Data Makro Amerika Variatif, Greenback Bergerak Lebih Tinggi
Wednesday, June 18, 2025       04:13 WIB

Ipotnews - Dolar AS memangkas kerugian dan diperdagangkan lebih kuat terhadap yen, Selasa, setelah data ekonomi menunjukkan konsumen Amerika semakin berhati-hati karena ketidakpastian perdagangan dan inflasi masih membayangi menjelang keputusan Federal Reserve tentang suku bunga pekan ini.
Penjualan ritel Amerika Serikat lebih lemah dari ekspektasi sepanjang Mei, tetapi belanja konsumen tetap didukung oleh pertumbuhan upah yang solid, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (17/6) atau Rabu (18/6) pagi WIB.
Awalnya, dolar melemah dipicu data tersebut, tetapi dengan cepat membalikkan kerugian setelah pasar mencerna gambaran data itu yang variatif, meredam keperkasaan yen menyusul keputusan suku bunga Bank of Japan (BOJ).
"Rilis penjualan ritel yang lebih lemah dan data CPI yang lebih lembut minggu lalu menambah lebih banyak bahan bakar untuk spekulasi pemotongan suku bunga, termasuk seruan dari (Presiden AS) Trump untuk pemotongan 100 bps," kata Uto Shinohara, analis Mesirow Currency Management. "Namun, dampak inflasi penuh dari tarif belum berlalu."
Sentimen risiko yang lebih luas tetap rapuh dengan konflik Israel-Iran memasuki hari kelima.
BOJ tidak memberikan kejutan apa pun kepada pasar pada akhir pertemuan kebijakan moneter dua harinya, karena mempertahankan suku bunga dan menyusun rencana baru untuk memperlambat laju penarikan balance sheet-nyaa tahun depan dalam menghadapi meningkatnya risiko seperti konflik Timur Tengah dan tarif Amerika.
Yen berfluktuasi antara kerugian dan keuntungan setelah keputusan tersebut, berubah negatif selama konferensi pers Gubernur Kazuo Ueda, dengan dolar terakhir menguat 0,25% terhadap yen menjadi 145,17 yen.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan Presiden AS Donald Trump belum mencapai kesepakatan perdagangan.
Perkembangan di Timur Tengah membuat suasana tetap tegang, dengan Trump, Selasa, menginginkan "real end" dari sengketa nuklir dengan Iran, dan mengindikasikan bahwa dia mungkin akan mengirim pejabat senior Amerika untuk bertemu dengan Republik Islam tersebut.
Hal ini menyusul berita dari Gedung Putih, Senin, bahwa Trump meninggalkan pertemuan puncak Group of Seven di Kanada sehari lebih awal karena situasi Timur Tengah, ketika dia meminta agar Dewan Keamanan Nasional bersiap di situation room.
"Pasar mengalihkan fokusnya ke perang di Timur Tengah dan perang dagang," kata Adam Button, Kepala Analis Mata Uang ForexLive. "Jadi, saya pikir pasar berjuang untuk tetap fokus pada data ekonomi, bahkan dengan the Fed yang akan datang dengan keputusannya besok (Rabu waktu setempat atau Kamis WIB)."
Eskalasi antara Israel dan Iran membuat harga minyak mentah Brent melesat.
Di tempat lain, euro melorot 0,37% jadi USD1,1516.
Poundsterling terakhir menyusut 0,5% terhadap dolar ke posisi USD1,3506. Trump menandatangani perjanjian, Senin, yang secara resmi menurunkan beberapa tarif impor dari Inggris ketika kedua negara tersebut terus berupaya mencapai kesepakatan perdagangan formal.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun 0,22% jadi USD0,65103. Sementara itu, Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,3% menjadi 98,49.
Keputusan kebijakan Federal Reserve, Rabu, menjadi pusat perhatian pengamat pasar valas. Ekspektasinya adalah bank sentral akan mempertahankan suku bunga, meski fokusnya tertuju pada arahan apa pun terkait prospek suku bunga.
"Implikasi terhadap lintasan kebijakan Federal Reserve variatif, dan kemungkinan tidak akan menjadi jelas selama beberapa bulan lagi," kata Karl Schamotta, Chief Market Strategist Corpay.
"Saat ini, ada sedikit risiko untuk menunggu sebelum meluncurkan putaran pemotongan suku bunga lainnya, jadi kami memperkirakan pesan yang sedikit lebih agresif akan muncul dari pertemuan besok."
Sementara itu, investor juga menantikan keputusan bank sentral lainnya termasuk dari Bank of England dan Riksbank Swedia pekan ini untuk memandu pergerakan pasar berikutnya. (ef)

Sumber : Admin