BEI Punya Target Besar untuk 2030
Wednesday, November 05, 2025       16:49 WIB

JAKARTA, investor.id -Bursa Efek Indonesia (BEI) menatap optimistis prospek pasar modal nasional tahun depan, dengan keyakinan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) mampu menembus level 9.000. Target itu menjadi bagian dari ambisi besar BEI dalam mencapai bursa dengan peringkat top 10 global pada tahun 2030 mendatang.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman menyampaikan bahwa hingga kuartal IV-2025, IHSG masih tumbuh positif 16,7% secara year-to-date, meski pasar mencatatkan arus keluar modal asing ( capital outflow ) senilai Rp 41 triliun. Namun, dalam sebulan terakhir, investor asing justru kembali melakukan net buy sebesar Rp 12,9 triliun, menunjukkan mulai pulihnya minat asing terhadap pasar Indonesia.
"Secara keseluruhan, pasar kita masih solid. Bahkan, jika melihat tren transaksi dan partisipasi investor, arah IHSG menuju 9.000 bukan sesuatu yang berlebihan," ungkapIman di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Iman menjelaskan, jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai 19 juta investor, meningkat signifikan dibandingkan periode pra-pandemi. Rata-rata penambahan investor baru mencapai lebih dari 2 juta per tahun, dengan tingkat aktivitas harian kini mencapai 232 ribu investor aktif,tertinggi sejak sebelum pandemi.
Meski begitu, Iman menegaskan tantangan terbesar BEI ke depan adalah memperkuat basis investor institusi domestik. "Backbone pasar kita harusnya adalah investor institusi domestik, seperti dana pensiun dan asuransi. Kami berharap ada tambahan dana sekitar Rp 23 triliun dari investor institusi pada awal tahun depan," ungkapnya.
Dari sisi pasokan saham (supply), BEI menargetkan 45 emisi baru (IPO) sepanjang 2025. Hingga kini, baru 23 perusahaan yang tercatat, dengan tambahan 13 perusahaan dalam pipeline.
Namun, BEI menegaskan bahwa fokus utama bukan hanya kuantitas, melainkan kualitas emiten.
"Tahun ini kami menargetkan lima lighthouse IPO, yakni perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar minimal Rp 3 triliun dan proceeds minimal Rp 700 miliar. Target itu sudah tercapai, dan hingga akhir tahun kami perkirakan bisa mencapai tujuh hingga delapan perusahaan," kata Iman.
Ia menambahkan, porsi perusahaan besar di bursa mulai bergeser dari dominasi perbankan menuju konglomerasi lintas sektor. "Ini menunjukkan dinamika baru di pasar modal Indonesia, di mana sektor-sektor nonbank mulai menjadi penggerak kapitalisasi pasar," ujarnya.
Roadmap Top 10 Global
Dalam roadmap menuju Top 10 Global Exchange tahun 2030, BEI menyiapkan enam fokus utama, antara lain memperluas akses investor, memperbanyak produk baru, dan memperkuat konektivitas global.
Salah satu langkah strategis terbaru adalah kerja sama dengan Singapore Stock Exchange (SGX) dalam peluncuran Depository Receipt (DR) untuk saham-saham Indonesia. "Kami ingin produk pasar modal Indonesia bisa diakses lebih luas secara global. Kolaborasi ini menjadi tonggak penting untuk meningkatkan visibilitas saham Indonesia di luar negeri," tutur Iman.
Selain itu, BEI juga memperluas produk derivatif seperti Structured Warrants dan Single Stock Futures, yang dikembangkan berdasarkan masukan langsung dari pelaku pasar.
Iman menargetkan pada 2030, BEI dapat masuk 10 besar bursa dunia dari sisi kapitalisasi pasar maupun nilai transaksi harian. Saat ini, posisi BEI berada di peringkat ke-20 dunia untuk kapitalisasi dan ke-17 untuk volume transaksi. "Kami realistis tapi optimis. Dengan penguatan infrastruktur, inovasi produk, dan peningkatan kualitas emiten, target 10 besar global bukan hal yang mustahil," tegasnya.
Hingga September 2025, nilai transaksi harian BEI telah mencapai Rp 16,6 triliun, naik dari target semula Rp 14,5 triliun. Total efek yang diterbitkan mencapai 555 instrumen, melampaui target 430 efek tahun ini.
"Pasar modal Indonesia masih berada di jalur pertumbuhan. Jika inflasi dan suku bunga turun, bursa pasti akan naik. Karena itu, kami optimis menghadapi 2026 dan tahun-tahun berikutnya," pungkas Iman.

Sumber : investor.id