7 Hal tentang Keuangan yang Perlu Kita Ajarkan kepada Anak
Monday, June 23, 2025       18:54 WIB

Mengajarkan anak-anak kita segala sesuatu yang perlu diketahuinya tentang uang bukanlah hal yang mudah. Ada kalanya kita, sewaktu kecil, diberitahu oleh orang tua atau guru bahwa uang adalah sesuatu yang banyak membawa keburukan seperti permusuhan antar saudara, dan karenanya masalah uang adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dalam pertemuan keluarga.
Tetapi, masalah tentang uang adalah sesuatu yang wajib diketahui oleh setiap orang, termasuk oleh anak-anak kita. Misalnya, dulu saya bersekolah teknik sipil untuk mempelajari tentang bagaimana membuat bangunan, atau jembatan, atau jalan raya. Tujuan akhirnya adalah untuk memperoleh uang, baik untuk gaji saya sebagai insinyur atau untuk Perusahaan yang menjadi kontraktor atau pengembang ( developer ).
Pengetahuan saya tentang keuangan yang saya peroleh dalam contoh di atas adalah hasil dari pengalaman pribadi, dengan banyak kesalahan yang dibuat di sana sini ketika saya mencoba melakukannya dengan benar. Sesungguhnya, saya bahkan tidak tahu mana yang salah dan mana yang benar. Saya hanya berusaha lulus kuliah tepat waktu dengan nilai yang baik, kemudian melamar pekerjaan yang cocok, dan memilih Perusahaan yang menawarkan pekerjaan dengan gaji tertinggi.
Adakah hal (tentang keuangan) yang dapat kita ajarkan kepada anak-anak kita (supaya mereka tidak harus melalui jalur yang sama dengan kita pada waktu pertama kali meniti karir)? Kita hanya belajar tentang masalah keuangan dari pengalaman yang kita hadapi. Anda mungkin baru belajar tentang kredit, ketika Anda sudah bekerja dan membuka Kartu Kredit karena melihat teman-teman (atau bos Anda membayar dengan Kartu Kredit). Dari Kartu Kredit yang Anda punya, Anda dapat berbelanja dan membayarnya kemudian.
Atau, Anda mungkin baru belajar tentang bunga ( interest ) ketika mengambil KPR (Kredit Perumahan Rakyat). Anda menjadi tahu bahwa bank memberikan bunga kepada masyarakat yang menabung uangnya, dan meminjamkannya kepada debitur KPR seperti Anda dengan bunga yang lebih tinggi.
Seandainya Anda sudah tahu lebih dahulu tentang mekanisme terciptanya kredit, tentu Anda akan lebih mengerti tentang masalah-masalah keuangan dan masalah perbankan seperti mengapa KK bunganya lebih tinggi dari pada KPR, atau mengapa di Indonesia, KPR yang berjangka panjang jarang yang berbunga tetap ( fixed ), tetapi berbunga mengambang ( floating ).
Lebih lanjut, ketika Anda menyelidiki lebih jauh, Anda akan tahu bahwa KPR yang berjangka panjang, tetapi berbunga mengambang, sesungguhnya sangat merugikan (berbahaya) bagi debitur ( borrower ) karena debitur harus menanggung resiko kenaikan suku bunga dalam jangka panjang.
Berbekal pengetahuan ini, kita akan lebih berhati-hati menggunakan kartu kredit, atau kita akan berusaha untuk hanya meminjam KPR berbunga tetap (dengan resiko bahwa jangka waktu maksimum kredit yang tersedia lebih pendek, kalau pun ada). Kita ingin mengajarkan kepada anak-anak kita tentang hal-hal keuangan seperti ini, supaya mereka tidak harus mengalami kesulitan yang sama seperti kita dahulu.
Dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang tujuh hal keuangan yang yang perlu kita ajarkan kepada anak-anak kita.
1. Perkenalkan tentang nilai uang
Hal keuangan yang perlu kita ajarkan kepada anak-anak kita, pertama-tama adalah mengenai nilai dari uang. Bagi anak-anak yang masih terlalu kecil untuk memahami nilai uang, kita mungkin dapat mengajarkan nilai uang (kertas), yang berbeda-beda, dari warna uang tersebut. Bahwa uang berwarna biru (Rp1.000) lebih kecil nilainya daripada uang berwarna ungu (Rp10.000), yang lebih kecil daripada uang berwarna merah (Rp100.000). Untuk anak-anak kita yang sudah lebih besar, kita mengajarkan mereka untuk tidak mencoret-coret uang, atau merusak uang, dan selalu menyimpan uang di tempat yang rahasia dan aman.
2. Tekankan tentang pentingnya menabung
Hal keuangan kedua yang perlu kita ajarkan pada anak-anak kita adalah tentang pentingnya menabung. Anak-anak perlu tahu, bahwa tidak semua keinginannya dapat segera terpenuhi secara instan (sekejap mata). Ada kalanya, ia harus menunda keinginannya karena uang miliknya belum cukup untuk membeli apa yang diinginkannya itu.Dengan kata lain, ia harus menabung uang miliknya (misalnya uang jajan) agar suatu saat jumlahnya cukup untuk membeli barang yang diinginkannya.
Jadi, kita jangan terburu-buru segera mewujudkan setiap keinginan anak kita, sekali pun keinginan anak kita adalah sesuatu yang baik (seperti membeli tas sekolah atau buku tulis). Kita harus membiarkan anak berpikir dahulu bagaimana caranya untuk memperoleh barang yang lebih mahal dari uang jajan yang diperolehnya setiap hari.
3. Perkenalkan berbagai cara investasi
Ada banyak cara untuk memperkenalkan investasi kepada anak Anda. Jika Anda tinggal di kota besar, Anda mungkin dapat mengajarkan anak Anda untuk berinvestasi melalui reksadana ekuitas, atau reksadana berpendapatan tetap, karena reksadana dikelola oleh professional keuangan (Manajer Investasi dan Bank Kustodian), serta dapat diinvestasikan oleh pemodal pemula dalam jumlah kecil.
Kalau Manajer Investasi tertentu mensyaratkan jumlah minimal investasi pertama yang masih dirasakan terlalu besar, Anda bisa mencoba pembelian reksadana secara daring ( online ) melalui supermarket reksadana IPOT FUND. Atau, Anda bisa membeli reksadana yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa (ETF atau Reksadana Bursa), karena minimal pembelian ETF hanya 1 lot saja (100 Unit Penyertaan).
Jika Anda kebetulan tinggal di kampung, Anda bisa mengajarkan Anak Anda untuk berinvestasi, misalnya dengan mengajarkan anak Anda untuk menetaskan beberapa telur itik miliknya supaya bebek miliknya menjadi banyak, dan tidak menjual semua telur itik yang ada untuk memperoleh uang.
4. Perkenalkan prinsip dasar kredit
Setelah memperkenalkan berbagai cara berinvestasi kepada anak-anak, kita perlu juga untuk memperkenalkan bermacam cara penyaluran kredit yang ada dalam sistem keuangan di masyarakat kepada anak-anak kita. Mengajarkan tentang masalah pemberian kredit dari kreditur (bank) kepada debitur (borrower) bukanlah hal yang mudah untuk dimengerti, apalagi untuk anak-anak. Kita dapat mencoba mengajarkan tentang kredit KPR atau kredit KKB, tetapi saya pikir itu masih terlalu sulit dimengerti oleh anak-anak.
Kredit yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak mungkin adalah kartu kredit, karena kita sering menggunakannya dan bisa menunjukkan dan menjelaskannya kepada anak-anak. Hanya saja, kita tidak boleh mengajarka kepada anak-anak untuk bergantung pada kartu kredit dalam memenuhi kebutuhan kita.
Kita boleh mengajarkan tentang manfaat dan kemudahan menggunakan kartu kredit, tetapi kita tidak boleh lupa untuk mengajarkan anak-anak untuk selalu berusaha membayar lunas semua tagihan KK yang masuk. Hal ini mungkin mudah dibicarakan, tetapi sulit untuk dilaksanakan, karena kita pun (orang dewasa) sering lalai dan terjebak dalam utang melalui kartu kredit.
5. Ajarkan dan bantu anak untuk menyusun anggaran ( budget )
Hal keuangan berikutnya yang perlu diajarkan kepada anak-anak Anda adalah bagaimana caranya menyusun anggaran ( budget ) setiap minggu atau setiap bulan sehingga uang ( allowances ) yang diberikan kepadanya tidak habis terpakai sebelum jadwal penerimaan uang (allowances) berikutnya.
Jika anak Anda sudah cukup dewasa atau sudah kuliah, dan kebetulan tinggal terpisah dari orangtuanya, maka masalah penganggaran ( budgeting ) ini menjadi sangat penting. Anak Anda harus bisa melakukan penganggaran dengan baik, seperti membayar uang kuliah, membayar uang kos, membayar biaya transportasi, dan membayar biaya hidup sehari-hari.
Anda mungkin dapat mengajarkan kepada anak Anda cara melakukan penganggaran yang sederhana, misalnya dengan mengalokasikan uang ( allowances ) yang diterima pada awal bulan ke dalam amplop-amplop yang diberi nama masing-masing uang kos, uang transpor, uang makan, dan lain-lain.
6. Biasakan untuk bersabar dalam berinvestasi
Jika Anda sedang memperkenalkan (mengajarkan) kepada anak Anda bagaimana berinvestasi, ajarkanlah anak Anda untuk tidak berganti-ganti investasi dalam sekejap. Jika Anda kebetulan tinggal di kota besar, dan Anda mengajarkan anak Anda untuk mulai berinvestasi di pasar modal, maka yang sering terjadi adalah baik Anda mau pun anak Anda akan berinvestasi di saham-saham dan melakukan jual atau beli ( trading ) saham-saham secara berlebihan (keluar dan masuk secara eksesif dalam waktu singkat).
Padahal, prinsip berinvestasi dalam saham itu adalah menanti kenaikan harga saham dalam waktu yang relatif lama (kecuali Anda memiliki informasi rahasia tentang sesuatu yang akan terjadi pada emiten, atau informasi rahasia lainnya). Mengajarkan anak untuk berganti-ganti saham yang dipegang dalam waktu singkat bukanlah cara berinvestasi yang baik. Sesungguhnya, perilaku berganti-ganti saham dalam waktu singkat adalah perilaku seorang pedagang saham ( trader ) bukan perilaku seorang pemodal ( investor ).
Berinvestasi itu ibarat seorang petani yang menanam pohon durian, ia memilih bibit yang baik, memberi pupuk secukupnya, membersihkan tanaman dari gulma yang mengganggu, dan kemudian ia menunggu dengan sabar sampai tanaman itu berbuah. Sebaliknya, seorang pedagang ( trader)  hanya membeli buah durian, dan kemudian bertaruh (lewat bau, bentuk buah, atau cara lainnya) bahwa durian itu bagus dan enak rasanya.
7. Ajarkan bahwa investasi bukanlah ilmu sulap (dapat dipelajari)
Terakhir, hal keuangan yang perlu Anda ajarkan kepada anak-anak Anda adalah bahwa berinvestasi saham bukanlah seperti bermain sulap. Bahwa seseorang dapat tiba-tiba menjadi kaya raya karena saham yang kebetulan dibelinya dalam jumlah besar, ternyata merupakan permata tersembunyi yang baru diketemukan.
Ada begitu banyak pemodal, analis saham, dan otoritas bursa (BEI) serta OJK yang mengawasi perdagangan saham, sehingga masalah perdagangan orang dalam ( insider trading ) hampir tidak mungkin terjadi (dan tidak mungkin terjadi kepada pemodal yang tidak ada sangkut pautnya dengan emiten). Jadi, kalau anak Anda memang tertarik untuk menjadi pemodal ( investor ) saham, janganlah barharap untuk sukses (menjadi kaya) dalam sekejap.
Dulu, ketika saya baru menamatkan ujian CFA level 3, seorang teman mengatakan bahwa dengan ilmu CFA yang saya punya, saya tentu bisa melakukan pemilihan saham-saham ( stock picking ) dengan baik dan akurat. Saya mengatakan kepada teman saya, bahwa memang dengan ilmu keuangan ( finance ) yang saya ketahui, saya mungkin bisa memilih saham-saham yang baik (menurut saya), tetapi saya tidak pernah tahu apakah membeli saham-saham itu pasti akan mendatangkan keuntungan atau tidak bagi pemodal.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS