GOTO Loncat di Tengah Polemik Tarif Ojol, tapi Belum Kuat
Saturday, July 05, 2025       09:44 WIB

JAKARTA, investor.id- Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk () loncat di tengah polemik soal rencana kenaikan tarif ojek online (ojol). Pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (4/7/2025), saham ditutup menguat 3,5% ke level Rp 59, setelah sempat menyentuh Rp 60.
Sesuai rencana, pemerintah berencana menaikkan tarif ojol sebesar 8-15% dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mitra pengemudi. Namun, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan bahwa rencana kenaikan tarif ojol belum merupakan keputusan final.
Saat ini, Kemenhub masih melakukan pengkajian, pembahasan, dan pendalaman terhadap berbagai masukan dari para pemangku kepentingan terkait rencana kenaikan tersebut.
"Kami masih akan berdiskusi lebih lanjut dengan para aplikator dan perwakilan asosiasi driver ojek online ," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Aan Suhanan.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai bahwa isu kenaikan tarif ojol perlu dicermati investor, karena berpotensi menambah beban biaya operasional perseroan.
"Rencana kenaikan tarif ojol bisa menjadi sentimen negatif bagi saham . Namun, jika ternyata wacana tersebut tidak direalisasikan atau hanya isu semata, dampaknya bisa mereda," kata Nafan kepada Investor Daily.
Meski demikian, menurut dia, secara fundamental tetap menunjukkan perbaikan, terutama dari sisi pendapatan. Ia menyebut tren kenaikan g  ross  t  ransaction  v  alue (GTV) dan g  ross  m  erchandise  v  alue (GMV) masih berlanjut, yang mencerminkan aktivitas transaksi yang terus meningkat di ekosistem .
" memang masih net loss , tapi perlu dicatat bahwa kerugian bersih tersebut terus menurun. Ini menjadi indikasi bahwa arah kinerja keuangan mengarah ke titik impas atau bahkan potensi keuntungan di masa mendatang, meskipun tetap membutuhkan waktu," tutur Nafan.
Area Beli Saham
Nafan juga mencermati kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia ke depan yang akan menjadi katalis positif bagi pasar saham, termasuk saham emiten teknologi seperti . Sebab penurunan biaya pinjaman ( borrowing cost ) akan meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong belanja konsumen.
"Jika cost of borrowing menurun, daya beli masyarakat berpeluang meningkat. Hal ini tentu berdampak positif bagi e-commerce seperti Tokopedia karena konsumen akan cenderung memilih belanja online yang dinilai lebih hemat waktu dan energi," paparnya.
Jika tren belanja online meningkat seiring peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, maka GTV dan GMV akan terus bertumbuh, sekaligus menopang perbaikan kinerja bottom line .
Namun, kata Nafan, investor tetap perlu bersabar jika menaruh harapan pada untuk mencapai profitabilitas. "Masih dibutuhkan waktu untuk benar-benar mencetak laba, tapi arah perbaikannya sudah terlihat," ungkapnya.
Dia merekomendasikan untuk mengoleksi saham jika harganya menembus Rp 60. " B  uy  bila tembus ke atas Rp 60. Target harga saham di Rp 75," pungkasnya.
Pada perdagangan Jumat (4/7/2025), saham tampak belum cukup kuat untuk menembus ke atas level Rp 60. mentok di Rp 60, sebelum akhirnya ditutup pada level Rp 59.
Di lain pihak, BRI Danareksa Sekuritas sebelumnya mempertahankan rekomendasi buy saham . Target harga saham dipatok sebesar Rp 110, berdasarkan metode penilaian sum of the parts ( SOTP ).

Sumber : investor.id
An error occurred.