Bank Sentral Lebih Memilih Emas daripada Dolar AS untuk Cadangan - Survei
Tuesday, June 17, 2025       15:36 WIB

Ipotnews - Bank-bank sentral di seluruh dunia memperkirakan porsi emas dalam cadangan mereka akan meningkat dalam lima tahun ke depan, sementara porsi cadangan dalam dolar AS diperkirakan menurun.
Hasil survei World Gold Council (WGC) menunjukkan, permintaan emas dari bank sentral meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir, meskipun harga emas mencetak rekor tertinggi secara berturut-turut. Harga emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di USD3.500,05 per ounce pada April lalu, naik 95% sejak Februari 2022 saat Rusia menginvasi Ukraina.
Laman Reuters, Selasa (17/6) melaporkan, sebanyak 73 bank sentral merespons survei WGC yang dilaksanakan antara 25 Februari hingga 20 Mei. Sebannyak dan 76% di antara bank sentral tersebut memperkirakan kepemilikan emas mereka akan lebih tinggi dalam lima tahun ke depan, naik dari 69% pada survei tahun lalu.
Hampir tiga perempat responden survei juga memperkirakan cadangan devisa dalam denominasi dolar AS milik bank sentral akan lebih rendah dalam lima tahun ke depan, naik dari 62% tahun lalu.
"Performa emas saat krisis, perannya dalam diversifikasi portofolio, serta sebagai lindung nilai terhadap inflasi adalah tema utama yang mendorong rencana akumulasi emas lebih lanjut tahun depan," tulis WGC dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
Menurut WGC, bank sentral global telah menambah lebih dari 1.000 ton emas setiap tahun selama tiga tahun terakhir. Jumlah tersebut melonjak signifikan dibandingkan rata-rata 400 hingga 500 ton per tahun selama dekade sebelumnya.
"Akselerasi tajam dalam laju akumulasi ini terjadi di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi," ujar WGC.
Hasil survei WGC juga menunjukkan, sebanyak 95% responden memperkirakan cadangan emas bank sentral akan meningkat dalam 12 bulan ke depan, naik dari 81% tahun lalu. Survei itu juga menunjukkan Bank of England tetap menjadi lokasi paling populer untuk penyimpanan cadangan emas.
Sebanyak 59% bank sentral dalam survei menyebut potensi konflik dagang dan tarif sebagai faktor yang relevan dalam pengelolaan cadangan mereka. WGC menambahkan bahwa mayoritas responden survei tersebut berasal dari negara berkembang dan negara dengan ekonomi transisi (69%), dibandingkan hanya 40% dari negara maju.

Sumber : admin