Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Desember Meredup, Rupiah Ditutup Melemah
Tuesday, November 04, 2025       16:15 WIB
  • Rupiah melemah ke Rp16.708 per dolar AS pada Selasa (4/11), turun 32 poin (0,19%) seiring turunnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember 2025.
  • Sentimen global negatif diperkuat oleh pernyataan Jerome Powell dan perbedaan pandangan di antara pejabat The Fed, shutdown pemerintahan AS yang sudah 33 hari, serta ketegangan baru AS-Tiongkok soal ekspor chip Nvidia.
  • Dari dalam negeri, inflasi Oktober 2025 naik ke 0,28% MtM dan 2,86% YoY, sementara pasar menantikan rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 yang diperkirakan sekitar 5%.

Ipotnews - Nilai tukar rupiah kembali tertekan dalam perdagangan hari ini, seiring meredupnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve pada Desember 2025.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (4/11) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.708 per dolar AS, melemah 32 poin atau 0,19% dibandingkan posisi akhir perdagangan Senin (3/11) di Rp16.676 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah terutama dipicu oleh sentimen global setelah pernyataan terbaru dari pejabat The Fed. Pekan lalu, Jerome Powell menegaskan bahwa keputusan pemangkasan suku bunga acuan pada Desember bukanlah sesuatu yang pasti.
"Pasar sejak itu telah mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Menambah ketidakpastian, beberapa pejabat The Fed pada hari Senin kemarin menyuarakan pandangan yang berbeda tentang perekonomian," tulis Ibrahim dalam publikasi risetnya, sore ini.
Ia menjelaskan, pernyataan Powell tersebut diperkuat oleh pandangan beragam sejumlah pejabat The Fed yang muncul pada awal pekan ini. Beberapa pembuat kebijakan masih menekankan perlunya kewaspadaan terhadap inflasi, sementara yang lain menyoroti perlambatan pasar tenaga kerja.
"Perpecahan pendapat ini memperkuat keraguan tentang seberapa cepat The Fed akan melanjutkan pemotongan suku bunga, yang akan menjaga dolar tetap kuat," sebut Ibrahim.
Tekanan terhadap rupiah juga datang dari perkembangan politik di Amerika Serikat. Pemerintahan AS masih mengalami shutdown yang telah berlangsung hingga hari ke-33 tanpa tanda penyelesaian. Kebuntuan anggaran yang berkepanjangan ini memicu kekhawatiran pasar terhadap stabilitas fiskal AS, dan diperkirakan melampaui rekor sebelumnya selama 35 hari.
Selain itu, tensi perdagangan antara AS dan Tiongkok kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa chip AI Nvidia Blackwell hanya akan digunakan untuk kepentingan domestik. Komentar Trump menandakan kontrol ekspor teknologi tetap berlanjut, sehingga memicu kekhawatiran baru terhadap rantai pasok dan pertumbuhan sektor teknologi Tiongkok.
Dari sisi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Oktober 2025 mencapai 0,28% secara bulanan (month to month/MtM), naik dari 0,21% pada September 2025. Secara tahunan, inflasi tercatat 2,86% (year on year/YoY).
Kenaikan harga terutama disumbang oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya serta makanan, minuman, dan tembakau, dengan komoditas utama pendorong inflasi seperti emas perhiasan, cabai merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras.
Pasar kini menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2025 yang akan diumumkan Rabu (5/11). Konsensus ekonom memperkirakan pertumbuhan akan mencapai sekitar 5% YoY, sejalan dengan proyeksi pemerintah.
Ibrahim memperkirakan rupiah masih akan bergerak fluktuatif pada perdagangan Rabu (5/11). "Untuk perdagangan besok, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.700-Rp16.750 per dolar AS, dengan kecenderungan melemah," tambah Ibrahim.(Adhitya/AI)

Sumber : admin