Investor Khawatirkan Kejatuhan Ekonomi Amerika, Bursa Wall Street Terjerembab
Friday, September 30, 2022       04:20 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street merosot, Kamis, di tengah kekhawatiran bahwa upaya agresif Federal Reserve melawan inflasi dapat melumpuhkan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, investor ketar-ketir tentang gejolak di mata uang dan pasar utang global.
Dengan raksasa teknologi Apple Inc dan Nvidia Corp anjlok lebih dari 4%, Nasdaq tersungkur mendekati level terendah 2022, yang dicapai pada pertengahan Juni, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (29/9) atau Jumat (30/9) pagi WIB.
S&P 500 menyentuh posisi terendah yang terakhir terlihat pada November 2020. Tergelincir lebih dari 8% pada September, indeks berbasis luas itu berada di jalur untuk membukukan September terburuk sejak 2008.
Aksi jual US Treasuries berlanjut karena pejabat Fed tidak memberikan indikasi bahwa bank sentral Amerika itu akan memoderasi atau mengubah rencananya untuk secara agresif menaikkan suku bunga guna meredam laju inflasi.
Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester, mengatakan tidak melihat tekanan di pasar keuangan AS yang akan mengubah kampanye bank sentral untuk menurunkan inflasi melalui kenaikan suku bunga yang membawa Fed funds rate ke kisaran 3,0% hingga 3,25%.
Data menunjukkan jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah lima bulan pekan lalu karena pasar tenaga kerja tetap tangguh meski Fed menaikkan suku bunga agresif.
"Kabar baik adalah berita buruk karena data ketenagakerjaan hari ini kembali menegaskan bahwa perjalanan The Fed masih panjang," kata Phil Blancato, Kepala Ladenburg Thalmann Asset Management di New York. "Ketakutan di pasar adalah bahwa Fed akan mendorong kita ke dalam resesi yang sangat dalam, yang akan menyebabkan resesi laba, itulah sebabnya pasar melakukan aksi jual."
Ekuitas yang paling banyak diperdagangkan di S&P 500 adalah Tesla Inc, dengan saham senilai USD20,8 miliar dipertukarkan selama sesi tersebut. Sahamnya anjlok 6,8%.
Imbal hasil pada banyak Treasuries, yang dianggap hampir bebas risiko jika dipegang hingga jatuh tempo, sekarang mengerdilkan  yield  dividen S&P 500, yang baru-baru ini mencapai sekitar 1,8%, menurut data Refinitiv.
Pada akhir perdagangan sesi Kamis, S&P 500 melorot 2,11% atau 78,57 poin menjadi 3.640,47 poin.
Sementara itu, Nasdaq Composite Index terjungkal 2,84% atau 314,13 poin menjadi 10.737,51 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average menyusut 1,54% atau 458,13 poin menjadi 29.225,61.
Volume di bursa Wall Street relatif berat, dengan 11,6 miliar saham diperdagangkan, dibandingkan rata-rata 11,4 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya.
Semua 11 indeks sektor S&P 500 turun, dipimpin kejatuhan utilitas, longsor 4,06%, diikuti kerugian 3,37% pada saham consumer discretionary.
Saham yang turun melebihi jumlah yang naik dalam S&P 500 dengan rasio 11,6 banding 1.
Meta Platforms ditutup merosot 3,7% setelah  Bloomberg  melaporkan pemilik Facebook itu membekukan perekrutan dan memperingatkan karyawan akan lebih banyak perampingan dalam waktu dekat.
CarMax Inc terjerembab hampir 25% setelah pengecer mobil bekas itu meleset dari ekspektasi untuk hasil kuartal kedua, dirugikan oleh konsumen yang memotong pengeluaran di tengah inflasi, kenaikan suku bunga dan harga mobil yang lebih tinggi.
General Motors Co dan Ford Motor Co masing-masing terperosok lebih dari 5%.
Maskapai penerbangan dan operator pelayaran jatuh didorong rencana perjalanan yang dibatalkan atau ditunda setelah Badai Ian menghantam Gulf Coast Florida dengan kekuatan bencana.
American Airlines, United Airlines Holdings dan Delta Air Lines masing-masing kehilangan lebih dari 2%.
Operator kapal pesiar Norwegian Cruise Line Holdings Ltd turun 5,3% dan Carnival Corp menyusut 6,8%. (ef)

Sumber : Admin