Bagaimana Cara Membuat Rencana untuk Pensiun
Tuesday, November 19, 2024       15:04 WIB

Sejauh ini kita telah membahas banyak hal tentang pensiun. Kita telah membahas bahwa perencanaan pensiun modern harus dibagi dua: (1) Perencanaan pensiun, yang dimulai dari seseorang mulai bekerja dan memperoleh penghasilan tetap, hingga ia (karyawan) pensiun, dan (2) Perencanaan Pendapatan Pada Masa Pensiun ( Retirement Income Planning ), yang dimulai sejak seorang karyawan pensiun hingga pada akhirnya ia meninggal dunia.
Periode pertama disebut juga Masa Akumulasi, dan periode kedua disebut Masa Penarikan Dana ( disbursement ).
Perencanaan Pensiun modern ini harus dibagi dua karena akan memudahkan untuk perencanaan itu dilakukan (bayangkanlah Anda membuat perencanaan pensiun menggunakan  spread sheet  untuk mempelajari arus kas yang terjadi). Tujuan perencanaan dan arus kas pada waktu karyawan masih aktif bekerja seluruhnya bersifat arus kas masuk ( cash inflow ) dan tujuan investasinya adalah memperoleh imbal hasil ( return ) yang setinggi-tingginya.
Sebaliknya, ketika seorang karyawan telah pensiun, maka tujuan perencanaan dan arus kas berubah menjadi seluruhnya arus kas keluar ( cash outflow ) dan tujuan investasinya menjadi mempertahankan kelangsungan Dana Pensiun sehingga dana pensiun tetap ada selama pensiunan itu masih hidup.
Sekarang kami ingin membawa Anda untuk mempertanyakan hal yang sangat mendasar dalam perencanaan pensiun: bagaimana caranya untuk membuat rencana untuk pensiun yang baik?
Sesungguhnya, perencanaan pensiun yang baik tidak membutuhkan uang yang sangat banyak hingga bermilyar-milyar, atau membutuhkan rumah tinggal lebih dari satu. Memang, uang merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam perencanaan pensiun yang baik.
Kita ingat dari pembahasan aspek-aspek psikologis dan emosional dalam perencanaan pensiun, bahwa ada lima hal (aspek) penting yang harus dipersiapkan untuk merencanakan masa pensiun yang baik dan lengkap (komprehensif), dan keuangan hanyalah salah satu di antaranya. Keempat aspek lainnya adalah aspek emosional dan psikologis dari pensiunan itu sendiri. Ke-lima aspek itu adalah: (1)  financial  (keuangan),( 2)  community  (komunitas), (3)  health  (Kesehatan), (4)  growth  (pertumbuhan), dan (5)  giving back  (balas budi).
Sekarang kita akan melihat perencanaan pensiun dari sudut pandang yang berbeda. Di sini, di samping faktor keuangan, perencanaan pensiun yang baik membutuhkan visi dan rencana. Visi adalah suatu cara yang sangat bermanfaat untuk membayangkan masa depan Anda.
Visi Anda tentang masa pensiun yang baik seharusnya bercerita tentang setidaknya dua hal ini: (1) Masa pensiun adalah masa ke-emasan ( golden period ) di mana uang tidak lagi menjadi problem, dan (2) pada masa pensiun Anda akan dapat melakukan pekerjaan apa pun yang Anda sukai (tanpa khawatir dengan pendapat orang lain, terutama bos Anda).
Dengan memiliki visi yang jelas akan masa depan Anda, ke-empat pertanyaan berikut akan dapat Anda jawab dengan mudah.
1. Mengapa Anda pensiun?
Kadang-kadang orang pensiun tanpa mengetahui untuk apa dia pensiun. Umumnya orang pensiun karena usianya sudah memasuki masa pensiun berdasarkan peraturan Perusahaan (usia pensiun normal). Untuk orang yang pensiun dini ( early retirement ), jarang pensiun dilakukan karena pensiunan ingin melakukan sesuatu yang telah lama dicita-citakannya. Jarang orang yang pensiun dini karena ia telah mempersiapkan masa pensiun yang ingin dijalaninya.
Lebih sering terjadi orang pensiun dini karena ia ingin menghindari suasana kerja yang membosankan, atau bos yang galak, atau pekerjaan yang monoton tanpa jenjang karir. Singkatnya, orang pensiun dini untuk menghindari sesuatu ( retiring from ), bukan untuk menyambut sesuatu ( retiring to ).
2. Apa yang ingin Anda lakukan setelah pensiun?
Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda tidak lagi mempunyai seorang bos yang memerintah atau mengatur hidup Anda? Katakanlah bahwa visi Anda adalah memiliki perkebunan  strawberry  lengkap dengan peternakan kelinci di daerah Lembang yang sejuk (visi ini bisa dikembangkan menjadi usaha taman bermain anak-anak dan kuliner bergantung pada banyaknya uang Anda untuk mewujudkan visi tersebut). Sekarang Anda adalah sang majikan atas semua waktu yang Anda miliki.
Dari visi ini, Anda menjadi tahu kira-kira berapa banyak uang yang harus Anda kumpulkan untuk mewujudkan cita-cita ketika pensiun nanti. Langkah berikutnya adalah Anda harus mulai mempersiapkan rencana supaya visi Anda dapat terlaksana.
3. Bagaimanakah caranya supaya sasaran masa pensiun cocok dengan sasaran yang Lain?
Jika Anda memulai perencanaan pensiun pada waktu usia Anda masih muda, tentu saja, Anda akan menghadapi banyak hambatan untuk membuat sasaran masa pensiun cocok dengan sasaran yang lain, karena ada begitu banyak keinginan yang juga membutuhkan dana dan perhatian Anda. Harus diakui bahwa pada waktu muda, urusan pensiun tidaklah berada di tangga paling atas dalam skala prioritas Anda.
Akan tetapi, seperti halnya iuran JHT yang wajib dibayar ketika Anda telah mempunyai penghasilan tetap, sasaran Pensiun harus sudah ada ketika Anda mulai memiliki penghasilan tetap. Di sini, Anda perlu melakukan  trade off  antara sasaran masa pensiun dengan sasaran lain yang ada.
4. Apakah Anda telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai Sasaran Masa Pensiunmu?
Di manakah posisi tabungan Dana Pensiun Anda jika dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk bisa mewujudkan cita-cita? Tenang saja, Anda tidak harus pusing dengan segala detail yang membingungkan. Semakin dekat Anda pada masa pensiun, akan semakin jelas apa yang Anda butuhkan pada masa pensiun nanti.
Fokus kita sekarang adalah bahwa jumlah tabungan Dana Pensiun kita harus mencukupi untuk memenuhi cita-cita masa pensiun kita sesuai dengan visi yang kita miliki. Jika tabungan Dana Pensiun kita masih jauh dari visi yang kita miliki tentang masa pensiun yang akan kita jalani, maka kita harus memperbaiki rencana yang ada.
Mungkin kita harus mengubah jumlah Tabungan Dana pensiun kita yang selama ini hanya berupa JHT (Jaminan Hari Tua), dan menambah tabungan Dana Pensiun kita dengan TDPP (Tabungan Dana Pensiun Pribadi).
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS