Empat Jebakan Investasi Yang Sering Menghadang Pemodal Pemula
Monday, September 05, 2022       14:23 WIB

 #1.Terlalu Percaya Perkataan 'Penasihat Investasi' 
Penasihat investasi dapat kita temui sehari-hari dalam beragam bentuk. Ada yang menyebut dirinya (dari kartu namanya) sebagai pialang (broker saham), manajer investasi (pengelola reksadana), perencana keuangan ( financial planner ), analis saham (atau analis instrumen pendapatan tetap). Bahkan para pemain saham ritel di bursa efek Indonesia pun kerap memberi nasihat investasi secara bisik-bisik (dengan imbuhan, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia, saya cuma kasih tahu teman baik saja, dan lain-lain).
Pada dasarnya, semua pihak yang menyebut dirinya 'penasihat investasi' itu memiliki benturan kepentingan ketika memberikan nasihat investasi kepada Anda. Seorang pialang saham memiliki benturan kepentingan karena ia ingin Anda membeli saham dari dia, dan dengan demikian ia mendapatkan  fee  pembelian.
Seorang manajer investasi memiliki benturan kepentingan karena ia ingin mengelola dana yang Anda punyai dan karena itu ia mendapat  fee  pengelolaan dana. Seorang perencana keuangan ( financial planner ) memiliki benturan kepentingan karena ia menginginkan Anda mempercayakan uang Anda untuk diinvestasikan menurut nasihatnya, dan karenanya penasihat investasi itu mendapatkan  fee  (imbal jasa) jika nilai dana Anda meningkat dari nilai awalnya.
Bahkan seorang analis saham yang Anda kenal dan seringditanya tentang saham yang menurut dia akan naik, dapat memiliki benturan kepentingan kalau dia memberi nasihat untuk membeli (atau menjual) saham-saham tertentu yang di- cover  dalam risetnya.
Satu-satunya pihak yang tidak memiliki benturan kepentingan dalam hal investasi adalah diri Anda sendiri. Mengapa? Karena dari setiap keuntungan investasi, Anda-lah pihak yang diuntungkan. Demikian sebaliknya, dari setiap kerugian investasi, Anda jugalah pihak yang akan menanggung kerugian.
Seorang pialang, manajer investasi, perencana keuangan, atau analis saham, akan ikut menikmati keuntungan yang Anda peroleh dari nasihatnya, tetapi sama sekali tidak dapat diminta untuk ikut menanggung kerugian investasi yang Anda derita. Padahal, kerugian investasi selalu, dan pasti akan terjadi.
Yang Anda butuhkan hanyalah manajemen resiko, sehingga jumlah investasi yang menguntungkan lebih banyak dari jumlah investasi yang buruk, dan investasi yang buruk dapat cepat diketahui dan diambil tindakan yang perlu.
 #2.Mengabaikan Resiko Likuiditas 
Investasi yang likuid adalah investasi yang mudah untuk dijual Kembali tanpa banyak mengorbankan harga. Sebaliknya, investasi yang tidak likuid ( illiquid ) adalah investasi yang sulit dijual kembali, atau investasi yang, supaya dapat dijual kembali, perlu pengorbanan harga yang besar.
Investasi pada aset-aset tertentu, seperti properti dan bisnis perusahaan, tergolong sangat tidak likuid. Pada investasi saham di bursa efek, resiko likuiditas dapat terjadi jika suatu saham hanya dimiliki (atau diminati) oleh sedikit pihak, sehingga sulit mencari pembeli pada waktu kita hendak menjual kembali.
 #3.Terlalu Konservatif (atau Terlalu Agresif) Dalam Berinvestasi 
Berinvestasi berarti menyeimbangkan tingkat keutungan yang diharapkan dengan tingkat resiko yang dihadapi. Orang yang sangat konservatif hanya berani berinvestasi pada deposito, atau pada Serifikat Bank Indonesia (SBI). Sebaliknya, orang yang sangat agresif berani berinvestasi pada saham-saham emiten kecil.
Berinvestasi itu, baik terlalu konservatif mau pun terlalu agresif, sama-sama tidak baik. Berinvestasi terlalu konservatif, maka nilai investasi kita tidak akan berkembang. Sebaliknya, jika berinvestasi terlalu agresif, maka nilai investasi bisa melayang.
Jalan keluarnya adalah hanya berinvestasi melalui reksadana bursa (ETF) yang dikelola manajer investasi terpercaya, atau berinvestasi hanya pada saham-saham berkapitalisasi besar ( blue chip ), atau pada saham-saham yang diterbitkan pemerintah, atau hanya pada saham-saham yang ada dalam indeks yang diterbitkan oleh BEI misalnya LQ-45 dan IDX30.
 #4.Menganggap Pasar yang  Bullish  sebagai Tanda 'Kejeniusan' Berinvestasi  
Kesalahan lain yang umumnya dilakukan oleh pemodal pemula adalah mengganggap bahwa keuntungan yang diperolehnya adalah akibat 'kejeniusannya' dalam memilih saham yang akan naik. Padahal, kemungkinan terbesarnya adalah, hanya karena faktor kebetulan saja maka saham yang dipilihnya naik harganya, antara lain karena pasar saham sedang  bullish .
Sesungguhnya, pasar saham sangatlah kompetitif, karena banyak sekali orang (investor, analis, manajer investasi, bursa efek, regulator, dan lain-lain) yang memantau pergerakan harga saham di bursa. Oleh karena itu, saham-saham yang harganya berbeda dengan nilai intrisik (nilai sesungguhnya) saham tersebut akan segera terkoreksi dengan cepat ( efficient market hypothesis ).
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS