- Harga CPO naik 0,7% jadi 4.144 ringgit/ton, didorong penguatan minyak kedelai Dalian.
- Kenaikan tertahan ekspektasi lonjakan stok hingga 2,44 juta ton pada Oktober, seiring produksi tinggi dan permintaan ekspor yang melambat, termasuk penurunan impor India ke level terendah lima bulan.
- Analis memperkirakan harga berpotensi menguji level support 4.106 ringgit per ton, dengan risiko turun ke kisaran 4.044-4.083 ringgit jika tekanan berlanjut.
Ipotnews -- Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia menguat, Selasa, bangkit dari level terendah dalam hampir empat bulan pada sesi sebelumnya, karena kenaikan harga minyak kedelai di bursa Dalian setelah koreksi tajam pekan lalu.
Harga CPO untuk kontrak pengiriman Januari 2026 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 29 ringgit atau 0,7% menjadi 4.144 ringgit (USD981,06) per ton pada jeda perdagangan tengah hari, demikian laporan Reuters, di Jakarta, Selasa (4/11).
"Penguatan harga minyak kedelai di Dalian setelah penurunan tajam minggu lalu membantu menopang rebound harga hari ini," ujar Sandeep Singh, Direktur The Farm Trade yang berbasis di Kuala Lumpur.
Menurutnya, tekanan terhadap harga sawit pekan lalu terjadi akibat berlanjutnya peningkatan produksi di Malaysia, dengan stok akhir Oktober diperkirakan mencapai 2,5 juta ton.
Sementara, kontrak minyak kedelai (soyoil) yang paling aktif di Dalian menguat 0,47%, sedangkan kontrak minyak sawitnya merosot 0,85%. Di Chicago Board of Trade ( CBOT ), harga minyak kedelai naik 0,12%.
Harga CPO kerap mengikuti pergerakan minyak pesaingnya karena berkompetisi untuk memperebutkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Nilai ringgit Malaysia -- mata uang perdagangan utama sawit -- melemah 0,12% terhadap dolar AS, membuat CPO lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Sebelumnya, sejumlah analis memperkirakan stok minyak sawit Malaysia pada Oktober akan melesat 3,5% menjadi 2,44 juta ton, level puncak dalam dua tahun terakhir, didorong lonjakan produksi ke titik tertinggi dalam tujuh tahun.
Dari sisi permintaan, impor minyak sawit India sepanjang Oktober melorot ke level terendah dalam lima bulan, menjadikan total pembelian pada tahun pemasaran 2024/2025 sebagai yang terendah dalam lima tahun terakhir. Penurunan ini terjadi karena buyer di India beralih ke minyak kedelai setelah harga CPO sempat melejit, menurut lima pelaku pasar yang dikutip Reuters.
Di sisi lain, Indonesia -- produsen terbesar dunia -- melaporkan ekspor minyak sawit mentah dan olahan 17,58 juta ton pada periode Januari-September 2025, melambung 11,62% dibanding periode yang sama tahun lalu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Senin.
Secara teknikal, analis Reuters Wang Tao memperkirakan harga sawit berpotensi menguji level support di 4.106 ringgit per ton. Jika level tersebut tertembus, harga dapat melanjutkan penurunan ke kisaran 4.044-4.083 ringgit per ton. (Reuters/AI)
Sumber : Admin