Bursa Wall Street Tersungkur di Tengah Kegelisahan Pengetatan The Fed
Friday, September 16, 2022       04:30 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir di zona merah, Kamis, memperpanjang kerugiannya pada perdagangan petang karena serangkaian data ekonomi gagal mengubah arah eksektasi pengetatan yang agresif oleh Federal Reserve di tengah meningkatnya peringatan akan resesi global.
Aksi jual mengumpulkan momentum menjelang akhir sesi, dengan sejumlah saham pendorong pasar termasuk Microsoft Corp, Apple Inc dan Amazon.com Inc paling terpukul saat Nasdaq yang sarat teknologi tumbang.
Bank yang sensitif terhadap suku bunga membantu meredakan kejatuhan indeks blue-chip Dow.
Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,56% atau 173,27 poin menjadi 30.961,82, penutupan terendah sejak 14 Juli, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (15/9) atau Jumat (16/9) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 merosot 1,13% atau 44,66 poin menjadi 3.901,35, sedangkan Nasdaq Composite Index anjlok 1,43% atau 167,32 poin menjadi 11.552,36.
"Ini merupakan tahun yang sulit dan investor waspada," kata Matthew Keator, Managing Partner Keator Group, perusahaan wealth management di Lenox, Massachusetts.
Sentimen mengarah lebih jauh ke sisi  bearish  setelah Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan perlambatan ekonomi global yang akan datang.
Sederet data ekonomi yang variatif, dipimpin penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan, memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi dari Fed pada akhir pertemuan kebijakan moneter minggu depan, ketika ketidakpastian terus mencuat ke mana bank sentral akan bergerak setelah itu.
"Pertanyaannya adalah apa yang akan terjadi pada November?" kata Robert Pavlik, Manajer Portofolio Dakota Wealth di Fairfield, Connecticut. "Jika The Fed benar-benar ingin menanganinya dengan benar, itu akan menjadi penurunan 50 basis poin pada November, pemotongan 25 basis poin pada Desember, dan kemudian mereka akan menghitung ulang."
Kendati data ritel tersebut cukup mengejutkan, penurunan klaim pengangguran menegaskan kembali kekuatan pasar tenaga kerja, dan penurunan harga impor mendukung narasi inflasi sudah mencapai puncaknya seperti dipikirkan banyak kalangan.
Tetapi penurunan mengejutkan dalam produksi industri dan kontraksi manufaktur kawasan Atlantik memberikan dorongan bagi ekonomi yang pesimistis.
Tak satu pun dari data tersebut tampaknya mengubah kalkulus mengenai ekspektasi Fed. Pasar keuangan sekarang sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga setidaknya 75 basis poin Rabu depan, dengan peluang 1:5 untuk kenaikan 100 basis poin, menurut alat FedWatch CME.
Kereta api Amerika tetap beroperasi setelah pemerintahan Presiden Joe Biden membantu menengahi kesepakatan tentatif dengan serikat pekerja untuk mencegah aksi mogok, sehingga menghindari penghentian kereta api yang akan menambah tekanan rantai pasokan pada inflasi.
Saham operator kereta api Union Pacific dan Norfolk Southern mengungguli pasar yang lebih luas.
Adobe Inc jatuh setelah perusahaan itu mengatakan akan membeli Figma dalam kesepakatan senilai USD20 miliar.
Pelemahan tersebut menyebar ke saham teknologi lainnya, dengan Apple jatuh 1,9% dan Salesforce anjlok 3,4%.
Saham perbankan adalah titik terang, dengan Goldman Sachs dan JPMorgan masing-masing melonjak lebih dari 1%. UnitedHealth Group melambung 2,6%. (ef)

Sumber : Admin