Bank Sentral Besar Ketatkan Moneter, Rupiah Tutup Pekan Dengan Pelemahan Lanjutan
Friday, September 23, 2022       15:45 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS setelah Federal Reserve dan Bank of England menaikkan suku bunga acuan.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (23/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.037 per dolar AS, melemah 14 poin atau 0,10% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin (22/9) di level Rp15.023 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar menguat hari ini setelah Bank of Japan memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar. "Ini memberikan kontras langsung dengan sikap yang diambil oleh Federal Reserve pada hari Rabu lalu ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan mengisyaratkan bahwa suku bunganya akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan pasar sebelumnya," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat sore.
Ibrahim menambahkan the Fed juga telah mengisyaratkan bahwa suku bunga acuannya akan naik sebesar 4,4% pada akhir tahun dan mencapai 4,6% pada akhir tahun 2023. "Ini menunjukkan suku bunga akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi lebih lama dari harga pasar sebelumnya," ujar Ibrahim.
Sebelumnya, Bank Sentral Inggris atau Bank of England (BoE) menaikkan suku bunga acuan menjadi 2,25% dalam upaya memerangi inflasi yang melonjak di tengah krisis ekonomi yang melanda negara tersebut.
Dilansir dari The Guardian pada Kamis (22/9). kebijakan Bank Sentral Inggris tersebut merupakan kenaikan ketujuh berturut-turut. Namun, kenaikan suku bunga tersebut lebih kecil dari yang diperkirakan banyak investor.
Kenaikan suku bunga 50 Bps menunjukkan bahwa Bank Sentral Inggris berusaha untuk mencegah inflasi menjadi tertanam terus-menerus, meskipun ada kekhawatiran atas ekonomi. Keputusan Komite Kebijakan Moneter Inggris membawa suku bunga ke level tertinggi sejak 2008 atau saat dunia dilanda krisis keuangan.
"Namun pasar memperdebatkan apakah langkah seperti itu akan memberi pound lebih banyak dorongan untuk menguar mengingat negara itu sedang menuju resesi yang dalam pada akhir tahun ini," tutup Ibrahim. (Adhitya)

Sumber : admin