Beberapa Konsep Dasar untuk Memikirkan Perencanaan Pendapatan pada Masa Pensiun
Tuesday, March 14, 2023       15:35 WIB

Pada beberapa artikel sebelumnya, kita telah membahas tentang bermacam tantangan yang dihadapi dalam membuat perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ).
Secara lebih spesifik, kita telah membahas berbagai tantangan yang dihadapi dalam membuat perencanaan pendapatan pada masa pensiun, yaitu: (1) Berkurangnya kemampuan memperoleh penghasilan, (2) Kendala pengeluaran yang nyata, (3) Resiko investasi yang semakin besar, (4) Umur Manusia yang tidak diketahui dan pengeluaran-pengeluaran besar yang tidak terduga, (5) Inflasi bertahun-tahun dalam jangka Panjang, dan (6) Kemampuan berpikir yang semakin menurun.
Akan tetapi, dalam artikel-artikel itu, hanya dibahas tentang berbagai tantangan yang dihadapi, dan bukan solusi untuk menghadapi tantangan tersebut. Sesungguhnya memang tidak ada satu solusi yang mudah, yang dapat diterapkan oleh semua orang, untuk masalah perencanaan pendapatan pada masa pensiun ini ( retirement income planning ).
Satu hal yang dapat kami ajukan untuk membantu pembaca IPOTNEWS membuat perencanaan pendapatan pada masa pensiunnya adalah dengan menyediakan suatu konsep kerangka kerja ( conceptual framework ) dasar untuk berpikir tentang perencanaan pendapatan pada masa pensiun itu.
Konsep-konsep dasar itu adalah:
(1) Siapkan dirimu untuk hidup dalam jangka waktu lama (berumur panjang). Perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ) harus dibuat berdasarkan  rencana untuk hidup, bukan rencana untuk mati , walaupun semua orang pada suatu saat nanti pasti akan mati.
Berusia panjang sangatlah mahal biayanya, dan perencanaan untuk hidup dalam jangka waktu yang lama haruslah didahulukan daripada perencanaan kematian ( death planning ). Adalah hal yang bagus bila kita sudah memikirkan juga tentang perencanaan kematian ( death planning ), tetapi perencanaan kematian tidak boleh mendahului perencanaan untuk hidup lebih lama (berumur panjang).
Perencanaan kematian ( death planning  misalnya adalah  estate planning atau  legacy ), yaitu rencana untuk mewariskan harta dan bisnis kepada generasi berikutnya.  Estate planning  berguna agar tidak terjadi keributan di kemudian hari, di antara sesama generasi penerus, dan supaya penerima warisan menjadi lebih siap ketika ia harus meneruskan bisnis yang diberikan kepadanya.  Estate planning  ( legacy ) juga dapat meminimalkan biaya-biaya dan pajak-pajak yang mungkin timbul sehubungan dengan pembagian harta warisan.
(2) Pergunakan angka-angka yang masuk di akal untuk imbal hasil ( return ) portofolio yang diharapkan pada masa pensiun. Pada masa pensiun, investasi umumnya ditaruh dalam instrumen yang  aman , seperti deposito dan instrumen pendapatan tetap ( direct invest ment), atau unit penyertaan reksadana pendapatan tetap ( indirect investment ).
Deposito sering dianggap aman karena nilai imbal hasilnya sudah pasti (diketahui  ex ante ), dan kepastian pengembalian nilai pokok deposito dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Tetapi, deposito menjadi  tidak aman  setelah kita memperhitungkan imbal hasil netto deposito setelah dipotong pajak penghasilan (20%), dan seringkali berada di bawah angka inflasi rata-rata.
Menempatkan investasi dana pensiun ke dalam instrumen pendapatan tetap (obligasi) untuk perencanaan pendapatan dalam masa pensiun ( retirement income planning ) sering dilakukan untuk mendapatkan imbal hasil ( return ) investasi yang lebih tinggi daripada angka inflasi. Tetapi pensiunan tetap harus tetap mengingat bahwa investasi dalam instrumen pendapatan tetap (obligasi) juga mengandung resiko.
Ada dua resiko utama dalam instrumen obligasi yang akan kita bahas di sini: resiko gagal bayar ( default risk ) dan resiko suku bunga ( interest rate risk ). Resiko terbesar instrumen pendapatan tetap (obligasi) adalah resiko gagal bayar ( default ), karena ia merupakan surat utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi ( investor ).
Resiko gagal bayar dari suatu obligasi dapat dimitigasi atau dikurangi dengan membeli hanya obligasi yang diterbitkan negara Republik Indonesia, obligasi-obligasi yang diterbitkan oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara), atau obligasi-obligasi berperingkat baik ( investment grade ) yang diterbitkan perusahaan swasta yang bereputasi baik.
Setiap kali terjadi kenaikan resiko gagal bayar, karena kualitas penerbit obligasi yang turun dari pemerintah Republik Indonesia ke BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lalu ke perusahaan swasta, maka imbal hasil atau  yield  obligasi akan naik.
Resiko lainnya dalam berinvestasi di instrumen pendapatan tetap (obligasi) adalah resiko suku bunga ( interest rate risk ). Kita tahu, dari teori ilmu keuangan, bahwa harga obligasi ( fixed rate bond ) akan turun jika suku bunga naik, dan sebaliknya.
Jadi, ketika kita membeli obligasi pada waktu pertama kali obligasi itu dijual, pada harga  initial public offering  atau harga par, dan kemudian kita hendak menjual obligasi tersebut sebelum tanggal jatuh temponya, maka kita tidak akan dapat menjual kembali obligasi itu pada harga par. Kecuali jika suku bunga pasar tidak berubah sejak obligasi itu diterbitkan ( and all other things remain constant ).
Singkat cerita, harga pokok obligasi akan berfluktuasi sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku di pasar pada saat itu.
Hal yang ingin disampaikan di sini adalah, kalau kita berinvestasi di obligasi untuk memperoleh pendapatan bunganya, kita harus memperhatikan  yield  yang diberikan obligasi tersebut. Jika kita berinvestasi obligasi tidak untuk dipegang sampai dengan jatuh tempo obligasi ( maturity date ), tentu kita tidak bisa menggunakan YTM ( yield to maturity ) sebagai patokan.
Bahkan sesungguhnya, kita tidak tahu berapa harga obligasi itu ketika kita ingin menjualnya sebelum tanggal jatuh tempo obligasi (karena kita tidak tahu tingkat suku bunga di kemudian hari).
3. Pergunakan asuransi bersamaan dengan investasi sebagai sarana untuk memperoleh pendapatan di masa pensiun. Seringkali kita hanya berpikir tentang investasi dan hasil investasi untuk memperoleh penghasilan di masa pensiun. Tapi kita sering lupa untuk menjaga investasi kita supaya tetap bernilai seperti yang seharusnya.
Sebagai contoh, ada seorang pensiunan yang setiap bulan mengharapkan penghasilan dari penyewaan kamar rumah kos-kosan miliknya. Untuk menjaga supaya rumah itu setiap bulan tetap dapat menghasilkan pendapatan sewa, pensiunan ini harus menjaga supaya rumah itu tetap bersih, terawat, dan aman. Artinya, pensiunan harus siap untuk mengeluarkan sebagian dari pendapatan untuk menjaga sumber penghasilannya tetap menghasilkan pendapatan yang diinginkannya.
Contoh lain, seorang pensiunan mengharapkan penghasilan di masa pensiunnya dari pendapatan menyewakan (rental) mobil miliknya. Untuk mempertahankan supaya mobilnya tetap dalam kondisi yang baik, maka ia harus mengeluarkan biaya servis berkala dan biaya asuransi seandainya mobil itu mengalami tabrakan atau hilang dicuri orang. Di samping itu, masih ada biaya lain yang tidak kelihatan, yaitu biaya penyusutan (depresiasi).
Misalkan, pensiunan itu merasa mobil yang disewakannya itu harus diganti setiap lima tahun untuk menjaga kondisinya selalu prima. Biaya penyusutan mobil setahun kurang lebih sama dengan (harga beli - harga jual) : lima tahun. Jadi, tidak semua uang pendapatan sewa mobil dapat dipergunakannya sebagai keuntungan.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS