BOJ Inginkan Jeda Kenaikan Suku Bunga Setelah Pemangkasan Agresif Fed, Pasar Anjlok
Tuesday, October 01, 2024       15:40 WIB

Ipotnews - Para pembuat kebijakan di bank sentral Jepang, Bank of Japang (BOJ), membahas perlunya bersikap lambat dalam menaikkan suku bunga karena pasar yang gelisah mengaburkan prospek, risalah alias ringkasan pertemuan bulan September menunjukkan, mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Ringkasan tersebut juga menunjukkan bagaimana keputusan Federal Reserve AS untuk memberikan pengurangan biaya pinjaman yang terlalu besar, yang terjadi sehari sebelum pertemuan BOJ pada 19-20 September, menyebabkan meningkatnya kekhawatiran tentang prospek ekonomi AS.
"Ketidakpastian telah meningkat tentang ekonomi AS dan laju pemangkasan suku bunga oleh Fed. Perhatian perlu diberikan pada kemungkinan bahwa faktor-faktor ini akan berdampak negatif pada nilai tukar yen dan laba perusahaan di Jepang," kata salah satu anggota.
Bahkan seorang pendukung kenaikan suku bunga di masa mendatang meminta kesabaran dalam menarik pelatuk, ringkasan tersebut menunjukkan, perubahan haluan dari pertemuan sebelumnya pada bulan Juli ketika banyak dari sembilan anggota dewan memilih untuk menaikkan suku bunga untuk mencegah risiko inflasi yang terlalu tinggi.
"Saya tetap yakin bahwa jika dipastikan tidak akan ada revisi penurunan besar pada prospek kami, maka sebaiknya suku bunga dinaikkan tanpa perlu waktu lama," kata anggota lainnya.
"Namun, kenaikan suku bunga seharusnya tidak menjadi tujuan akhir," kata anggota tersebut, yang menyerukan perlunya menunggu waktu yang "tepat" untuk menaikkan biaya pinjaman.
Mengingat ketidakpastian ekonomi dan pasar, BOJ tidak ingin menaikkan suku bunga lebih lanjut saat ini karena hal itu dapat menunjukkan bahwa bank sentral beralih ke siklus pengetatan moneter penuh, menurut pendapat ketiga.
"Ketidakpastian ekonomi luar negeri telah meningkat. Kita harus mencermati perkembangan luar negeri dan pasar dengan saksama untuk sementara waktu," pendapat keempat menunjukkan, yang menambahkan bahwa kenaikan suku bunga dapat ditunda hingga ketidakpastian tersebut mereda.
Pada pertemuan bulan September, BOJ mempertahankan suku bunga jangka pendek tetap pada 0,25 persen dan gubernurnya mengatakan bahwa mereka dapat meluangkan waktu untuk mengamati dampak dari ketidakpastian ekonomi global, yang menandakan bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menaikkan biaya pinjaman lebih lanjut.
"Berbeda sekali dengan Juli ketika optimisme terhadap ekonomi, penekanan pada risiko inflasi yang meningkat, dan seruan untuk kenaikan suku bunga tambahan menjadi mayoritas, ada cukup banyak pendapat yang berhati-hati tentang prospek pada September," tulis analis di SMBC Nikko Securities dalam catatan riset.
"Dengan banyaknya pendapat yang menyerukan perlunya meneliti risiko ekonomi yang menurun, sulit untuk memprediksi BOJ akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat," kata mereka, yang memproyeksikan kenaikan berikutnya akan terjadi pada Januari tahun depan.
BOJ mengakhiri suku bunga negatif pada Maret dan menaikkan biaya pinjaman jangka pendek menjadi 0,25 persen pada Juli dengan pandangan Jepang membuat kemajuan dalam mencapai target inflasi 2 persen secara berkelanjutan.
Kenaikan suku bunga pada Juli dan komentar agresif gubernur Kazuo Ueda, ditambah dengan data pasar tenaga kerja AS yang lemah, memicu lonjakan yen dan kemerosotan pasar saham pada awal Agustus. Sejak saat itu, para pembuat kebijakan BOJ telah menekankan perlunya memperhitungkan dampak ekonomi dari volatilitas pasar.
BOJ selanjutnya meninjau suku bunga pada 30-31 Oktober, saat dewan juga merilis prakiraan pertumbuhan dan harga triwulanan terbaru. Rapat akan diadakan lagi pada Desember.
Mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters pada 4-12 September memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga lagi pada akhir tahun.
"Dalam menjalankan kebijakan moneter, penting untuk mempertimbangkan risiko penurunan ekonomi Jepang dan memantau data dengan cermat," kata salah satu anggota, yang menyoroti bagaimana fokus BOJ bergeser dari risiko inflasi yang melampaui batas menuju pemulihan yang rapuh.
Anggota lain mengatakan pembalikan tajam yen dari pelemahan masa lalu dapat merugikan ekspor dan mencegah produsen menaikkan upah, ringkasan tersebut menunjukkan.
Mundurnya Perdana Menteri Fumio Kishida, yang menunjuk Ueda dan menyetujui normalisasi kebijakan BOJ, menambah ketidakpastian atas upaya bank untuk menaikkan suku bunga.
Shigeru Ishiba, yang ditunjuk sebagai perdana menteri baru pada hari Selasa, mengatakan pada hari Minggu bahwa kebijakan moneter Jepang harus tetap akomodatif sebagai tren.
Data ekonomi menunjukkan pemulihan moderat yang berkelanjutan, dengan laba perusahaan yang kuat mendukung belanja modal.
Survei "tankan" BOJ yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan sentimen produsen besar tetap stabil dalam tiga bulan hingga September, meskipun ada hambatan dari permintaan global yang lemah.
"Mengenai kenaikan suku bunga berikutnya, saya fokus pada perkembangan inflasi konsumen, momentum menuju pembicaraan upah tahun depan, dan perkembangan ekonomi AS," kata salah satu anggota dewan seperti dikutip dalam ringkasan bulan September.
Ringkasan pendapat tidak mengidentifikasi nama anggota dewan yang memberikan komentar tersebut.(REUTERS)

Sumber : admin