Ekonomi AS di 2022 Masih Tumbuh 2,1%, Rupiah Berpotensi Menguat
Friday, January 27, 2023       09:33 WIB

Ipotnews - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang masih cukup solid pada 2022 meredakan kekhawatiran resesi, dan berpotensi membuat kurs rupiah menguat terhadap dolar.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (27/1) pukul 09.21 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp14.975 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 28 poin atau 0,18% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot Kamis sore kemarin (26/1) di level Rp14.947 per dolar AS.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih berpotensi menguat hari ini terhadap dolar AS karena sentimen positif pasar terhadap aset berisiko setelah data PDB AS kuartal IV-2022 mengindikasikan potensi resesi berkurang di AS.
"Data PDB AS Q4 menunjukkan pertumbuhan 2,9%, lebih tinggi dari ekspektasi 2,6%. Indikasi potensi resesi tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya juga sudah disampaikan oleh Kepala IMF di forum WEF Davos pekan lalu," kata Ariston dalam keterangan tertulis, Jumat pagi.
Ekonomi AS mencatat pertumbuhan yang solid pada kuartal IV-2022. Menurut data Departemen Perdagangan, ekonomi AS tumbuh 2,9% dari Oktober hingga Desember 2022.
Walau demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2022 tidak sebesar pada kuartal III-2022. Sebab, saat itu ekonomi AS naik hingga 3,2%.
Akan tetapi, jika ditarik secara tahunan, produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh 2,1%. Masih jauh lebih kecil dari PDB tahun 2021 sebesar 5,9% yang tertinggi sejak 1984.
Diketahui pada awal tahun 2022, ekonomi AS dimulai dengan kontraksi dua kuartal berturut-turut. Namun, tahun 2022 merupakan tahun transisi sehingga ketidakseimbangan dalam perdagangan dan inventaris memiliki efek yang sangat besar pada data PDB di awal tahun.
Ariston menambahkan ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga acuan AS yang hanya 25 basis poin pada rapat the Fed 31 Januari - 1 Februari mendatang, juga masih menjaga potensi penguatan rupiah.
"Potensi penguatan ke arah Rp14.900 - Rp14.880 per dolar AS, dengan resisten di kisaran Rp15.000 per dolar AS," tutup Ariston.
(Adhitya)

Sumber : Admin