Kesalahan Perencanaan Pensiun yang Harus Dihindari
Tuesday, September 24, 2024       16:49 WIB

Pensiun adalah masa keemasan ( golden period ) yang ditunggu-tunggu semua orang yang bekerja. Tidak ada orang yang dapat bekerja selamanya, karena pada akhirnya setiap orang yang bekerja akan pensiun juga. Untuk dapat pensiun dengan nyaman, setiap orang yang bekerja harus membuat perencanaan pensiun sehingga masa pensiun tidak datang begitu saja.
Perencanaan pensiun seringkali dibuat dengan bantuan Perencana Keuangan ( Financial Planner ), tetapi sesungguhnya setiap orang dapat membuat perencanaan pensiun ( retirement planning ) untuk dirinya sendiri, tanpa bantuan perencana keuangan.
Dalam perencanaan pensiun, kesalahan yang umumnya dilakukan orang adalah:
 Pertama , tidak memiliki rencana pensiun sama sekali. Masa pensiun hanya dibiarkan tiba begitu saja tanpa perencanaan sama sekali. Ini tentu saja adalah cara yang salah dalam menghadapi masa pensiun. Tetapi, sangat mengagetkan kalau kita tahu bahwa ternyata sebagian besar orang tidak memiliki rencana pensiun sama sekali.
Seringkali orang lebih sibuk membuat rencana liburannya dua bulan lagi, sampai merencanakan hal-hal yang detail, tapi orang tidak membuat rencana pensiun untuk dirinya yang jauh lebih penting.
 Kedua , orang seringkali terlalu bergantung pada JHT (Jaminan Hari Tua) pada BPJS -TK (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial- Tenaga Kerja), bahwa semua urusan pensiun sudah dipenuhi dalam program JHT yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Orang seringkali lupa bahwa program JHT yang diselenggarakan oleh pemerintah hanya menyediakan jumlah  minimum  untuk dapat pensiun. Jika kita ingin pensiun dengan nyaman, maka kita harus memiliki tabungan Dana Pensiun (pribadi) yang kita simpan di luar JHT.
 Ketiga , kesalahan berikutnya adalah tidak mulai menabung Dana Pensiun pribadi ini sejak awal. Jika kita telat memulai Tabungan Dana Pensiun pribadi ini, tentu saja jumlah tabungan Dana Pensiun kita akan lebih sedikit, di samping kerugian karena kita tidak bisa menikmati keuntungan dari pengembangan Dana Pensiun itu (bunga berbunga).
Tanpa tabungan Dana Pensiun pribadi, kita tidak bisa mewujudkan cita-cita di masa pensiun, misalnya untuk membuka usaha berjualan  on-line , atau untuk relokasi ke Bali yang tentunya bakal menghabiskan banyak biaya.
Untuk membantu Anda memahami kesalahan-kesalahan pada waktu melakukan perencanaan pensiun, di bawah ini kami tambahkan lagi sepuluh kesalahan perencanaan pensiun (selain tiga kesalahan perencanaan pensiun yang  umum dilakukan  yang sudah disebutkan di atas) yang harus dihindari.
Tidak semua kesalahan-kesalahan perencanaan pensiun yang kami sajikan di sini relevan bagi Anda, tetapi kesalahan ini mungkin dilakukan oleh perencana pensiun yang lain.
Terburu-buru melakukan relokasi
Ada kalanya, orang telah merencanakan untuk berpindah tempat tinggal (relokasi) sejak masih aktif bekerja. Mungkin tempat tinggal sekarang pada waktu masih aktif bekerja di tengah kota Jakarta dianggap terlalu bising, udaranya kotor dengan polusi, dan irama hidup di kota besar yang serba cepat dianggap tidak cocok dengan gaya hidup pensiunan.
Tetapi, melakukan pindah rumah (relokasi) tidaklah mudah dan barangkali tidak murah pula, terutama jika kita ingin melakukan relokasi ke daerah tempat wisata seperti Bali, Lembang (Bandung Utara), atau Minahasa (Manado).
Jika target relokasi kita adalah tempat yang jauh, yang hanya kita kenal sepintas saja, atau hanya kita kenal ketika kita berwisata di sana, maka untuk menghindarkan kesalahan pada waktu relokasi, kita perlu mencoba lebih dahulu ( testing the water ) apakah daerah relokasi itu sungguh cocok bagi kita. Caranya adalah dengan mencoba tinggal di tempat baru itu untuk beberapa lama, sehingga kita dapat benar-benar merasakan suasana kehidupan di tempat itu.
Jika kita hanya mengenal daerah itu pada waktu kita berwisata di sana untuk satu minggu, cobalah sekarang untuk menyewa tempat dan tinggal di sana untuk tiga atau empat bulan lamanya. Anda perlu tinggal lebih lama sebelum relokasi supaya Anda benar-benar merasakan bagaimana kehidupan di tempat itu sehingga Anda tidak kaget ketika telah pindah ke sana.
Membuat rencana untuk bekerja terus sampai tua walau pun sudah pensiun
Kesalahan dalam perencanaan pensiun lainnya adalah membuat rencana untuk bekerja terus setelah pensiun. Ketika ditanya akan bekerja sampai kapan? Biasanya jawaban pensiunan itu adalah selama fisiknya masih kuat.
Kesalahan dalam perencanaan pensiun biasanya terjadi ketika pensiunan membuat rencana untuk bekerja terus sampai tua, sehingga pensiunan itu juga merasa ia berhak mengambil pinjaman (utang) yang akan dibayarnya kemudian dari gajinya di masa yang akan datang.
Kesalahan lainnya dari rencana untuk tetap bekerja setelah pensiun adalah hanya melihat dari kesanggupan dirinya semata, tidak melihat dari sudut pandang pemberi kerja atau kondisi pasar tenaga kerja. Pemberi kerja umumnya lebih suka dengan karyawan muda yang lebih energik, mempunyai  skill  baru sesuai kemajuan zaman ( up to date ), mempunyai gelar sarjana, dan tentu saja mereka bersedia dibayar lebih murah.
Ada kemungkinan bahwa pemberi kerja juga melakukan pemutusan hubungan kerja ( lay off ) karena alasan kesehatan, atau usia, atau karena kesulitan keuangan sendiri sehingga terpaksa melakukan perampingan organisasi ( down-sizing ).
Intinya, membuat rencana untuk terus bekerja terus sampai usia tua (demi gaji) bukanlah perencanaan keuangan yang realistis dan harus dihindari.
Menunda-nunda untuk menyimpan tabungan dana pensiun pribadi
Kesalahan lainnya dalam perencanaan pensiun adalah terus menunda untuk memiliki Tabungan Dana Pensiun pribadi. Orang mungkin telah sadar bahwa JHT yang disediakan BPJS -TK tidak cukup bagi dirinya untuk pensiun dengan nyaman.
Tetapi, untuk mulai menabung dalam Dana Pensiun pribadi, orang cenderung menunda-nunda hingga suatu saat ia tidak bisa lagi menolak untuk itu. Apalagi mengingat bahwa Tabungan Dana Pensiun Pribadi ( TDPP ) ini bukan sesuatu yang diwajibkan oleh pemerintah (seperti JHT), tetapi hasil dari kesadaran diri kita sendiri untuk masa pensiun yang lebih baik.
Meminjam uang dari tabungan dana pensiun pribadi
Selain kebiasaan menunda-nunda untuk menyimpan Tabungan Dana Pensiun Pribadi ( TDPP ), kesalahan lainnya yang harus dihindari adalah kecenderungan orang untuk meminjam uang TDPP ini setiap kali ada kebutuhan lain yang dianggap lebih mendesak. Meminjam uang dari TDPP sangat menggoda karena tidak ada aturan yang melarang, selain larangan dari Perencana Keuangan ( Financial Planner ) Ipotnews untuk tidak meminjam uang dari Tabungan Dana Pensiun Pribadi ini.
Tetapi, meminjam uang dari TDPP bukanlah keputusan yang bijaksana, walaupun TDPP ini bukanlah Dana Pensiun sesungguhnya yang dikelola oleh Lembaga Dana Pensiun. Meminjam uang dari Dana Pensiun adalah sama dengan merampok masa depan untuk membiayai hidup kita saat ini.
Untuk itu, perlakukanlah TDPP sama seperti JHT dari BPJS -TK di mana kita tidak akan mudah meminjam uang dari JHT BPJS -TK walaupun kita mengetahui bahwa saldo uang dalam JHT BPJS -TK itu adalah milik kita.
Selalu mendahulukan kepentingan anak
Pada waktu anak-anak kita masih kecil dan belum mandiri, sudah seharusnya kita sebagai orang tua mendahulukan kepentingan atau kebutuhan anak dibandingkan kebutuhan kita sendiri. Tetapi, ketika anak-anak kita telah dewasa dan bisa memenuhi sendiri semua kebutuhannya, jangan pula kita masih memperlakukan mereka seperti kanak-kanak yang sepenuhnya bergantung pada orang tuanya.
Sebagai orang tua, kita wajib menyediakan sandang, pangan, dan pendidikan yang baik untuk anak-anak kita. Jika memungkinkan, kita juga dapat membantu anak-anak kita untuk membeli rumah yang layak untuk dirinya kelak. Tetapi, usaha kita sebatas hanya membantu anak-anak kita yang telah dewasa.
Kita tidak perlu harus memikirkan sampai membiayai pesta pernikahan anak, atau menyediakan modal usaha bagi anak. Kita harus tetap mendahulukan kepentingan kita, dalam hal ini adalah urusan pensiun kita. Kita harus tetap memiliki cukup tabungan atau simpanan untuk hari tua kita, atau kita hanya akan menjadi beban bagi anak-anak kita nanti.
Tidak memasukkan investasi di pasar modal dalam Perencanaan Pensiun
Kesalahan yang juga sering sekali dilakukan orang adalah tidak melakukan investasi Dana Pensiun pribadi di pasar modal. Harga-harga saham di pasar modal yang sangat berfluktuasi sering dijadikan alasan untuk tidak berinvestasi di pasar modal. Investasi pasar modal sering dianggap terlalu beresiko karena orang tidak memahami karakteristik investasi di pasar modal.
Resiko investasi di pasar modal ini dapat diatasi dengan dua cara: (1) diversifikasi investasi, artinya tidak berinvestasi hanya pada satu atau beberapa saham saja, dan (2) berinvestasi lah untuk jangka waktu yang panjang. Investasi yang berjangka panjang artinya kita tidak hanya berinvestasi untuk satu atau dua tahun saja, tetapi untuk beberapa siklus ekonomi.
Dana Pensiun adalah dana yang ditujukan untuk penggunaan jangka panjang. Kita mungkin baru akan menggunakan tabungan Dana Pensiun pribadi kita setelah 30 tahun atau 35 tahun.
Jadi, Dana Pensiun pribadi ini sangat cocok untuk diinvestasi di pasar modal. Jika kita tidak terlalu paham akan penyebab harga suatu saham naik atau turun, janganlah hal ini membuat kita takut untuk berinvestasi di pasar modal. Mengapa? Karena tidak ada seorang pun yang tahu ( in advance ) mengapa suatu saham akan naik atau turun dalam jangka pendek.
Strategi untuk mengatasi hal ini adalah (1) investasi tidak boleh dilakukan hanya dengan membeli satu atau beberapa macam saham saja, tetapi belilah seluruh saham, atau sebagian besar saham yang membentuk indeks, misalnya indeks LQ45 yang disusun oleh BEI (Bursa Efek Indonesia), dan (2). Simpanlah investasi itu untuk jangka waktu yang lama (dan lakukan  re-balancing  secara berkala).
Mengabaikan membeli asuransi kesehatan
Pada waktu masih berusia muda, dan kondisi fisik masih prima, kita sering menganggap bahwa membeli asuransi kesehatan itu tidak penting dan hanya membuang-buang uang saja. Pendapat seperti ini tidak dapat diterima karena asuransi kesehatan mempertanggungkan kesehatan kita, dan kita tahu bahwa fisik kita semakin tua akan semakin rentan terhadap penyakit.
Pada akhirnya, semua pemegang polis asuransi kesehatan akan melakukan klaim. Kita tidak tahu kapan klaim itu akan terjadi, yang kita tahu adalah bahwa ketika kita telah berusia tua kita pasti akan sakit-sakitan dan melakukan klaim.
Tentu saja, kita tidak dapat membeli polis hanya ketika usia kita telah tua, karena polis yang dibeli pada waktu kita masih muda (dan kondisi fisik sehat) tentu akan jauh lebih murah daripada polis yang dibeli ketika usia kita telah senja (dan kondisi fisik yang tidak terlalu baik).
Belilah asuransi kesehatan yang mempertanggungkan kesehatanmu untuk seumur hidup. Jangan terlalu berpikir tentang biayanya, jika Anda memiliki cukup uang, maka polis asuransi kesehatan harus dimiliki. Polis asuransi kesehatan mungkin tidak murah, tetapi ketika Anda sakit, maka semua biaya akan terlihat murah karena ditanggung oleh asuransi. Pada saatnya nanti, klaim atas asuransi kesehatan pasti akan terjadi karena semua orang pada akhirnya akan menjadi tua dan jatuh sakit sebelum akhirnya meninggal.
Mengabaikan perencanaan warisan ( Estate Planning )
Perencanaan warisan ( estate planning ) kadang-kadang dianggap tidak penting karena usia kita waktu itu masih muda dan anak-anak pun masih kecil-kecil. Mungkin kita juga bukan pebisnis yang memiliki banyak harta yang perlu dibagi ke ahli waris dengan cermat supaya bisnisnya tetap berjalan dengan baik sekalipun kita telah tiada.
Walau pun demikian, masalah warisan dapat menjadi pelik ketika kita tidak memikirkannya (merencanakannya) sewaktu kita masih hidup, atau setidaknya ketika kita masih sehat dan dapat berpikir dengan jernih.
Tanpa adanya perencanaan warisan, semua harta peninggalan kita akan dibagikan kepada para ahli waris menurut hukum yang relevan (ada perbedaan untuk warga negara berdasarkan hukum adat, hukum agama, dan KUHP erdata yang tidak akan kita bahas di sini). Jadi, walau pun harta kita cuma sebidang tanah dan rumah di atasnya, sebaiknya dalam surat wasiat dijelaskan siapa mendapatkan apa.
Tentu, pembagiannya harus dilakukan secara adil, dalam arti semua anak mendapat bagian yang sama, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Di atas semua hal itu, yang lebih penting, adalah bahwa keputusan pembagian warisan tidak dilakukan jika pasangan kita masih hidup.
Meminjam uang dengan menjaminkan rumah tinggal
Ketika orang telah pensiun, dan anak-anak telah membangun rumah tangganya sendiri, rumah tinggalnya mungkin menjadi terlalu besar. Pada saat yang sama, pemilik rumah mungkin memerlukan uang tunai untuk suatu keperluan. Memiliki rumah yang besar untuk diajukan sebagai pinjaman ke bank kemungkinan besar akan diterima bank dengan senang hati.
Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah ketika kita memberikan agunan yang bernilai tinggi, dan hanya mengajukan pinjaman yang bernilai kecil, maka akan ada banyak biaya lain yang terbuang percuma. Misalnya, biaya penilaian jaminan dari bank, biaya pemasangan jaminan hipotek, dan biaya lain-lain. Belum lagi, kecenderungan orang untuk meminjam di atas kebutuhannya, karena merasa sudah menyerahkan jaminan yang besar.
Daripada menjaminkan rumah untuk mendapatkan pinjaman, kami lebih menganjurkan kepada pensiunan untuk melakukan perampingan ( down-sizing ) di mana pensiunan dapat menjual rumah lama (yang besar) dan membeli rumah baru (yang lebih kecil). Selisih harga rumah dapat dipakai untuk menutupi kebutuhan pensiunan, tanpa harus mengajukan pinjaman ke bank lagi. Pensiun pun dapat menghemat biaya-biaya pajak (PBB), biaya Listrik, biaya PAM, biaya keamanan dan kebersihan lingkungan, dll.
Lupa merencanakan bagaimana mengisi waktu luang
Kesalahan terakhir yang mungkin sering dilakukan orang pada waktu membuat perencanaan pensiun ( retirement planning ) adalah lupa merencanakan bagaimana ia akan mengisi waktu luangnya pada saat pensiun nanti. Pada waktu membuat perencanaan pensiun ( retirement planning ), pada umumnya orang hanya berfokus pada perencanaan keuangan saja.
Jadi, titik berat perencanaan pensiunnya hanya pada menentukan berapa jumlah Dana Pensiun yang harus ada sebelum pensiun, kemudian pada besarnya uang Dana Pensiun yang boleh diambil setiap tahun sehingga Dana Pensiun itu akan tetap cukup hingga saat pensiunan meninggal dunia.
Tetapi, pensiunan ini telah lupa untuk membuat rencana tentang bagaimana ia akan mengisi waktu luangnya di masa pensiun ini. Pada waktu kita masih aktif bekerja, kita mungkin merasa ada terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang sangat terbatas.
Sebaliknya, pada waktu kita telah pensiun, jika kita tidak membuat perencanaan tentang bagaimana kita akan mengisi waktu luang, kita akan merasa ada begitu banyak waktu yang tersedia, dan tidak ada yang harus dikerjakan.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS