Aktivitas Manufaktur di Asia Tertekan Ketidakpastian Global, Fokus pada Stimulus China
Tuesday, October 01, 2024       15:23 WIB

Ipotnews - Survei aktivitas pabrik di Asia menunjukkan pelemahan di sepanjang September karena lemahnya permintaan China dan ketidakpastian ekonomi global. Para pembuat kebijakan berada di bawah tekanan untuk mendorong pertumbuhan yang rapuh.
Para produsen di kawasan Asia mungkin akan mendapatkan sedikit bantuan dalam beberapa bulan mendatang dari stimulus agresif yang diumumkan oleh otoritas China selama seminggu terakhir. Termasuk diantaranya penurunan suku bunga dan suntikan likuiditas ke dalam sistem perbankan.
Hasil survei indeks manajer pembelian (PMI) yang dirilis, Selasa (1/10), menunjukkan bahwa aktivitas pabrik di Jepang menyusut di September dan tumbuh dengan laju yang lebih lambat di Taiwan. Data tersebut menyoroti permintaan global yang lemah sehingga membebani para eksportir Asia.
Data lain memperlihatkan tanda-tanda meluasnya dampak perlambatan pertumbuhan AS, pertumbuhan ekspor Korea Selatan melambat di September. Pengiriman barang ke AS, negara dengan ekonomi terbesar di dunia, hampir tidak meningkat, data menunjukkan pada hari Selasa.
Di China, pabrik-pabrik berjuang untuk membuat kemajuan. Indeks PMI manufaktur Caixin/S&P Global yang dirilis Senin kemarin, menunjukkan kemerosotan menjadi 49,3 dari 50,4 di Agustus. Indeks PMI September itu adalah angka terendah sejak Juli tahun lalu.
Gambaran yang sama juga terjadi di Jepang, yang mengandalkan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah lemahnya konsumsi. Ineks PMI terakhir dari Bank Jibun Jepang turun ke 49,7 di September dari 49,8 di bulan sebelumnya, tetap di area kontraksi (di bawah ambang 50) selama tiga bulan berturut-turut.
"Pertumbuhan yang lebih lemah pada pesanan-pesanan baru merupakan faktor utama yang membebani manufaktur bulan lalu," kata Shivaan Tandon, ekonom pasar di Capital Economics, mengenai indeks PMI Asia.
"Kami pikir permintaan global yang lemah akan tetap lemah dalam beberapa bulan mendatang dan membebani aktivitas di Asia dalam waktu dekat," imbuhnya seperti dikutip Reuters.
Indeks PMI untuk Taiwan berada di 50,8 di September, turun dari 51,5 di Agustus. Hasil survei terbaru juga menunjukkan, aktivitas sektor manufaktur juga menyusut di Vietnam, Malaysia dan Indonesia.
Pertumbuhan di industri manufaktur India juga turun ke level terendah delapan bulan di September karena pesanan baru - pengukur utama permintaan - tumbuh pada laju terlemah sejak Desember.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengantisipasi  soft landing  untuk ekonomi Asia karena inflasi yang moderat menciptakan ruang bagi bank-bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan. IMF memprediksi pertumbuhan di kawasan ini akan melambat dari 5% pada 2023 menjadi 4,5% tahun ini dan 4,3% pada 2025. (Reuters)

Sumber : admin