Ikuti Pelemahan Minyak Nabati Pesaing, CPO Berjangka Lanjutkan Penurunan
Friday, December 13, 2024       13:44 WIB

Ipotnews - Minyak kelapa sawit (CPO) berjangka Malaysia memperpanjang kerugian, Jumat, mengikuti melemahnya minyak nabati pesaing di bursa Chicago dan Dalian, dan bersiap untuk membukukan penurunan mingguan.
Harga patokan minyak kelapa sawit untuk kontrak pengiriman Februari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melorot 35 ringgit, atau 0,71%, menjadi 4.886 ringgit (USD1.097,98) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Jakarta, Jumat (13/12).
Kontrak tersebut tercatat merosot 4,72% sejauh minggu ini.
"Harga minyak kelapa sawit berjangka tampaknya diperdagangkan dalam kisaran tertentu, menunggu petunjuk baru. Kita lihat saja bagaimana bursa Dalian bergerak untuk memutuskan arahnya," kata trader yang berbasis di Kuala Lumpur.
Minyak kedelai (soyoil) Chicago Board of Trade turun 0,61%. Sementara, kontrak soyoil Dalian yang paling aktif merosot 0,97%, sedangkan kontrak minyak kelapa sawitnya menguat 0,44%.
Minyak kelapa sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaing karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Impor minyak kelapa sawit India sepanjang November turun 0,4% dari Oktober menjadi 841.993 metrik ton, menurut Solvent Extractors' Association of India.
Survei kargo Intertek Testing Services memperkirakan ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia untuk periode 1-10 Desember melonjak 3,9%, sementara perusahaan inspeksi independent, AmSpec Agri Malaysia, memprediksi kenaikan 1,1%.
Harga minyak melemah karena investor fokus pada prospek pasokan yang melimpah dan mengabaikan ekspektasi permintaan yang lebih tinggi tahun depan dari langkah-langkah stimulus China, sambil mencermati pemangkasan suku bunga Federal Reserve minggu depan.
Harga minyak mentah berjangka yang lebih lemah membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
"Minyak kelapa sawit diperkirakan menguji resistance di level 4.961 ringgit per metrik ton, penembusan di atasnya dapat membuka jalan menuju 5.045 ringgit," tutur analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)

Sumber : Admin