5 Hal Penting yang Tidak Boleh Dilupakan saat (Baru Saja) Pensiun
Tuesday, June 10, 2025       17:11 WIB

Masa pensiun adalah periode emas ( golden period ) yang ditunggu-tunggu oleh  hampir  semua orang yang bekerja, baik itu sebagai pengusaha ( entrepreneur ) maupun sebagai karyawan ( employee ). Saya harus mengatakan bahwa masa pensiun ditunggu-tunggu hanya oleh  hampir  setiap orang, bukan oleh semua orang, karena bagi orang-orang tertentu yang tidak merencanakan masa pensiunnya dengan baik, masa pensiun dapat terdengar menakutkan.
Misalnya, seseorang yang harus pensiun karena usianya sudah memasuki usia pensiun, tetapi masih memiliki banyak kewajiban-kewajiban keuangan yang belum dipenuhinya. Hal ini mungkin dapat berupa angsuran pembelian rumah yang belum lunas, atau masih ada hutang kredit kendaraan bermotor yang masih harus dilunasi.
Bank biasanya hanya memberikan pinjaman KPR atau KKB sampai sebatas usia pensiun karyawan saja, tetapi pengecualian-pengecualian bisa saja terjadi di lapangan. Sebagai contoh, untuk mengurangi biaya asuransi jiwa, maka nama debitur mungkin telah diganti menjadi nama istri (yang sesungguhnya bukan pihak yang bekerja untuk membayar angsuran KPR itu).
Atau, seorang karyawan akan memasuki usia pensiun, tetapi pada saat yang sama, anak-anaknya masih membutuhkan biaya yang besar untuk kuliah. Jika karyawan ini belum mempersiapkan datangnya masa pensiun itu dengan baik, maka ketiadaan pendapatan pada masa pensiun dapat menjadi beban pikiran yang berat.
Di bawah ini kami akan membahas tentang 5 hal yang tidak boleh dilupakan oleh seseorang yang baru saja memasuki usia pensiun.
1. Meninjau kembali Rencana Pengeluaran dan Rencana Pendapatan pada masa pensiun
Menjelang pensiun, mungkin kita telah sering memikirkan tentang hal-hal (menyenangkan) yang akan kita lakukan pada waktu pensiun nanti. Kita mungkin memiliki rencana untuk bepergian keliling Indonesia (atau keliling dunia). Kita mungkin ingin membuka usaha (bisnis baru) penjualan secara daring ( on-line ), atau mungkin pula kita hanya ingin bersantai di rumah tanpa ada kewajiban untuk buru-buru bangun pagi dan pergi ke kantor. Pada intinya, rencana kita adalah Rencana Pengeluaran Pada Masa Pensiun ( Retirement Expense Planning ).
Berikutnya adalah merencanakan dari mana semua pendapatan kita akan diperoleh. Kalau pada masa aktif bekerja kita menyisihkan sebagian pendapatan yang kita peroleh ke dalam Dana Pensiun, maka pada masa pensiun kita akan hidup dari tabungan Dana Pensiun yang telah kita kumpulkan. Berapa besar Dana Pensiun yang dapat kita tarik setiap bulan, akan masuk ke dalam Rencana Pendapatan pada Masa Pensiun ( Retirement Income Planning ).
Ada yang menggunakan formula penarikan Dana Pensiun sebesar 4% setiap tahun, dan ada pula yang hanya menggunakan formula sederhana bahwa pengeluarannya hanya sebesar 80% dari pengeluaran sewaktu masih aktif bekerja.
Hal yang lebih penting untuk diketahui adalah (1) bagaimana Anda akan memperoleh pedapatan ( income ) pada masa pensiun itu (r etirement income plan ), (2) bagaimana Anda akan memastikan bahwa pendapatan tersebut akan tetap ada selama Anda masih hidup.
Jika Anda menggunakan formula 4% (per tahun) dari Dana Pensiun, Anda harus tahu apa asumsi yang dipakai pada waktu menetapkan bahwa pendapatan Anda harus sebesar 4% dari Dana Pensiun. Misalnya, Anda harus tahu keterbatasan formula tersebut (jika seandainya Anda diberi usia yang sangat panjang, sampai di atas 100 tahun).
2. Pastikan bahwa Portofolio Investasi Anda telah mencerminkan Kapasitas Risiko Anda saat ini
Kami sangat menganjurkan kepada para pembaca IPOTNEWS yang membuat perencanaan pensiun secara mandiri ( do-it-yourself ) untuk tidak hanya mengandalkan Dana Pensiunnya pada satu sumber saja. Kalau kita membaca dari literatur perencanaan keuangan yang ada dari penulis AS atau negara-negara Barat, kita akan melihat bahwa banyak perencana keuangan ( financial planner ) yang telah mengasumsikan bahwa portofolio Dana Pensiun dari para pensiunan ( retiree ) hanya terdiri dari aset-aset keuangan ( financial assets ) saja.
Walau pun asumsi bahwa sebagian besar aset Dana Pensiun ditempatkan ke dalam aset keuangan dapat diterima (karena berbagai kemudahan investasi dalam aset keuangan yang tidak dimiliki oleh aset riil), menempatkan sebagian besar atau seluruh aset Dana Pensiun ke dalam aset keuangan saja, untuk kondisi investasi di Indonesia, menurut pendapat kami, masih terlalu beresiko.
Di samping resiko karena tidak ada diversifikasi berdasarkan kelas aset keuangan vs kelas aset riil, jika Anda menempatkan sebagian besar atau seluruh aset Dana Pensiun Anda ke dalam instrumen keuangan, maka Anda pun harus memastikan bahwa ketika Anda pensiun, portofolio investasi Anda telah mencerminkan kapasitas resiko Anda setelah pensiun.
Di sini, Anda harus membedakan antara kapasitas resiko, dengan toleransi resiko. Kapasitas resiko ( risk capacity ) berbeda dari toleransi resiko ( risk tolerance ) yang telah sering kita dengar.
  • Toleransi resiko ( risk tolerance ) adalah kondisi pikiran ( state of mind ), yang dapat berubah (berdasarkan kondisi pasar). Pada waktu pasar sedang bergairah ( bullish ), maka para pemodal ( investor ) umumnya memiliki toleransi resiko yang lebih tinggi (dibandingkan pada waktu kondisi pasar sedang lesu atau  bearish ).
  • Kapasitas resiko ( risk capacity ) adalah sesuatu yang tetap ( fixed ). Misalnya, seorang pemodal ( investor ) yang hanya memiliki dana untuk investasi sebesar 1M kita katakan bahwa kapasitas pemodal tersebut untuk menanggung kerugian ( losses ) adalah 1M (walau pun pemodal ini mungkin bisa memiliki  toleransi resiko  yang lebih tinggi).

Lebih lanjut, pada waktu seorang pemodal memasuki usia pensiun, maka jangka waktu investasi ( investment horizon ) pemodal menjadi lebih pendek. Dengan lain perkataan, kapasitas investasi pemodal ini menjadi terbatas pula.
Pemodal ini tidak akan sanggup untuk menanggung kerugian yang besar (walau pun ia mungkin merasa bahwa  toleransi resikonya  tidak berubah), karena setiap kerugian tidak akan dapat ditutupi dengan mengharapkan harga pasar akan kembali naik ( recover ). Oleh sebab itu, pada waktu pensiun, pemodal harus memastikan bahwa portofolionya telah mencerminkan kapasitas resiko ( risk capacity ) yang ada (bukan hanya  toleransi resiko  yang dimilikinya).
3. Memahami bahwa urutan terjadinya imbal-hasil ( return ) terhadap penghasilan pada masa pensiun ( sequence-of-returns risk ) dapat sangat mempengaruhi jumlah Dana Pensiun yang kita miliki
Ada satu penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh dari penarikan Dana Pensiun yang besar pada awal periode, yang dibandingkan dengan penarikan Dana Pensiun yang sama besarnya tetapi dilakukan pada akhir periode. Penting untuk diingat bahwa penarikan Dana Pensiun yang besar ini dilakukan terhadap portofolio Dana Pensiun yang seluruhnya diinvestasikan ke dalam saham-saham.
Penarikan dana dari rekening Dana Pensiun dapat dianggap sama dengan kerugian investasi (imbal hasil investasi negatif), sementara kontribusi (iuran) Dana Pensiun dapat disamakan dengan imbal hasil investasi ( return ) yang positif.
Pada perencanaan pensiun ( retirement planning ) yang dilakukan sebelum tibanya masa pensiun, maka urutan terjadinya imbal hasil ( return ) belum menjadi perhatian. Pada perencanaan pensiun sebelum tibanya masa pensiun, yang menjadi perhatian perencana pensiun adalah imbal hasil rata-rata ( average ) tertinggi yang dapat dicapai oleh portofolio investasi sebelum tibanya masa pensiun itu.
Tetapi, pada waktu kita telah memasuki masa pensiun, maka urutan ( sequence ) terjadinya imbal hasil ( return ) menjadi sangat penting. Mengapa? Karena, pada portofolio Dana Pensiun yang seluruhnya ada pada aset keuangan (saham-saham), harga saham-saham yang buruk ( bearish market ) akan memicu penarikan Dana Pensiun yang lebih besar untuk mempertahankan daya beli pensiunan (yang seringkali tidak dapat diimbangi oleh kenaikan nilai portofolio pada waktu harga-harga saham kembali naik).
Para pembaca IPOTNEWS yang tertarik tentang resiko urutan terjadinya imbal hasil ini ( sequence-of returns risk ) dapat membaca kembali artikel lama yang pernah saya tulis tahun lalu, dengan judul:  Resiko Urutan Terjadinya Imbal Hasil Terhadap Penghasilan Pada Masa Pensiun (Sequence of Return Risk) , dengan table-tabel perhitungan kami ambil dari tulisan  Krisna Pattel, CFA yang berjudul: Retirement Income: Six Strategies dalam Financial Analyst Journal, CFA Institute Publication. 
4. Pastikan bahwa Anda telah memiliki Asuransi Kesehatan untuk seumur hidup
 Polis Asuransi Kesehatan Seumur Hidup  kami ambil sebagai pengganti untuk Manfaat Perawatan Jangka Panjang ( Long Term Care Plan ) yang umum dijual di AS tapi tidak lazim dijual di Indonesia. Di Indonesia, asuransi hanya memberikan penggantian atas biaya-biaya medis akibat kondisi sakit tertanggung ( unexpected event ). Tetapi, pada usia tua, seringkali tertanggung harus dirawat di rumah jompo walau pun secara medis ia tidak sakit. Artinya, dengan polis asuransi kesehatan, biaya perawatan di rumah jompo tidak dapat dimintakan penggantiannya.
Di AS, di mana kehidupan di kota besar sudah sangat individual, orang-orang berusia lanjut banyak yang memilih tinggal di rumah jompo untuk tidak merepotkan anak-anaknya. Biaya hidup di rumah-rumah jompo sekitar 2x lipat biaya hidup normal untuk orang yang kondisi kesehatannya prima. Pada umumnya,  long term care plan  dibeli pada waktu tertanggung masih berusia muda, karena harganya relatif masih murah. Selanjutnya, ketika tertanggung pensiun, biaya  long term care plan  akan ditanggung oleh asuransi.
Di Indonesia, asuransi  long term care plan  yang memberikan manfaat perawatan jangka panjang tidak lazim dijual. Pensiunan atau orang-orang yang sudah berusia lanjut biasanya tinggal bersama anak-anak atau keluarga dekatnya. Hanya pada waktu sakit, ada penggantian biaya perawatan medis jika pensiunan memiliki polis asuransi kesehatan seumur hidup.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS