) berupa gaji mungkin adalah arus kas masuk yang paling utama. Arus kas masuk yang lain adalah pekerjaan tambahan (jika ada), dan hasil pengembangan investasi (jika ada).
Sebaliknya, ada cukup banyak hal yang membentuk arus kas keluar ( cash outflow ). Kita dapat membagi pengeluaran kita atas enam bagian, yaitu: (1) biaya perumahan, (2) biaya transportasi, (3) biaya makan dan kebutuhan sehari-hari, (4) biaya pembayaran utilitas ( PDAM , PLN, internet, dan lain-lain), (5) biaya perawatan kesehatan, dan (6) biaya hiburan ( entertainment ).
Arus kas yang sehat adalah jika arus kas masuk ( cash inflow ) lebih besar dari arus kas keluar ( cash outflow ). Anda harus selalu berusaha untuk membuat arus kas masuk ( cash inflow ) menjadi semakin besar (dengan tambahan penghasilan dari pekerjaan sampingan dan hasil-hasil investasi), dan sebaliknya selalu berusaha agar supaya arus kas keluar ( cash outflow ) menjadi semakin kecil (dengan memangkas pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu).
Selanjutnya, arus kas keluar ( cash outflow ) dapat dibagi atas pengeluaran yang wajib ( necessity or needs ), pengeluaran yang tidak wajib ( discretionary or wants ), dan pengeluaran-pengeluaran yang tidak berulang ( only happened once in a while ). Dengan memiliki arus kas yang positif, Anda akan memiliki tabungan untuk mencapai cita-cita keuangan Anda di kemudian hari.
4. Lakukan penganggaran ( budgeting )
Setelah mengetahui besarnya arus kas yang Anda miliki setiap bulan (arus kas masuk dan arus kas keluar), Anda kemudian dapat melakukan penganggaran ( budgeting ), supaya pengeluaran Anda lebih terkontrol (tidak lebih besar pasak daripada tiang). Penganggaran tidak hanya dibuat untuk mencapai sasaran jangka pendek atau sasaran jangka menengah saja, tetapi juga sasaran jangka panjang.
Sasaran jangka panjang seperti mencapai kebebasan finansial atau untuk dapat pensiun dengan nyaman biasanya tidak disusun secara kuantitatif dengan mencantumkan jumlah rupiah yang dituju serta jangka waktu ( target date ) pencapaiannya.
Untuk memastikan bahwa semua sasaran keuangan Anda pada waktunya akan tercapai, Anda harus mencantumkan jumlah yang ingin Anda capai dan jangka waktu ( target date ) pencapaiannya. Selanjutnya, sasaran jangka panjang itu pun harus masuk dalam anggaran ( budget ) yang Anda buat setiap bulan.
5. Pusatkan perhatian pada manajemen utang
Jika Anda telah melakukan penganggaran ( budgeting ) dengan baik, selanjutnya Anda harus memusatkan perhatian pada utang-utang yang ada. Kecuali apabila Anda terlahir sebagai anak orang yang kaya raya, berutang seringkali tidak dapat dihindarkan. Sekarang ini, hampir tidak ada orang yang membeli rumah secara tunai. Demikian juga untuk kendaraan, sebagian besar kendaraan (mobil) dibeli secara kredit.
Hal yang harus Anda perhatikan di sini adalah jangan sampai utang-utang yang ada, mengganggu arus kas Anda setiap bulan. Utang pada umumnya adalah utang KPR, utang KKB, dan utang KK atau KTA. Utang KPR seringkali tidak dapat kita hindari, karena pada umumnya kita tidak akan sanggup untuk membeli rumah tinggal secara tunai.
Hal yang dapat kita lakukan adalah memastikan bahwa semua angsuran pembayaran utang dilakukan tepat waktu sehingga utang itu tidak membengkak dari denda pembayaran angsuran yang tertunda.
Utang KKB pun demikian, karena umumnya kita tidak dapat membeli kendaraan (pertama) secara tunai. Tetapi, sejalan dengan waktu, ketika kita telah memiliki penghasilan yang lebih besar, maka sebaiknya utang KKB itu dihindari.
Mengapa? Karena kredit kendaraan (mobil), terutama mobil ke-dua dan seterusnya adalah kredit konsumtif dan bunga KKB pun cenderung jauh lebih tinggi dibandingkan kredit-kredit yang lain. Jadi, hindari membeli kendaraan (kedua dan seterusnya) secara kredit karena itu berarti Anda telah menggadaikan masa depan Anda demi kepuasan saat ini.
Terakhir, kredit yang diperoleh dari KK atau KTA harus sedapat mungkin dihindari. Pergunakan kartu kredit hanya untuk kemudahan pembayaran yang ditawarkan. Bayarlah selalu Kartu Kredit pada setiap tanggal tagihan. Saya sendiri hanya mempergunakan kartu kredit untuk membayar iuran tahunan keanggotaan CFA saya, karena KK lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah untuk dipergunakan (dibandingkan dengan transfer tunai USD ke Amerika Serikat).
Kemudian, hindari mengambil KTA. Kemudahan yang ditawarkan KTA ( kredit tanpa agunan) tidak diberikan secara cuma-cuma, tetapi akan diikuti dengan suku bunga yang tinggi (secara eksplisit atau pun secara implisit).
6. Pastikan tabungan dana pensiun berkembang sesuai rencana
Di depan kita telah membahas bahwa sasaran-sasaran keuangan dapat berupa sasaran jangka pendek, sasaran jangka menengah, dan sasaran jangka panjang. Ketiga sasaran keuangan ini harus dipenuhi secara bersamaan (walau pun tenggat waktu pencapaian sasaran-sasaran keuangan ini berbeda-beda).
Jadi, ketika Anda berusaha untuk mencapai sasaran jangka pendek (misalnya, menyimpan Dana Darurat sebesar 9 bulan pengeluaran rutin), Anda pun tetap harus memenuhi kewajiban untuk mencapai sasaran keuangan jangka menengah (misalnya, pembayaran angsuran KKB atau uang kuliah anak).
Jangan dilupakan juga kewajiban untuk mencapai sasaran keuangan jangka panjang (misalnya, berupa pembayaran KPR rumah yang dicicil selama 15 tahun, menyisihkan sebagian tabungan untuk investasi sehingga Anda dapat mencapai kebebasan keuangan sebelum pensiun, dan memastikan bahwa tabungan Dana Pensiunmu berkembang sesuai rencana).
7. Pastikan bahwa Anda memiliki cukup Dana Cadangan ( Reserve or Emergency Fund )
Manfaat memiliki Dana Cadangan ( Reserve Fund ) sudah diketahui oleh semua orang. Tetapi, banyak pula orang yang mengabaikan pentingnya memiliki Dana Cadangan itu (sampai ketika terjadi peristiwa darurat yang membutuhkan Dana Cadangan itu). Dana Cadangan ( Emergency Fund ) dibutuhkan untuk banyak hal, karena kita tidak dapat mengetahui semua peristiwa yang akan terjadi besok.
Salah satu hal yang paling ditakutkan oleh seorang karyawan adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Saat ini Anda mungkin merasa cukup aman karena memiliki pekerjaan tetap pada Perusahaan besar. Tetapi, tetap tidak ada jaminan bahwa Perusahaan tempat Anda bekerja akan tetap berdiri dan Anda tidak akan di PHK. Contoh terbaru adalah PHK yang terjadi pada semua karyawan PT Sritex di Solo.
8. Pastikan bahwa Anda telah mempunyai Polis Asuransi yang tepat
Hal penting lainnya yang perlu Anda persiapkan ketika menyusun rencana keuangan secara mendiri ( do-it-yourself ) adalah mempunyai polis asuransi yang tepat. Asuransi yang harus dimiliki oleh setiap orang dapat berbeda-beda dalam nilai pertanggungan tetapi dari segi jenis perlindungan dapat dibagi atas (1) asuransi jiwa ( life insurance ), (2) asuransi kerugian (asuransi kebakaran untuk rumah dan asuransi untuk tabrakan atau kehilangan kendaraan bermotor), dan (3) asuransi Kesehatan.
Anda dapat pula menambahkan asuransi kecelakaan kerja ( personal accident ) jika pekerjaan Anda tergolong sangat beresiko. Tetapi pada umumnya Perusahaan sudah mengasuransikan karyawan-karyawannya dengan jumlah yang memadai.
Nilai pertanggungan untuk asuransi kerugian akan bergantung pada nilai objek yang diasuransikan. Maksimum penggantian dari perusahaan asuransi adalah sebesar kerugian dari hilangnya, atau musnahnya, atau kerusakan dari objek yang dipertanggungkan dan tidak akan lebih besar dari nilai pertanggungan yang dicantumkan dalam polis.
Kondisi berbeda terjadi ketika kita membeli polis asuransi jiwa. Nilai dari jiwa manusia (bagi pemegang polis) tidak ternilai. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa pemegang polis dapat mengasuransikan jiwa seseorang setinggi-tingginya. Di sini, ada faktor  insurable interest  (kepentingan untuk diasuransikan) dan kemampuan pemegang polis untuk membayar premi yang perlu diperhatikan. Misalnya, seorang buruh dengan gaji UMR seharusnya tidak membeli polis asuransi jiwa senilai Rp20 milyar.
Terakhir, polis yang wajib dimiliki oleh seorang individu adalah Asuransi Kesehatan ( Health Insurance ). Jika Anda adalah seorang karyawan, maka kemungkinan besar masalah asuransi Anda sudah diurus oleh Perusahaan. Biasanya, Perusahaan mempertanggungkan resiko kesehatan karyawannya berbeda-beda berdasarkan jabatan karyawan tersebut di Perusahaan. Jarang ada Perusahaan yang juga mempertanggungkan pasangan (istri atau suami) dari karyawan.
Masalah pertanggungan asuransi kesehatan untuk pasangan, dan pertanggungan asuransi untuk anak-anak harus Anda bicarakan dengan pasangan Anda. Memiliki asuransi kesehatan untuk pribadi (individu) yang sama kemungkinan besar akan menjadi sia-sia (mubazir) karena sifat penggantian Asuransi Kesehatan adalah  indemnity  (penggantian sebesar biaya aktual yang dikeluarkan oleh Tertanggung atas kejadian yang diasuransikan).
Dalam kasus Asuransi Kesehatan, memiliki dua polis asuransi hanya berarti bahwa penggantian dari polis ke-dua baru dapat diajukan jika batas penggantian dari polis pertama telah terpakai seluruhnya.
9. Buat surat wasiat jika perlu
Hal terakhir yang akan kita bicarakan untuk orang-orang yang menyusun rencana keuangannya secara mandiri adalah surat wasiat. Menyiapkan surat wasiat dapat dianggap sebagai hal yang penting bagi seseorang tetapi dapat pula dianggap sebagai hal yang tidak perlu bagi orang lain.
Pada umumnya, jika seseorang memiliki cukup banyak harta (dan juga memiliki keluarga dekat yang dapat mewarisi hartanya tersebut), maka mungkin ia butuh menulis surat wasiat agar harta miliknya akan diwarisi oleh pihak penerima warisan sesuai keinginannya.
Tanpa adanya surat wasiat, maka harta warisan akan dibagi menurut Hukum Waris yang berlaku ( KUHP erdata), atau menurut Hukum Adat, atau menurut Hukum Agama (Islam). Mohon maaf, kami tidak dapat berbicara terlalu banyak mengenai hukum waris di sini karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS