Inflasi China di Bawah Ekspektasi, Minyak Berjangka Tergelincir
Wednesday, July 10, 2024       13:39 WIB

Ipotnews - Harga minyak melorot, Rabu, setelah inflasi China--importir minyak mentah utama--lebih lemah dari perkiraan, sementara trader mempertimbangkan meningkatnya kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Gaza ketika negosiasi akan dilanjutkan hari ini.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 56 sen, atau 0,66%, menjadi USD84,10 per barel, pada pukul 13.22 WIB, setelah merosot 1,3% di sesi sebelumnya, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Rabu (10/7).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut 47 sen, atau 0,58%, menjadi USD80,94 per barel, setelah melemah 1,1% di sesi sebelumnya.
Kedua kontrak tersebut anjlok sekitar 3% dalam tiga sesi sebelumnya di tengah tanda-tanda industri energi Texas relatif tidak terkena dampak Badai Beryl setelah menerjang wilayah tersebut pada Senin.
Perusahaan migas memulai kembali operasinya, Selasa. Beberapa pelabuhan dibuka kembali dan sebagian besar produsen dan fasilitas meningkatkan output, meski sejumlah fasilitas mengalami kerusakan dan aliran listrik belum pulih sepenuhnya.
"Ekspektasi meredanya ketegangan di Timur Tengah dan data CPI China yang lebih lemah dari perkiraan pada Juni menekan harga minyak hari ini," kata analis pasar independen Tina Teng, mengacu pada data indeks harga konsumen.
Harga konsumen di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut tumbuh selama lima bulan pada Juni, namun di bawah ekspektasi, sementara deflasi harga produsen terus berlanjut.
Di Timur Tengah, negosiasi untuk menjamin gencatan senjata dalam perang Gaza akan dilanjutkan di Doha, dengan dihadiri kepala intelijen Mesir, Amerika Serikat, dan Israel.
Persediaan minyak mentah dan bensin Amerika merosot pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute, Selasa, menunjukkan permintaan bahan bakar musim panas relatif stabil dan mendorong rebound setelah penurunan selama berhari-hari.
Angka API itu menunjukkan stok minyak mentah menyusut 1,923 juta barel dalam pekan yang berakhir hingga 5 Juli, kata sumber tersebut. Persediaan bensin berkurang 2,954 juta barel. Namun pasokan sulingan melesat 2,342 juta barel.
Laporan Badan Informasi Energi (EIA) Amerika, Selasa, juga memperkirakan permintaan minyak global akan melebihi pasokan pada 2025, membalikkan ekspektasi sebelumnya memprediksi terjadi surplus.
Namun penurunan harga minyak dibatasi oleh komentar dari Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, yang menyatakan alasan pemangkasan suku bunga menjadi semakin kuat.
Suku bunga yang lebih rendah akan memacu lebih banyak pertumbuhan ekonomi dan konsumsi minyak.
Menyusul komentar Powell, investor terus memperkirakan hampir 70% kemungkinan pemotongan suku bunga the Fed pada September.
"Pernyataan Powell di depan Senat Amerika menegaskan perbaikan data sepanjang kuartal Juni, sambil mempertahankan bahwa lebih banyak data yang bagus akan meningkatkan kepercayaan terhadap prospek inflasi," kata analis ANZ. (ef)

Sumber : Admin