Bangkit dari Tekanan Jual, Greenback Relatif Stabil; Investor Tunggu Kejelasan Tarif
Tuesday, April 15, 2025       15:25 WIB

Ipotnews - Dolar relatif stabil, Selasa, diperdagangkan mendekati level terendah tiga tahun terhadap euro dan posisi terlemah enam bulan versus yen, karena investor yang mencoba memahami perubahan konstan tarif Presiden Donald Trump tetap waspada terhadap aset Amerika.
Sebagian besar volatilitas yang memukul dolar pekan lalu dan membuat imbal hasil US Treasury melonjak tampaknya agak mereda pada sesi Selasa, meski sentimen investor masih rapuh.
Euro, yang menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari pembuangan aset Amerika bulan ini, melemah tipis pada hari ini di USD1,1336, sedikit di bawah level tertinggi tiga tahun, pekan lalu, yakni USD1,1474.
Dolar sedikit lebih lemah di 142,99 yen, tetap dekat dengan level terendah enam bulan di 142,05 yang dicapai pada sesi Jumat, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Selasa (15/4).
Setelah tersungkur ke level terendah 10 tahun versus franc Swiss minggu lalu, dolar menguat 0,2%, Selasa. Namun, mata uang tersebut merosot hampir 8% terhadap franc Swiss sejauh bulan ini, yang merupakan depresiasi bulanan terbesar sejak Desember 2008.
Fokus pasar tertuju pada berita tarif yang terus berubah dengan Amerika menghapus telepon pintar dan barang elektronik lainnya dari bea masuk untuk China selama akhir pekan, yang memberikan sedikit keringanan, meski komentar Trump menunjukkan penangguhan tersebut kemungkinan berjangka pendek.
Pemberlakuan dan kemudian penundaan mendadak sebagian besar tarif atas barang yang diimpor ke AS menimbulkan kebingungan, menambah ketidakpastian bagi investor dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.
Ada rasa tenang yang lebih besar di seluruh pasar, Selasa. Namun mengingat ketidakpastian yang ditimbulkan Trump dan keragu-raguannya atas tarif, analis memperkirakan pemulihan dolar akan berlangsung singkat.
"Dengan setiap perubahan haluan dalam 'pembuatan kesepakatan', Trump menghancurkan keamanan perencanaan lebih lanjut dan bahkan lebih banyak kepercayaan, itulah sebabnya saya pada akhirnya tidak memperkirakan pemulihan signifikan dalam dolar AS selama ketidakpastian ini berlanjut," tulis analis Commerzbank, Antje Praefcke.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun naik tipis 2 basis poin menjadi 4,38% setelah melorot hampir 13 basis poin pada sesi sebelumnya.
Imbal hasil menguat sekitar 50 bps pekan lalu - kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari 20 tahun - karena analis dan investor mempertanyakan status obligasi Amerika sebagai aset teraman di dunia.
"Minggu lalu adalah tentang deleveraging, likuidasi, dan realokasi aset dari aset AS. Nada minggu ini lebih tenang dalam pekan yang dipersingkat karena liburan," kata Prashant Newnaha, analis TD Securities.
"Komentar dovish dari pejabat the Fed yang menunjukkan bahwa mereka melihat lebih jauh dari sekadar inflasi membantu menentukan arah kebijakan."
Gubernur Fed, Christopher Waller, Senin, mengatakan kebijakan tarif pemerintahan Trump merupakan guncangan besar bagi ekonomi AS yang dapat menyebabkan bank sentral memangkas suku bunga untuk mencegah resesi bahkan jika inflasi tetap tinggi.
Data LSEG memperlihatkan trader memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 86 bps dari the Fed untuk sisa tahun ini.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, berada di posisi 99,641, tidak jauh dari level terendah tiga tahun, pekan lalu. Indeks tersebut anjlok lebih dari 4% sejauh bulan ini, yang merupakan penurunan bulanan terbesar sejak November 2022.
Mata uang terkait risiko mengalami penguatan. Poundsterling naik 0,1% menjadi USD1,347, sementara dolar Australia bertambah 0,7% menjadi USD0,6371 dan dolar Selandia Baru menguat 0,71% jadi USD0,592, mendekati nilai tertinggi dalam empat setengah bulan. (ef)

Sumber : Admin