Market Telaah Dampak Perang Dagang AS-China, Minyak Merosot 1%
Wednesday, April 16, 2025       14:10 WIB

Ipotnews - Harga minyak merosot 1%, Rabu, karena perubahan kebijakan tarif Amerika memicu ketidakpastian, mendorong trader untuk mempertimbangkan dampak potensial perang dagang AS-China terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melemah 70 sen, atau 1,08%, menjadi USD63,97 per barel pada pukul 13.52 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Rabu (16/4).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menyusut 72 sen, atau 1,17%, menjadi USD60,61 per barel. Kedua patokan tersebut melemah sekitar 0,3% pada penutupan Selasa.
Permintaan minyak global diperkirakan tumbuh di tingkat paling lambat selama lima tahun pada 2025 dan kenaikan produksi Amerika juga akan berkurang, dipicu tarif Presiden Donald Trump terhadap sejumlah mitra dagang dan tindakan pembalasan mereka, ungkap Badan Energi Internasional (IEA), Selasa.
"Investor terus berjuang dalam menemukan katalis untuk mendorong rebound yang lebih berarti, karena pertumbuhan global secara luas diperkirakan melambat seiring tarif AS, yang membahayakan permintaan minyak," kata Yeap Jun Rong, analis IG.
"Tren penurunan harga minyak tetap utuh dan kita mungkin memperkirakan optimisme awal seputar pencabutan tarif akan memudar, dan hambatan makro yang mendasari data ekonomi mendatang dapat membawa pasar kembali ke realitas yang lebih serius."
Permintaan minyak dunia tahun ini diprediksi meningkat 730.000 barel per hari, menurut IEA, turun tajam dari 1,03 juta barel per hari yang diperkirakan bulan lalu. Penurunan tersebut lebih besar dari pemotongan estimasi permintaan Organisasi Negara Eksportir Minyak, yang dirilis Senin.
Sengketa tarif antara Amerika dan China tetap menjadi ancaman paling signifikan bagi ekonomi dan permintaan minyak global, ungkap Imad Al-Khayyat, Kepala Riset London Stock Exchange Group.
"Setiap minggu yang berlalu tanpa tanda-tanda pelonggaran dalam kebuntuan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya resesi global dan menurunkan batas harga," ujar Al-Khayyat.
Kekhawatiran atas eskalasi tarif Trump, dikombinasikan dengan meningkatnya produksi dari OPEC +, kelompok yang terdiri dari OPEC dan sekutu produsennya seperti Rusia, menyeret harga minyak anjlok sekitar 13% sejauh bulan ini.
Ketidakpastian seputar ketegangan perdagangan menyebabkan sejumlah bank, termasuk UBS, BNP Paribas dan HSBC , untuk memangkas proyeksi harga minyak mentah mereka.
Trump menaikkan tarif pada barang-barang China ke tingkat yang sangat tinggi, mendorong Beijing untuk mengenakan bea balasan atas impor AS dalam perang dagang yang semakin intensif antara dua ekonomi terbesar dunia itu, yang dikhawatirkan pasar akan menyebabkan resesi global.
Sementara itu, stok minyak mentah Amerika melonjak 2,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 11 April, sementara persediaan bensin merosot 3 juta barel dan stok sulingan menyusut 3,2 juta barel, tutur sumber pasar, mengutip angka American Petroleum Institute, Selasa. (ef)

Sumber : Admin